Anda di halaman 1dari 68

TU BERKU LOS IS ( T B )

PA RU
OUTLINE
LAPORAN KASUS
T I N J A U A N P U S TA K A
P E N C E G A H A N DA N P E M B I N A A N
K E S I M P U L A N DA N S A R A N
PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU

• TB Paru merupakan penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteri BTA Mycobacterium
tuberculosis.
• Kuman TB dapat menyerang parenkim paru (TB paru) dan juga dapat menyerang organ tubuh
lainnya (TB ekstra paru) seperti pleura, kelenjar limfe, tulang, dan organ ekstra paru lainnya.
• Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah Tiongkok dan India.
Jumlah kasus baru TB paru BTA positif tahun 2016 di Indonesia adalah 156.723 jiwa yang
tersebar di seluruh provinsi.
• Insidensi TB paru juga semakin meningkat seiring meningkatnya kejadian HIV-AIDS.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. MSC
Usia : 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Tangga Takat, Plaju
Agama : Islam
Status : Menikah
ANAMNESIS
AUTOANAMNESIS

KELUHAN UTAMA KELUHAN TAMBAHAN


Sesak bertambah hebat ± 2 Badan lemas
bulan yang lalu.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Sejak ± 3 bulan yang lalu pasien batuk berdahak warna kuning,
dahak encer dan banyaknya ± 1 sendok makan sekali batuk.
Batuk berdarah disangkal, nyeri dada ketika batuk tidak ada.
Pasien menyangkal demam menggigil, mual, dan muntah. Keluhan
disertai nafsu makan menurun, berat badan menurun yang
dirasakan dari celana pasien yang longgar. Pasien juga mengeluh
keluar keringat malam tanpa aktivitas. BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Pasien lalu berobat ke puskesmas dan dilakukan
pemeriksaan sputum BTA. Didapatkan hasil sputum BTA negatif.
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
± 2 bulan yang lalu pasien mengeluh sesak yang bertambah hebat.
Keluhan sesak dirasakan tidak tergantung waktu, aktivitas, dan tanpa
dipengaruhi cuaca, emosi, dan posisi. Pasien masih mengeluh batuk
berdahak encer berwarna putih ± 1 sendok makan sekali batuk. Pasien
juga merasa badan menjadi lemas. Pasien lalu dibawa keluarga ke IGD
RS Muhammadiyah Palembang. Kemudian dilakukan pemeriksaan
rontgen thorax dan diapatkan hasil TB paru aktif. Selanjutnya pasien
dirujuk balik ke puskesmas untuk mendapatkan OAT.
Pasien mengaku sudah 2 bulan meminum OAT secara teratur.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Pasien baru pertama kali mengalami hal yang seperti ini.
• Riwayat darah tinggi dan kencing manis disangkal oleh
pasien.
RIWAYAT PENYAKIT DALAM KELUARGA
• Pasien mengaku tidak ada keluarga yang mengalami hal yang
serupa dengan pasien.
• Riwayat darah tinggi, kencing manis, dan sakit jantung pada
keluarga disangkal oleh pasien.
GENOGRAM KELUARGA TN. MASCEK
RIWAYAT SOSIAL EKONOMI, PEKERJAAN
DAN KEBIASAAN
• Pasien adalah seorang buruh bangunan
• Pasien menyangkal merokok
• Pasien menyangkal memiliki riwayat kontak dengan orang
yang batuk lama
PEMERIKSAAN FISIK (08/03/2018)
Keadaan umum : sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 82 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
Pernafasan : 20 x/menit, regular, abdominotorakal
Suhu : 36,7o C (aksila)
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 153 cm
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Kepala
Bentuk : Normocephali
Ekspresi : Wajar
Rambut : putih, lurus, pendek dan tidak mudah dicabut
Deformitas : (-)
Perdarahan temporal : (-)
Nyeri tekan : (-)
Wajah sembab : (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Mata
Eksoftalmus : (-)
Endoftalmus : (-)
Palpebral : edema (-)
Konjungtiva palpebra : pucat (-)
Sklera : ikterik (-)
Kornea : jernih, cincin senilis (-)
Pupil : bulat, isokor, diameter 3mm/3mm, reflek cahaya (+/+)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Hidung
Sekret : (-)
Epistaksis : (-)
Septum : deviasi (-)

