Anda di halaman 1dari 22

INFERTILITY

Definisi
• Infertilitas merupakan suatu ketidakmampuan
pasangan untuk mencapai kehamilan setelah 1
tahun hubungan seksual tanpa pelindung
(Keperawatan Medikal Bedah).
• Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan
suami istri yang telah menikah selama satu
tahun dan sudah melakukan hubungan seksual
tanpa menggunakan alat kontrasepsi,
tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).
Klasifikasi Infertilitas

• Infertilitas primer yaitu jika perempuan


belum berhasil hamil walaupun koitus teratur
dan dihadapkan kepada kemungkinan
kehamilan selama 12 bulan berturut-turut.
• Infertilitas sekunder yaitu disebut infertilitas
sekunder jika perempuan pernah hamil, akan
tetapi kemudian tidak berhasil hamil lagi
walaupun koitus teratur dan dihadapkan kepada
kemungkinan kehamilan selama 12 bulan
berturut-turut.
Etiologi Infertilitas pada perempuan (istri)

Faktor Penyakit
▫ Endometriosis
▫ Infeksi panggul
▫ Mioma uteri
▫ Polip
▫ Kista
▫ Saluran telur Sel Telur
Faktor Fusngsional
▫ Gangguan system hormonal wanita dan dapat di
sertai kelainan bawaan (immunologis).
▫ Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).
▫ Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan
Tuba fallopi (saluran telur).
▫ Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam
Rahim.
Faktor Lingkungan
▫ Lingkungan
Paparan radiasi dalam dosis tinggi, asap rokok,
gas ananstesi, zat kimia, dan pestisida dapat
menyebabkan toxic pada seluruh bagian tubuh
termasuk organ reproduksi yang akan
mempengaruhi kesuburan.
Etiologi Infertilitas pada lak-laki
(suami)
a. Kelainan pada alat kelamin
▫ Hipospadia
▫ Ejakulasi retrograd
▫ Varikokel
▫ kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan
▫ Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi
sehingga tidak turun.
b. Kegagalan fungsional
▫ Kemampuan ereksi kurang
▫ Kelainan pembentukan spermatozoa
▫ Gangguan pada sperma
c. Gangguan di daerah sebelum testis
(pretesticular)
Gangguan biasanya terjadi pada bagian otak, yaitu
hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan
LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam
menghasilkan hormon testosteron, akibatnya produksi
sperma dapat terganggu serta mempengaruhi
spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang
bisa dilakukan untuk peningkatan testosterone adalah
dengan terapi hormon.
d. Gangguan di daerah testis (testicular)
Kerja testis dapat terganggu bila terkena trauma pukulan,
gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas
testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma
menjadi terganggu.
e. Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular)
Gangguan terjadi di saluran sperma sehingga sperma
tidak dapat disalurkan dengan lancar.
f. Tidak adanya semen
Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari
penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak
terangkut (tidak ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan
penyakit atau kecelakaan yang memengaruhi tulang belakang.
g. Kurangnya hormon testosterone
Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi
kemampuan testis dalam memproduksi sperma.
h. Lingkungan
Pada lingkungan yang sering terkena paparan Radiasi
dan obat-obatan anti kanker.
patofisiologi
Manifestasi klinis
1. Perempuan
Terjadi kelainan system endokrin
▫ Hipominore dan amenore
▫ Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan masalah pada
aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik
▫ Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak
berkembang,dan gonatnya abnormal
▫ Wanita infertil dapat memiliki uterus
2. Laki-laki
▫ Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
Riwayat infeksi genitorurinaria
▫ Hipertiroidisme dan hipotiroid
▫ Disfungsi ereksi berat
▫ Ejakulasi retrograt
▫ Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha
▫ Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
▫ Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
▫ Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
▫ Abnormalitas cairan semen
Pemeriksaan diagnostik
a. Pemeriksaan fisik:
▫ Hirsutisme diukur dengan skala ferryman dan gallway, jerawat
▫ Pembesaran kel tiroid
▫ Galaktorea
▫ Inspeksi lender serviks di tunjukan dengan kualitas mucus
▫ PDV untuk menunjukan adanya tumor uterus/ adneksa
b. Pemeriksaan penunjang
▫ Analisis sperma
▫ Deteksi ovulasi
▫ Sitologi vagina
▫ Uji pasca senggama
▫ Biopsy endometrium terjadwal
▫ Histerosalpinografi
▫ Laparoskopi
▫ Pemeriksaan pelvis ultrasound
penatalaksanaan
1. Perempuan
• Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan waktu yang tepat untuk coital
• Pemberian terapi obat, seperti;
1. Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi hipotalamus, peningkatan kadar
prolaktin, pemberian tsh.
2. Terapi penggantian hormon
3. Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
4. Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan infeksi dini yang adekuat
5. Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
6. Pengangkatan tumor atau fibroid
7. Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

