Anda di halaman 1dari 18

ASPEK BIOFARMASETIKA SEDIAAN

LEPAS LAMBAT (SUSTAIN RELEASE)

Arief Ersyandi Mila Indriyati


Gusti Nurul Istiqamah Muhammad Faisal Firdaus
Irma Hasanah Pahriah
Megariyanti Putri Aulia Rahmah
Syafinah Wahdah
SE DI AAN L E PAS L AMB AT

Sediaan sustained release atau sediaan lepas lambat merupakan bagian dari
bentuk controlled relese. Sediaan lepas lambat merupakan sediaan yang
menyebabkan obat terlepas ke dalam tubuh dalam waktu yang lama.
Obat dalam sediaan pelepasan lambat mempunyai system pelepasan obat
yang unik, yaitu mula-mula dilepaskan kirakira separuh dari dosis total yang
merupakan dosis inisial, kemudian diikuti dengan pelepasan sisa obat secara
bertahap dan seragam selama periode waktu tertentu.
TUJUAN PEMBERIAAN SEDIAAN LEPAS LAMB AT

Tujuan sediaan ini adalah untuk memperoleh kadar terapeutik


obat dalam darah dengan cepat, dan mempertahankan kadar
tersebut selama periode waktu tertentu.
ME NG APA DI B E R IKAN SE DI AAN L E PAS L AMB AT

Penghantaran obat ke reseptor atau tempat bekerjanya obat sering


terhambat dengan adanya efek samping obat ataupun karena
pelepasan obat tidak sesuai pada tempat kerjanya. Untuk itu, obat
dibuat dalam bentuk controlled release atau sediaan lepas terkendali.
Sediaan lepas terkendali ini mengatur pelepasan obat di dalam tubuh
yang dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas obat pada
reseptornya.
K E U N T U N G AN BE N T U K S E D I A A N L E PA S L A MBAT

1. Mengurangi frekuensi pemberian.


2. Meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pasien.
3. Mengurangi efek samping yang merugikan.
4. Menghasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu
mengulangi pemberian unit dosis.
5. Meningkatkan kepatuhan penderita
6. Untuk obat tertentu, dari segi ekonomi dapat diperoleh penghematan
biaya pengobatan
7. Meningkatkan hasil terapi obat, berupa peningkatan efektivitas
dan penurunan efek samping serta efek toksik obat
K E R U G I A N B E N T U K S E D I A A N L E PA S L A MB AT

1. Harganya mahal
2. Kemungkinan terjadi dose dumping
3. Tidak dapat dilakukan pengaturan dosis secara leluasa
4. Adanya risiko over dosis
5. Meningkatkan kemungkinan terjadinya first-pass clearance dan secara
umum akan menghasilkan availabilitas obat yang jelek.
FA K TO R -FA KTO R YA N G N P E RL U D I P E RH AT IKA N

a) Faktor - faktor biologis (Syukri, 2002)


1) Waktu paruh biologis
Waktu paruh biologis bertujuan menetapkan tingkatan terapi jangka waktu
lama. Waktu paruh pendek akan mengurangi frekuensi dosis. Obat-obat
dengan waktu paruh panjang lebih dari 8 jam tidak dipakai dalam bentuk
sediaan berkelanjutan karena efeknya sendiri sudah berkelanjutan, seperti
digoksin, warfarin dan fenitoin.
FA K TO R -FA KTO R YA N G N P E RL U D I P E RH AT IKA N

2) Absorbsi
Absorbsi bertujuan untuk memperoleh keadaan dimana rata - rata pelepasan
jauh lebih rendah dibandingkan rata - rata absorbsi.
3) Metabolisme
Obat - obat yang dimetabolisme sebelum absorbsi baik pada lumen atau
jaringan usus dapat menunjukkan ketersediaan hayati yang menurun.
FA K TO R -FA KTO R YA N G N P E RL U D I P E RH AT IKA N

b) Faktor fisika –kimia (Jantzen and Robinson, 1996):


1) Ukuran dosis
2) Kelarutan
Senyawa dengan kelarutan yang sangat rendah (< 0,01 mg/ml) sudah bersifat
lepas lambat, pelepasan obat dari bentuk sediaan dalam cairan gastrointestinal
dibatasi oleh kecepatan disolusinya.
FA K TO R -FA KTO R YA N G N P E RL U D I P E RH AT IKA N

3) Koefisien partisi
Senyawa dengan koefisien partisi yang rendah akan mengalami
kesulitan menembus membran sehingga bioavaibilitasnya rendah.
4) Stabilitas
Obat yang tidak stabil dalam usus halus akan menunjukkan penurunan
bioavaibilitas jika diberikan dalam bentuk sediaan lepas lambat
F AKTO R - FAKTOR Y AN G H ARUS DI P E RTIMBANGKAN UN TUK
ME MB UAT S E DI AAN S US TAINED RE L EASE

Sifat obat,
Sifat fisika kimia obat : stabilitas, kelarutan, koefisien partisi, muatan dan ikatan
protein

Cara pemakaian sediaan ,


Bagian tubuh tempat penggunaan dapat mempengaruhi kerja obat.

Jaringan tubuh/organ,
Untuk mengurangi efek samping obat, fraksi obat yang dapat mencapai jaringan atau
organ sasaran harus dimaksimalkan.

Terapi akut atau kronis


Terapi jangka panjang atau jangka pendek
SIFAT OBAT YANG SESUAI UNTUK
SEDIAAN LEPAS LAMBAT :

1. Waktu paruh biologis tidak terlalu lama dan terlalu singkat (idealnya 4 jam).
1. Indeks terapi lebar
2. Dosis tidak terlalu besar (lebih kecil dari 500 mg)
3. Absorbsi baik (terjadi disepanjang saluran cerna)
4. Kelarutan tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil (0,001 mg – 0,1 mg per liter)
5. Ada korelasi antara kadar dalam darah dan efek farmakologi
6. Bukan merupakan absorbsi aktif
7. Tidak mengalami First Pass Clearance yang bermakna
DASAR FARMAKOKINETIKA
Disolusi Pelarutan merupakan proses dimana suatu bahan kimia atau obat menjadi terlarut dalam suatu pelarut.
Dalam sistem biologi pelarutan obat dalam media “aqueous” merupakan suatu bagian penting sebelum kondisi
sistemik. Laju pelarutan obat dengan kelarutan dalam air sangat kecil dari bentuk sediaan padat yang utuh atau
terdisintegrasi dalam saluran cerna sering mengendalikan laju absorbsi sistemik obat (Shargel et al., 2005).

Disolusi dikatakan sebagai hilangnya kohesi suatu padatan karena aksi dari cairan yang menghasilkan suatu dispersi
homogen bentuk ion (dispersi molekuler) sedangkan kecepatan pelarutan atau laju pelarutan adalah kecepatan
melarutnya zat kimia atau senyawa obat ke dalam medium tertentu dari suatu padatan (Wagner, 1971; Martin et al.,
1993).
Gambar 1. Kurva Hubungan antara Kadar Obat dalam Darah/Aktivitas Obat
terhadap Waktu dari Sediaan A: Conventional; B: Sustained release; C:
Prolonged Action (Sulaiman, 2007)
Contoh sediaan sustained release :
- Teofilin ( kapsul )

- Metformin. ( kaplet )

Anda mungkin juga menyukai