Telinga
Meatus akustikus eks. : lapang
Nyeri tekan : processus mastoideus (-/-), tragus (-/-)
Nyeri tarik : aurikula (-/-)
Sekret : (-)
Pendengaran : baik
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Mulut
Higiene : baik
Bibir : cheilitis (-), rhagaden (-), sianosis (-),
Lidah : kotor (-), atrofi papil (-), pucat (-)
Tonsil : T1-T1
Mukosa : basah, stomatitis (-), ulkus (-)
Gusi : hipertrofi (-), berdarah (-), stomatitis (-)
Faring hiperemis : (-)
Gigi : (-)
Bau Pernapasan : tidak ada bau pernapasan
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Leher
Inspeksi : benjolan (-)
Palpasi : pembesaran kelenjar tiroid/struma (-)
Auskultasi : bruit (-)
Tekanan vena jugularis : (5-2) cmH2O

Dada
Inspeksi : simetris, sela iga melebar (-), retraksi dinding dada (-), spider nevi (-), venektasi (-)
Palpasi : nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat, venektasi (-)
Palpasi : ictus cordis tidak teraba, thrill (-), tidak ada nyeri tekan
Perkusi : batas atas ICS II linea parasternalis dextra
batas kanan ICS IV linea parasternalis dextra
batas kiri ICS IV linea midclavicularis sinistra
Auskultasi : HR 88 x/menit, reguler, BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Paru-paru
Inspeksi:
Dinding toraks simetris pada saat statis maupun dinamis, retraksi otot-otot
pernapasan (-)
Palpasi:
Simetris, stem fremitus sama kuat kanan dan kiri
Perkusi:
Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi :
Suara napas vesikuler (+/+), ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-), scar (+), caput medusae (-)
Palpasi : lemas, nyeri tekan (-), defans muskuler (-), ballotement ginjal (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
Auskultasi : bising usus normal
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Ekstremitas
Inspeksi:
• Tidak terdapat jejas, bekas trauma, massa, dan sianosis (-/-)
• Akral hangat (+/+), odem (-/-) ekstremitas atas dan ekstremitas bawah dextra
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Kulit
Kulit : sawo matang
Efloresensi : (-)
Pigmentasi : (-)
Jaringan parut : (-)
Turgor : baik
Keringat : cukup
Pertumbuhan rambut : dalam batas normal
Lapisan lemak : kurang
Ikterus : (-)
Lembab/kering : lembab
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Kelenjar getah bening (KGB)
Tidak terdapat pembesaran KGB pada regio periauricular, submandibula, cervical
anterior dan posterior, supraclavicula, infraclaviculla, axilla.
PEMERIKSAAN FISIK/ KEADAAN SPESIFIK
Genitalia
Tidak dilakukan pemeriksaan

Status neurologis
Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Cek Sputum BTA


• Rontgen thorax
DIAGNOSIS
TUBERKULOSIS PARU
TATALAKSANA
OAT Kategori I
• Tahap intensif 4 FDC selama 2 bulan
• Tahap lanjutan 2 FDC selama 4 bulan
TINJAUAN
P U S TA K A
DEFINISI
Tuberkulosis paru adalah infeksi paru yang menyerang
jaringan parenkim paru, disebabkan bakteri
Mycobacterium tuberculosis.

TB biasanya
mempengaruhi paru-paru,
tetapi juga dapat
mempengaruhi bagian lain
dari tubuh, seperti otak,
ginjal, atau tulang
belakang, mengakibatkan
sakit parah.
EPIDEMIOLOGI
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak
420.994 kasus pada tahun 2017 (data per 17
Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah
kasus baru TBC tahun 2017 pada laki-laki
1,4x lebih besar dibandingkan pada
perempuan. Bahkan berdasarkan Survei
Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-
laki 3x lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan.

Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga


Tahun 2000-2015 menurun 22%  masih
1985 dan survei kesehatan nasional 2001 
menempati peringkat ke-10 penyebab
TB penyebab kematian tertinggi nomor 3 di kematian tertinggi di dunia (WHO, 2016)
Indonesia.
ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis  kuman berbentuk batang,
panjang 1-4 µm dan tebal 0.3-0.6 µm,
Terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian peptidoglikan dan
arabinomannan  bakteri tahan asam (BTA)

kuman Mycobacterium kuman Mycobacteria


tuberculosis complex Other Than TB (MOTT,
berdasarkan perbedaan atypical):
secara epidemiologi: 1. M. kansasi,
1. M.Tuberculosae 2. 2. M. avium,
2. Varian Asian 3. 3. M. intra cellular,
3. Varian African I 4. 4. M. scrofulaceum,
4. Varian African II 5. 5. M. malmacerse,
5. M. bovis. 6. 6. M. xenopi.
Melalui percikan dahak di udara (droplet nuclei /
percik renik)  orang lain menghirup udara yang
mengandung percik renik dahak yang infeksius 
penularan pasien TB BTA positif

Pasien TB BTA negatif bukan berarti tidak mengandung


kuman dalam dahaknya  kuman ≤ 5.000 kuman/cc dahak.
Pasien TB dengan BTA negatif masih memiliki
kemungkinan menularkan penyakit TB.

Tingkat penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, pasien TB BTA negatif dengan hasil
kultur positif adalah 26%, sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto Toraks
positif adalah 17%
TUBERKULOSIS PRIMIER
Kuman TB  kontak dengan makrofag:
1. Kuman mati
2. Berkembang biak dalam alveoli ke organ tubuh  paru
membentuk sarang TB kecil/efek primer  kelenjar getah bening
(limfangitis local regional)  kompleks primer 
– Sembuh
– Sembuh dengan cacat (fibrotic, kalsifikasi)
– Komplikasi penyebaran (limfogen, bronkogen, hematogen, tertelan  TB
usus)
TUBERKULOSIS PASCAPRIMER
Kuman TB (dormant)  sarang dini 
• Teresorbsi  sembuh tanpa cacat
• Meluas  sembuh  cacat
• Meluas  perkejuan
• Perkejuan:
 aktif
 sembuh menjadi padat/ membungkus diri  tuberkuloma
komplikasi: jamur, batuk darah
KLASIFIKASI
Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi dari penyakit
1. Tuberkulosis paru, adalah TB yang terjadi pada
parenkim (jaringan) paru: Milier TB, Limfadenitis TB.
2. Tuberkulosis ekstra paru, adalah TB yang terjadi
pada organ selain paru, misalnya: pleura, kelenjar
limfe, abdomen, saluran kencing, kulit, sendi, selaput
otak dan tulang.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak (BTA)
Tuberkulosis Paru BTA (+)
1. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak menunjukkan hasil BTA positif.
2. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologik menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif.
3. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif.
Tuberkulosis Paru BTA (-)
1. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinik dan
kelainan radiologik menunjukkan tuberkulosis aktif serta tidak respons dengan
pemberian antibiotik spektrum luas
2. Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.tuberculosis
positif
3. Jika belum ada hasil pemeriksaan dahak, tulis BTA belum diperiksa
Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya
1. Pasien baru TB, adalah pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya atau
sudah pernah menelan OAT namun kurang dari 1 bulan (˂ dari 28 dosis).
2. Pasien yang pernah diobati TB: adalah pasien yang sebelumnya pernah menelan OAT selama 1
bulan atau lebih (≥ dari 28 dosis). Pasien ini selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan hasil pengobatan
TB terakhir, yaitu:
• Pasien kambuh, adalah pasien TB yang pernah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap dan
saat ini didiagnosis TB berdasarkan hasil pemeriksaan bakteriologis atau klinis (baik karena benar-
benar kambuh atau karena reinfeksi).
• Pasien yang diobati kembali setelah gagal, adalah pasien TB yang pernah diobati dan dinyatakan
gagal pada pengobatan terakhir.
• Pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to follow-up), adalah pasien yang pernah
diobati dan dinyatakan lost to follow up (klasifikasi ini sebelumnya dikenal sebagai pengobatan
pasien setelah putus berobat /default).
• Lain-lain, adalah pasien TB yang pernah diobati namun hasil akhir pengobatan sebelumnya tidak
diketahui.
3. Pasien yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak diketahui.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan uji kepekaan obat