2. Laki-laki
1. Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun, diharapkan kualitas sperma
meningkat
2. Agen antimikroba
3. Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
4. HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
5. FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
6. Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus
7. Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
8. Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan nutrisi, tidak membiasakan
penggunaan celana yang panas dan ketat
Asuhan Keperawatan Infertilitas
PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin, suku bangsa / latar belakang kebudayaan, agama, status sipil, pendidikan,
pekerjaan dan alamat.

2. Riwayat Kesehatan
Wanita
• a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• 1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi di rumah
• 2) Riwayat infeksi genitorurinaria
• 3) Hipertiroidisme dan hipotiroid, hirsutisme
• 4) Infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama
• 5) Tumor hipofisis atau prolaktinoma
• 6) Riwayat penyakit menular seksual
• 7) Riwayat kista
• b. Riwayat Kesehatan Sekarang
• 1) Endometriosis dan endometrits
• 2) Vaginismus (kejang pada otot vagina)
• 3) Gangguan ovulasi
• 4) Abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik
• 5) Autoimun
• c. Riwayat Kesehatan Keluarga
• Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetic
• d. Riwayat Obstetri
• 1) Tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
• 2) Mengalami aborsi berulang
• 3) Sudah pernah melahirkan tapi tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi
• Pria
• a. Riwayat Kesehatan Dahulu
• 1) Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,
radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
• 2) Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu
• 3) Riwayat infeksi genitorurinaria
• 4) Hipertiroidisme dan hipotiroid
• 5) Tumor hipofisis atau prolactinoma
• 6) Trauma, kecelakan sehinga testis rusak
• 7) Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
• 8) Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh : operasi
prostat, operasi tumor saluran kemih
• 9) Riwayat vasektomi
• b. Riwayat Kesehatan Sekarang
• 1) Disfungsi ereksi berat
• 2) Ejakulasi retrograt
• 3) Hypo/epispadia
• 4) Mikropenis
• 5) Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha)
• 6) Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)
• 7) Saluran sperma yang tersumbat
• 8) Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )
• 9) Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)
• 10) Abnormalitas cairan semen
• c. Riwayat Kesehatan Keluarga
• Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
Pemeriksaan Fisik
wanita

Pemeriksaan vagina
Masalah vagina yang dapat mengahambat penyimpanan air mani ke
dalam vagina sekitar serviks ialah adanya sumbatan atau peradangan.
Sumbatan psikogen disebut vaginismus atau disparenia, sedangkan sumbatan
anatomik dapat karena bawaan atau perolehan.

