Anda di halaman 1dari 37

FARMAKOTERAPI II

“Ascariasis”

Dosen Pengampu mata Kuliah :


Ratna Sari Dewi, M.Farm, Apt

S1-VIA
Fitriani (1501018)
Gisda Amarina(1501019)
Idhadi Putra (1501021)
Jannatul Fitri (1501023)
Jihan Virdianti Putri (1501024)
Definisi Ascariasis

Ascariasis adalah infeksi


kecacingan yang disebabkan oleh
cacing Ascaris lumbricoides. Ascariasis
sendiri termasuk penyakit cacing yang
paling besar prevalensinya diantara
penyakit cacing lainnya yang
menginfeksi tubuh manusia. Manusia
merupakan satu-satunya hospes untuk
A.lumbricoides.
Epidemiologi
Berdasarkan data World Health Organization
(WHO) pada tahun 2008 didapatkan sekitar 800
juta sampai dengan 1 milyar penduduk di dunia
terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides.
Prevalensi cacingan di Indonesia pada umumya
masih sangat tinggi, terutama pada golongan
penduduk yang kurang mampu, dengan sanitasi
yang buruk. Di Indonesia dengan jumlah
penduduk 220.000, prevalensi cacingan 17.3%
dan jumlah rata-rata cacing per orang 6 ekor
cacing.
Klasifikasi intensitas infeksi
cacing menurut WHO

Cacing Tingkat infeksi Jumlah


telur/gram tinja
Ascaris Ringan 1-4999 S
lumbricoides Sedang 5000-49.999
berat ≥50.000
Etiologi

Askariasis disebabkan oleh nematoda


yaitu Ascaris lumbricoides. Ascariasis tidak
menular langsung dari orang ke orang.
Penularan terjadi ketika seseorang menelan
telur Ascaris lumbricoides, dapat berasal
dari makanan ,air, dan tanah yang sudah
terkontaminasi kotoran manusia.
Etiologi

Cacing A.lumbricoides
merupakan golongan
nematoda. Nematoda berasal
dari kata nematos yang
berarti benang dan oidos yang
berarti bentuk, sehingga
cacing ini sering disebut
cacing gilik ataupun cacing
gelang.
Morfologi
Secara umum dapat dilihat bahwa cacing A.
lumbricoides berwarna merah berbentuk silinder.
Cacing jantan lebih kecil ukurannya daripada cacing
betina. Pada stadium dewasa, cacing ini akan hidup dan
berkembang didalam rongga usus kecil (Sutanto dkk,
2008).

Cacing Cacing Cacing


jantan dewasa betina
Ciri-ciri cacing dewasa :
 Berbentuk silindris ujung anterior tumpul sedangkan
ujung posterior runcing
 pada ujung anterior terdapat 3 buah bibir yang tersusun
dari : satu bibir terletak dorso medial dan dua bibir
terletak di sebelah ventro lateral, ditengahnya terdapat
cavum bucalis yang berbentuk segitiga pada tiap-tiap sisi
terdapat garis-garis longitudinal disebut lateral lines
 mempunyai cuticula yang bergaris-garis melintang
menyelubungi tubuhnya (transversal lines)
 ukuran cacing betina :
panjang tubuh 20 – 40 cm dan diameter 0,3 – 0,6 cm,
bagian posterior cacing betina lurus
 ukuran cacing jantan :
panjang tubuh 15 – 30 cm dan diameter 0,2 – 0,5 cm,
bagian posterior cacing jantan melengkung ke ventral
dengan sepasang spicula.
Siklus Hidup
Patofisiologi
• Setelah tertelan telur askariasis yang inefektif,
telur ini akan menetap di bagian atas usus halus
dengan melepaskan larva yang berbentuk
rabditiformis. Larva ini akan menembus dinding
usus dan mencapai venule dan pembuluh limfe
kemudian melalui sirkulasi portal mencapai hati,
bagian kanan jantung dan paru-paru.
• Di dalam paru, larva akan merusak kapiler dan
mulai mengikuti percabangan paru sampai
mencapai glotis dan kemudian melewati epiglotis
masuk ke dalam esofagus untuk seterusnya
kembali ke usus halus, dimana meraka akan jadi
matur dan berubah menjadi cacing dewasa.
Lanjutan…..
• Keseluruhan siklus mulai dari telur yang infektif sampai
menjadi cacing dewasa memerlukan waktu sekitar 2
bulan. Infeksi bertahan dalam masyarakat akibat
pembuangan feses di tanah yang memungkinkan
perkembangan telur menjadi infektif lagi. Ini
memerlukan waktu 2 minggu.
• Selama fase migrasi, larva askariasis menyebabkan
reaksi peradangan dengan terjadinya infiltrasi
eosinofilia. Antigen ascariasis dilepaskan selama migrasi
larva yang akan merangsang respon imunologis dalam
tubuh dan respon ini telah pernah dibuktikan adanya
pelepasan antibodi terhadap kelas IgG yang spesifik
yang dapat membentuk reaksi complement-fixation dan
precipitating.
Lanjutan…..