Pengelompokan pasien disini berdasarkan hasil uji kepekaan


contoh uji dari Mycobacterium tuberculosis terhadap OAT
dan dapat berupa :
• Mono resistan (TB MR)
• Poli resistan (TB PR)
• Multi drug resistan (TB MDR)
• Extensive drug resistan (TB XDR)
• Resistan Rifampisin (TB RR)
Klasifikasi pasien TB berdasarkan status HIV
1. Pasien TB dengan HIV positif (pasien ko-infeksi TB/HIV): adalah
pasien TB dengan:
• Hasil tes HIV positif sebelumnya atau sedang mendapatkan ART,
atau
• Hasil tes HIV positif pada saat diagnosis TB
2. Pasien TB dengan HIV negatif: adalah pasien TB dengan:
• Hasil tes HIV negatif sebelumnya, atau
• Hasil tes HIV negatif pada saat diagnosis TB
3. Pasien TB dengan status HIV tidak diketahui: adalah pasien TB tanpa
ada bukti pendukung hasil tes HIV saat diagnosis TB ditetapkan.
DIAGNOSIS
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinik, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan bakteriologik, radiologik dan pemeriksaan penunjang lainnya.

1. Gejala Klinik2
a. Gejala respiratorik
• Batuk ≥ 2 minggu
• batuk darah
• Sesak napas
• Nyeri dada

b. Gejala sistemik
• Demam
• Gejala sistemik lain: malaise, keringat
malam, anoreksia, berat badan
menurun
PEMERIKSAAN FISIK

• Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali)
menemukan kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior
terutama daerah apex dan segmen posterior , serta daerah apex lobus inferior.
• Pada pemeriksaan jasmani dapat ditemukan antara lain
1. suara napas bronkial,
2. amforik, suara napas melemah,
3. ronki basah,
4. tanda-tanda penarikan paru, diafragma & mediastinum.
PEMERIKSAAN PENUNJUANG
1. Pemeriksaan Bakteriologi
2. Pemeriksaan Radiologi
3. Darah
4. PCR
5. Uji tuberkulin
TATALAKSANA
Tahapan pengobatan
1. Tahap Awal
Paduan pengobatan pada tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif
menurunkan jumlah kuman yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir
pengaruh dari sebagian kecil kuman yang mungkin sudah resistan sejak sebelum
pasien mendapatkan pengobatan.

2. Tahap Lanjutan
Pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap yang penting untuk membunuh sisa-sisa
kuman yang masih ada dalam tubuh sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah
terjadinya kekambuhan.
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia adalah:
• Kategori 1: 2 (HRZE)/4(HR)3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru: pasien TB paru terkonfirmasi
bakteriologis, pasien TB paru terdiagnosis klinis, dan pasien TB ekstra paru.

• Kategori 2: 2(HRZE)S/5(HR)3E3
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang pernah diobati sebelumnya
(pengobatan ulang): pasien kambuh, pasien gagal pada pengobatan dengan paduan OAT
kategori 1 sebelumnya, dan pasien yang diobati kembali setelah putus berobat (lost to
follow-up).
Tabel 3. Dosis Paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3

Tabel 4. Dosis Paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2HRZE/4H3R3