Pemeriksaan leher rahim


Pemeriksaan standar leher rahim yang dikenal sebagai PAP Smear
(smear test) ini perlu dilakukan 3-5 tahun sekali pada setiap wanita dewasa
dengan kehidupan seks yang aktif. Vagina dibuka dengan spekulum dan
contoh sel permukaan lehir rahim diambil dengan alat spatula, lalu dibawa ke
lab untuk dianalisa, jangan melakukan hubungan seksual, Douche /
menggunakan produk pembersih vagina selama 24 jam setelah PAP Smear.
• Pria
Mengamati kelainan fisik
Dalam kesempatan pemeriksaan fisik dilihat penyebaran
rambut dan lemak yang tidak rata, atau konsistensi testis, bisa
menjadi tanda akibat ketidakseimbangan hormonal kelainan fisik lain
dari alat reproduksi pria yang perlu diperiksa adalah kemungkinan
adanya parut atau varises pada scrotumyang dapat mempengaruhi
jumlah dan kemampuan bergerak (mobilitas) sperma. Salah satu
testis tidak turun (kroptorkismus) berarti memperkecil kemampuan
produksi sperma.

Penampungan air mani


Air mani ditampung dengan jalam masturbasi langsung
kedalam botol gelas yang bermulut lebar (atau gelas minum), setelah
abstensi 3-5 hari. Sebaiknya penampungan dilakukan dirumah
kemudian dibawa kelaboratorium dalam 2 jam setelah dikeluarkan.
Diagnosa Keperawatan

1. Ansietas berhubungan dengan ketidaktahuan


tentang akhir proses diagnostic
2.Gangguan konsep diri ; harga diri rendah
berhubungan dengan gangguan fertilitas
3.Berduka dan antisipasi berhubungan dengan
prognosis yang buruk
4.Nyeri akut berhubungan dengan efek test
diagnostic
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1 Ansietas berhubungan dengan Setelah tindakan keperawatan selama -Jelaskan tujuan test dan - Menurunkan cemas dan takut
ketidaktahuan tentang akhir 1x24 jam diharapkan ansietas klien prosedur terhadap diagnosis dan prognosis
proses diagnostic berkurang - Tingkatkan ekspresi perasaan - Biarkan pasien / orang terdekat
Kriteria Hasil: dan takut, contoh : menolak, mengetahui ini sebagai reaksi
1. Klien mampu mengungkapkan tentang depresi, dan marah. yang normal Perasaan tidak
infertilitas dan bagaimana treatmentnya - Dorong keluarga untuk diekspresikan dapat
2. Klien memperlihatkan adanya menganggap pasien seperti menimbulkan kekacauan internal
peningkatan kontrol diri terhadap sebelumnya dan efek gambaran diri
diagnosa infertile - Kolaborasi : berikan sedative, - Meyakinkan bahwa peran dalam
3. Klien mampu mengekspresikan tranquilizer sesuai indikasi keluarga dan kerja tidak berubah
perasaan tentang infertile - Mungkin diperlukan untuk
membantu pasien rileks sampai
secara fisik mampu untuk
membuat startegi koping adekuat
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
2 Gangguan konsep diri ; harga setelah tindakan - Tanyakan dengan nama - Menunjukan kesopan santunan / penghargaan dan pengakuan
diri rendah berhubungan keperawatan selama apa pasien ingin dipanggil personal
dengan gangguan fertilitas 3x24 jam - Identifikasi orang terdekat - Memungkinkan privasi untuk hubungan personal khusus, untuk
diharapkan klien dari siapa pasien mengunjungi atau
mengalami memperoleh kenyaman dan untuk tetap dekat dan menyediakan kebutuhan dukungan bagi
perubahan harga diri siapa yang harus pasien
Kriteria Hasil: memberitahuakan jika - Menyampaikan perhatian dan dapat dengan lebih efektif
1. - Klien mampu terjadi keadaan bahaya mengidentifikasi kebutuhan dan maslah serta strategi koping
mengekspresikan - Dengarkan dengan aktif pasien dan seberapa efektif
perasaan tentang masalah dan ketakutan - Membantu pasien / orang terdekat untuk memulai menerima
infertile pasien perubahan dan mengurangi ansietas mengenai perubahan fungsi /
2. - Terjalin kontak - Dorong mengungkapkan gaya hidup
mata saat perasaan, menerima apa - Persepsi pasien mengenai perubahan pada citra diri mungkin
berkomunikasi yang dikatakannya terjadi secara tiba- tiba atau kemudian
3. -Klien mampu - Diskusikan pandangan
Mengidentifikasi pasien terhadap citra diri
aspek positif diri dan efek yang ditimbulkan
dari penyakit / kondisi
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
3 Berduka dan antisipasi berhubungan setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam - Berikan lingkungan yang terbuka - kemampuan komunikasi terapeutik
dengan prognosis yang buruk diharapkan klien mampu melakukan mekanisme pasien merasa bebas untuk dapat seperti aktif mendengarkan, diam, selalu
koping yang baik mendiskusikan perasaan dan masalah bersedia, dan pemahaman dapat
Kriteria Hasil: secara realitas memberikan pasien kesempatan untuk
1. Klien Menunjukan rasa pergerakan kearah - Identifikasi tingkat rasa duka / berbicara secara bebas dan berhadapan
resolusi dan rasa berduka dan harapan untuk disfungsi : penyangkalan, marah, tawar - dengan perasaan
masa depan menawar, depresi, penerimaan - Kecermatan akan memberikan pilihan
2. Klien menunjukkan fungsi pada tingkat - Dengarkan dengan aktif pandangan intervensi yang sesuai pada waktu
adekuat, ikut serta dalam pekerjaan pasien dan selalu sedia untuk membantu induvidu menghadapi rasa berduka
jika diperlukan dalam berbagai cara yang berbeda
- Identifikasi dan solusi pemecahan - Proses berduka tidak berjalan dalam
masalah untuk keberadaan respon – cara yang teratur, tetapi fluktuasainya
respon fisik, misalnya makan, tidur, dengan berbagai aspek dari berbagai
tingkat aktivitas dan hasrat seksual tingkat yang muncul pada suatu
- Kaji kebutuhan orang terdekat dan kesempatan yang lain
bantu sesuai petunjuk - Mungkin dibutuhkan tambahan
- Kolaborasi : rujuk sumber – sumber bantuan untuk berhadapan dengan
lainnya misalnya konseling, psikoterapi aspek – aspek fisik dari rasa berduka
sesuai petunjuk - Identifikasi dari masalah – masalah
berduka disfungsional akan
mengidentifikasi intervensi induvidual
- Mungkin dibutuhkan bantuan
tambahan untuk mengatasi rasa
berduka, membuat rencana, dan
menghadapi masa depan
NO DX TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