• Mekanisme pertahanan primer pada infesksi


ascariasis merupakan suatu bentuk pertahanan
seluler. Selama fase intestinals maka gejala
terutama berasal dari adanya cacing dalam usus
atau akibat migrasi kedalam lumen usus yang lain
atau perforasi ke dalam peritoneum.
• Lebih lanjut ascariasis mengeluarkan antienzim
sebagai suatu fungsi proteksi terhadap
kelangsungan hidupnya dan ternyata antienzim ini
di duga berhubungan dengan terjadinya
malabsorbsi.
Diagnosis

Menemukan telur Ascaris


lumbricoides dalam tinja

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan Radiologi
Diagnosis

Secara garis besar Ascariasis dapat ditegakkan


berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Ditemukannya telur A. lumbricoides fertilized,
unfertilized, maupun dekortikasi di dalam tinja
seseorang.
2. Ditemukannya larva A. lumbricoides di dalam
sputum seseorang.
3. Ditemukannya cacing dewasa keluar melalui anus
atau pun bersama dengan muntahan (Gillespie dkk,
2001; Rampengan, 2008).
4. Jika terjadi Ascariasis oleh cacing jantan, di tinja tidak
ditemukan telur sehingga dapat ditegakkan dengan
pemeriksaan foto thorak (Natadisastra, 2012).
DIAGNOSIS
1) Ditegakkan dengan :
• Menemukan telur Ascaris lumbricoides dalam
tinja.
• Cacing ascaris keluar bersama muntah atau tinja
penderita
2) Pemeriksaan Laboratorium
• Pada pemeriksaan darah detemukan periferal
eosinofilia.
• Ditemukan larva pada lambung atau saluran
pernafasan pada tenyakit paru.
• Pemeriksaan mikroskopik pada hapusan tinja dapat
digunakan untuk memeriksa sejumlah besar telur
yang di ekskresikan melalui anus.
3) Pemeriksaan radiologi
Foto thoraks menunjukkan gambaran otak pada
lapang pandang paru seperti pada sindrom
Loeffler
• Penyakit pada saluran empedu
a) Endoscopic retrograde
cholangiopancreatography (ERCP) memiliki
sensitivitas 90% dalam membantu
mendiagnosis biliary ascariasis.
b) Ultrasonography memiliki sensitivitas 50%
untuk membantu membuat diagnosis biliary
ascariasis.
Patologi dan gejala klinis
1. Gejala akibat migrasi larva A. Lumbricoides
Selama fase migrasi, larva A. lumbricoides di paru
penderita akan membuat perdarahan kecil di dinding
alveolus dan timbul gangguan batuk dan demam. Pada
foto thorak penderita Ascariasis akan tampak infiltrat
yaitu tanda terjadi pneumonia dan eosinophilia di
daerah perifer yang disebut sebagai sindrom Loeffler.
2. Gejala akibat cacing dewasa.
Selama fase didalam saluran pencernaan, gejala
utamanya berasal dari dalam usus atau migrasi ke
dalam lumen usus yang lain atau perforasi ke dalam
peritoneum .
Lanjutan...