Pengobatan pada TB Paru kasus lalai
• Penderita yang menghentikan pengobatanya < 2minggu, pengobatan OAT dilanjutkan
sesuai jadwal.
• Penderita menghentikan pengobatan ≥ 2 minggu :
• Berobat ≥4 bulan, BTA – dan klinik, radiologi - , pengobatan OAT stop
• Berobat ≥ 4 bulan, BTA + : Pengobatan dimulai dari awal dengan panduan obat
lebih kuat dan jangka waktu pengobatan lebih lama.
• Berobat < 4 bulan, BTA + : Pengobatan dimulai dari awal dengan panduan obat
yang sama.
• Berobat < 4 bulan, berhenti berobat > 1 bulan, BTA -, akan tetapi klinik dan atau
radiologi + : Pengobatan dimulai dari awal dengan panduan obat yang sama.
• Berobat < 4 bulan, BTA -, berhenti berobat 2 – 4 minggu pengobatan diteruskan
kembali sesuai jadwal.
• Paduan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan
tujuan untuk memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan
(kontinuitas) pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam
satu (1) masa pengobatan. Obat Anti Tuberkulosis (OAT) disediakan dalam bentuk
paket KDT mempunyai beberapa keuntungan dalam pengobatan TB, yaitu:

• Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin


efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
• Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep
• Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien
PEMANTAUAN KEMAJUAN PENGOBATAN TB

Ringkasan tindak lanjut berdasarkan hasil pemeriksaan ulang dahak untuk memantau
kemajuan hasil pengobatan2
a.Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal negatif :
• Pada pasien baru maupun pengobatan ulang, segera diberikan dosis pengobatan
tahap lanjutan
• Selanjutnya lakukan pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal (pada bulan ke 5 dan
Akhir Pengobatan)
b.Apabila hasil pemeriksaan pada akhir tahap awal positif :
Pada pasien baru (mendapat pengobatan dengan paduan OAT kategori 1) :
• Lakukan penilaian apakah pengobatan tidak teratur?. Apabila tidak teratur, diskusikan
dengan pasien tentang pentingnya berobat teratur.
• Segera diberikan dosis tahap lanjutan (tanpa memberikan OAT sisipan). Lakukan
pemeriksaan ulang dahak kembali setelah pemberian OAT tahap lanjutan satu bulan.
Apabila hasil pemeriksaan dahak ulang tetap positif, lakukan pemeriksaan uji kepekaan
obat.
• Apabila tidak memungkinkan pemeriksaan uji kepekaan obat, lanjutkan pengobatan
dan diperiksa ulang dahak kembali pada akhir bulan ke 5 (menyelesaikan dosis OAT
bulan ke 5 ).
HASIL PENGOBATAN PASIEN TB

Kriteria Sembuh
Seseorang pasien Tuberkulosis paru (TB Paru) dianggap sembuh apabila memenuhi
kriteria :
• BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan akhir pengobatan) dan
telah mendapatkan pengobatan yang adekuat
• Pada foto toraks, gambaran radiologik tetap sama atau menunjukkan perbaikan
• Apabila dilakukan biakan, ditemukan biakan negatif
PENCEGAHAN TB MELALUI PHBS
Mendapatkan suntikan
Makan makanan yang bergizi vaksin BCG bagi anak
untuk meningkatkan daya usia <5 tahun untuk
tahan tubuh menghindari TB berat
(meningitis dan miler)