4 Nyeri akut berhubungan dengan setelah tindakan keperawatan selama 3x24 - Lakukan komunikasi terapeutik - kemampuan komunikasi
efek test diagnostic jam diharapkan nyeri klien berkurang - Pantau lokasi, lamanya intensitas terapeutik seperti aktif
Kriteria Hasil: dan penyebaran (PQRST) mendengarkan, diam, selalu
1. -Ekspresi klien terlihat tenang - Jelaskan penyebab nyeri dan bersedia, dan pemahaman dapat
2. -Napas klien teratur pentingnya melaporkan ke staff memberikan pasien kesempatan
3. Skala nyeri 0-3 terhadap karakteristik nyeri untuk berbicara secara bebas dan
4. Ttv dalam rentang normal - Berikan tindakan relaksasi, berhadapan dengan perasaan
5. -Klien mengetahui penyebab nyeri contoh pijatan, lingkungan - Perhatikan tanda nonverbal,
6. -Kliem mampu menggunakan teknik istirahat contoh peningkatan TD dan nadi,
distraksi relaksasi dengan baik - Bantu atau dorong penggunaan gelisah, merintih
nafas efektif Untuk menentukan intervensi
- Bimbingan imajinasi selanjutnya
- Memberikan kesempatan untuk
pemberian analgesik sesuai waktu
- Menurunkan tegangan otot dan
meningkatan koping efektif
- Mengarahkan kembali perhatian
dan membantu dalam relaksasi
otot
- Mengontrol aktivitas terapeutik

Anda mungkin juga menyukai