Cacing dewasa yang tinggal dilipatan mukosa


usus halus dapat menyebabkan iritasi dengan gejala
mual, muntah, dan sakit perut. Perforasi cacing
dewasa A. lumbricoides ke dalam peritoneum
biasanya menuju ke umbilikus pada anak
sedangkan pada dewasa mengarah ke inguinal.
Cacing dewasa A. lumbricoides juga dapat
menyebabkan obstruksi diberbagai tempat
termasuk didaerah apendiks (terjadi apendisitis), di
ampula vateri (terjadi pancreatitis haemoragis), dan
di duktus choleduchus terjadi cholesistitis.
Pencegahan

• Senantiasa mencuci tangan dengan air bersih dan


sabun, misalnya sebelum makan, memasak, maupun
setelah buang air besar.
• Pastikan masakan benar-benar matang sebelum
mengonsumsinya.
• Menjaga kebersihan sanitasi lingkungan
• Mencuci bersih semua bahan makanan sebelum
dimasak
• Menghindari kontak dengan tanah yang mungkin
terkontaminasi dengan kotoran manusia
• Mencegah minum air atau minuman lain yang
kemungkinan diperoleh dari sumber yang telah
terkontaminasi
PENGOBATAN ASCARIASIS

Tujuan pengobatan :
• Mengembalikan pasien dalam keadaan sehat
seperti semula
• Mencegah penularan
• Mencegah keterulangan penyakit
• terapi eradikasi
A. Terapi Non Farmakologi

• Istirahat
• Meningkatkan kebersihan lingkungan
• Senantiasa mencuci tangan dengan bersih
• Mengkonsumsi makanan yang benar benar
matang
• Menghindari kontak dengan tanah yang
kemungkinan telah terkontaminasi
B. Terapi Farmakologi

A. Piperazin
Merupakan obat pilihan utama, diberikan dengan dosis
sebagai berikut:
• Berat badan 0-15 kg: 1 gram/hari selama 2 hari berturut-turut
• Berat badan 15-25 kg: 2 gram/hari selama 2 hari berturut-turut
• Berat badan 25-50 kg: 3 gram/hari selama 2 hari berturut-turut
• Berat badan>50 kg: 3 ½ gram/hari selama 2 hari berturut-turut
Satu tablet obat ini mengandung 250 mg atau 500 mg piperazin.
Efek samping penggunaan obat ini adalah pusing, rasa
melayang, dan gangguan penglihatan.
B. Heksilresorsinol
Obat ini memiliki efek iritasi dan merusak jaringan
cacing. Obat ini baik untuk infestasi ascaris lumbricoides
dalam usus. pengobatan ini dapatdiulang 3 hari kemudian.

C. Pyrantel Pamoat (Tetrahydropyrimidine)


Pirantel pamoat bekerja sebagai penghambat depolarisasi
neuromuscular parasit, menyebabkan reseptor nikotinik me
ndapat pacu yang kontonyu.Cacing menjadi lumpuh dan
dikeluarkan dari saluran pencernaan pejamu. Obat ini sulit
diabsorbsi oral dan memberikan efek dalam saluran cerna.
Efek samping obat ini adalah rasa mual, mencret,
pusing, ruam kulit, dan demam.
E. Albendazol (Benzimidazol)
Mekanisme kerjanya adalah mengganggu metabolisme energi
dengan menjadi inhibitor fumarat reduktase. Ketidaktersediaan
energi menyebabkan cacing mati. Obat ini cukup efektif bila
diberikan dengandosis tunggal 400 mg.