Membuka jendela agar


rumah mendapatkan cukup
sinar matahari dan udara Olahraga teratur
segar

Menjemur alas tidur


Tidak merokok
agar tidak lembab
PENCEGAHAN
DAN PEMBINAAN
EDUKASI DAN PROMOSI KESEHATAN
TUBERKULOSIS PARU
Edukasi dan promosi kesehatan penyakit tuberkulosis paru (TB paru) dilakukan kepada pasien,
masyarakat dan keluarganya untuk mencegah penularan dan perkembangan penyakit.
Upaya Pengendalian dan Penanggulangan TB
Rencana global penanggulangan TB didukung oleh 6 komponen oleh WHO (World Health Organization),
yaitu:
1. Mengejar peningkatan dan perluasan DOTS (Directly Observed Treatment, Short-course) yang
berkualitas tinggi
2. Menangani kasus ko-infeksi TB-HIV, kekebalan ganda terhadap obat anti TB dan tantangan lainnya
3. Berkontribusi dalam penguatan sistem kesehatan
4. Menyamakan persepsi semua penyedia pelayanan
5. Memberdayakan pasien TB dan masyarakat
6. Mewujudkan dan mempromosikan penelitian
• Strategi nasional pengendalian TB telah berjalan dengan petunjuk internasional WHO
DOTS dan strategi Stop TB sebelumnya. Kemudian program ini berlanjut dengan rencana
global penanggulangan ”End TB Strategy” di tahun 2020. Mengakhiri epidemik TB sebelum
tahun 2030 adalah salah satu target kesehatan dari Sustainable Development Goals.
• Strategi DOTS terdiri dari 5 komponen yaitu komitmen pemerintah untuk
mempertahankan kontrol terhadap TB; deteksi kasus TB di antara orang-orang yang
memiliki gejala-gejala melalui pemeriksaan dahak; pengobatan teratur selama 6-8 bulan
yang diawasi; persediaan obat TB yang rutin dan tidak terputus; dan sistem laporan untuk
monitoring dan evaluasi perkembangan pengobatan dan program.
• Strategi penanggulangan TB terus diperluas, termasuk pengelolaan kasus kekebalan obat
anti TB, TB terkait HIV, penguatan sistem kesehatan, keterlibatan seluruh penyedia layanan
kesehatan dan masyarakat, serta promosi penelitian.
Upaya pencegahan dini
• Imunisasi BCG dianjurkan diberikan pada bayi usia >2 bulan, sekitar 2-3 bulan. Booster
tidak dianjurkan. [27]

Upaya Edukasi dan Promosi Kesehatan pada Pasien dan Keluarganya


• Program nasional yang berkolaborasi dengan donor organisasi internasional dalam
upaya pengendalian TB, juga memasukkan aspek edukasi dan promosi kesehatan
kepada pasien, keluarganya dan masyarakat. Profilaksis tuberkulosis, edukasi dan
promosi kesehatan ini berupa penerapan hidup sehat pada penderita TB dan
keluarganya dalam ruang lingkup sehari-hari:
• Mengupayakan posisi aliran udara ke kamar penderita TB tidak berhadapan dengan
posisi keberadaan seseorang
Upaya Edukasi dan Promosi Kesehatan pada Pasien dan Keluarganya
• Mengupayakan ruangan masuk sinar matahari
• Upayakan aliran udara yang masuk ruangan merupakan udara segar, berasal dari taman,
ruangan terbuka yang bebas polusi
• Pisahkan ruang tidur untuk sementara waktu
• Gunakan masker bila ingin bersama keluarga, untuk meminimalkan kemungkinan
tertularnya anggota keluarga lain
• Bila ada anggota keluarga yang menderita batuk lebih dari 3 minggu, yang tidak sembuh
dengan pengobatan biasa, segera periksakan ke dokter
• Edukasi dan promosikan pada pasien, keluarganya dan sebagai masyarakat secara
keseluruhan akan kepatuhan berobat, dan menerapkan pola hidup sehat
KESIMPUL AN
DAN SARAN
KESIMPULAN
• Pasien menderita Tuberkulosis Paru dan pasien memiliki masalah
sosial ekonomi yang rendah.
• Penyakit pasien tersebut secara biologis dapat disebabkan oleh gaya
hidup.
SARAN
• Pelayanan kedokteran keluarga hendaknya dapat diterapkan dengan lebih baik di
Indonesia karena dapat memberikan penanganan menyeluruh terhadap pasien serta
dapat secara efektif meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia.
• Pasien hendaknya menjalani pengobatan medikamentosa secara teratur dan selalu
mengontrol kesehatannya dengan pemeriksaan rutin ke fasilitas kesehatan. Selain
itu pasien diminta untuk tetap menjaga pola makan dan olahraga teratur.
• Keluarga pasien hendaknya memberikan dukungan terhadap pasien berkaitan
dengan kesehatannya.
BILA ANDA MEMILIKI GEJALA TB,
SEGERA PERIKSAKAN KE PUSKESMAS
ATAU RUMAH SAKIT TERDEKAT
TERIMAK ASIH
AULIA HAJAR MUTHEA, S.KED
I Z Z Y V I K R AT, S . K E D

Anda mungkin juga menyukai