F. Mebendazol (Benzimidazol sintetik)


Mebendazol bekerja mengikat dan menggangu sintesis
microtubules parasit dan juga menurunkan ambilan glukosa. Parasit
yang terpapar dikeluarkan bersama feses. Mebendazol hamper tidak
larut air, dan daridosis oral (yang dikunyah) sedikit yang diabsorbsi
tubuh kecuali dengan makanan yang mengandung tinggi lemak.
Karena itu obat ini relative tidak mempunyai efek toksik, meskipun
pasien ada yang mengeluh sakit perutdan diare.
Obat ini tidak boleh diberikan pada wanita hamil karena
bersifat embriotoksik dan teratogenik pada binatang percobaan. Obat
ini cukupefektif bila diberikan dengan dosis 100 mg, 2 kali sehari
selama 3 hari.
KASUS
KASUS

•Seorang ibu yang bekerja sebagai tukang kebun disebuah


area perkebunan berobat ke RS membawa anaknya Rio,
berusia 7 tahun, BB 15 kg, dan TB 128 cm.
•Dari anamnesa diketahui bahwa seminggu yang lalu
anaknya mengeluhkan batuk, cepat lelah, dan kurang
konsentrasi saat belajar. 2 hari lalu anaknya sering sakit,
diare, dan terlihat buncit. Anaknya juga mengalami
anoreksia.
•Hasil pemeriksaan laboratorium :
Bahwa feses positif (+) ditemukan telur Ascrariasis
lumbricoides, kadar HB < 10 gr/dl.
Penyelesaian
Dengan
Metode SOAP
S SUBJEKTIF

•Nama : An. Rio


•Umur : 7 th
•Jenis kelamin : laki- laki
•BB : 15 kg
•TB : 128 cm
• Riwayat Keluhan : seminggu yang
lalu diketahui bahwa pasien
mengeluhkan batuk, cepat lelah, dan
kurang konsentrasi saat belajar. Dan 2
hari yang lalu perut pasien sering sakit ,
diare, dan terlihat buncit. Dan pasien
juga mengalami anoreksia
•Riwayat Sosial : ibu bekerja sebagai
tukang kebun diarea perkebunan
O OBJEKTIF

Hasil Pemeriksaan Laboratorium :


•feses positif (+) ditemukan telur Ascaris
lumbricoides
• kadar HB < 10 gr/dl (normal >12 gr/dl)
A ASSESMENT

Dari keluhan, hasil pemeriksaan fisik, dan


,laboratorium dapat disimpulkan bahwa pasien
mengalami ascariasis, karena pada data objektif hasil
dari pemeriksaan lab bahwa feses (+) mengandung
telur Ascaris lumbricoides dan diperkuat dengan
latar belakang pekerjaan ibu pasien yg bekerja
sebagai tukang kebun diarea perkebunan sehingga
kemungkinan terinfeksi oleh cacing di
lingkungannya, terutama dari tanah.
Dan pasien juga mengalami anemia yang diakibatkan
oleh adanya infeksi cacing, yang mengakibatkan
penurunan kadar Hb.
P PLAN

1. Terapi Non Farmakologi


•Senantiasa mencuci tangan dengan air bersih dan sabun,
misalnya sebelum makan, memasak, maupun setelah buang air
besar.
•Pastikan masakan benar-benar matang sebelum
mengonsumsinya.
•Menjaga kebersihan sanitasi lingkungan
•Mencuci bersih semua bahan makanan sebelum dimasak
•Menghindari kontak dengan tanah yang mungkin
terkontaminasi dengan kotoran manusia
•Mencegah minum air atau minuman lain yang kemungkinan
diperoleh dari sumber yang telah terkontaminasi.
•Menggunakan alas kaki saat akan keluar rumah
2. Terapi Farmakologi

Pasien diberikan kombinasi obat


anthelmintik , yaitu :
• Pyrantel Pamoat 10 mg/kgBB dosis
tunggal
•Mebendazole 2 x 100 mg/oral
selama 3 hari berturut-turut.
•Curcuma plus syr 2x1 (5ml) untuk
mengatasi anoreksia pada anak.
•Sangobion Kids Syr 1x1 (5ml) untuk
mengatasi anemia pada anak
KIE
1. Mencegah terjadinya penularan dari
lingkungan
2. Memberikan penyuluhan pada masyarakat.
3. Peningkatan kondisi sanitasi
4. Menghentikan penggunaan tinja sebagai
pupuk.
5. Memberikan pendidikan tentang cara-cara
pencegahan ascariasis.
6. Menggunakan jamban yang sehat .
7. Dan selalu mencuci tangan dengan baik
sebelum dan sesudah beraktivitas.

Anda mungkin juga menyukai