• Birokrasi pemerintahan kolonial disusun secara hierarki yang puncaknya pada Raja
Belanda. Dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintahan di Negara jajahan,
Ratu Belanda menyerahkan kepada wakilnya, yakniseorang gubernur jenderal.
Kekuasaan dan kewenangan gubernur jenderal meliputi seluruh keputusan politik
diwilayah Negara jajahan yang dikuasai.
Gubernur Jenderal dibantu oleh para gubernur danresiden. Gubernur merupakan
wakil pemerintah pusat yang berkedudukan di Batavia untuk wilayahprovinsi,
sedangkan ditingkat kabupaten terdapat asisten residen dan pengawas yang
diangkat oleh gubernur jenderal untuk mengawasi bupati dan wedana dalam
menjalankan pemerintahan sehari – hari.
• Berakhirnya masa pemerintahan kolonial membawa perubahan sosial politik yang sangat berarti bagi
kelangsungan sistem birokrasi pemerintahan.
Perbedaan– perbedaan pandangan yang terjadi diantara pendiri bangsa diawal masa kemerdekaan tentang
bentuk Negara yang akan didirikan, termasuk dalam pengaturan birokrasinya, telah menjurus kea rah
disintegrasi bangsa dan keutuhan aparaturpemerintahan. Perubahanbentuk Negara dari kesatuan menjadi
federal berdasar kankonstitusi RIS melahirkan dilematis dalam cara pengaturan aparaturpemerintah.
Setidak-tidaknya terdapat dua persoalan dilematis menyangkut birokrasi padasaat itu. Pertama, bagaimana cara
menempatkan pegawai Republik Indonesia yang telah berjasa mempertahankan NKRI,tetapi relatif kurang
memiliki keahlian dan pengalaman kerja yang memadai. Kedua, bagaimana menempatkan pegawai yang telah
bekerja pada Pemerintah belanda yang memiliki keahlian, tetapi dianggap berkhianat atau tidak loyal terhadap
NKRI. Demikian pula penerapan sistem pemerintahan parlementer dan sistem politik yang mengiringinya pada
tahun 1950-1959 telah membawa konsekuensi pada sering nya terjadi pergantian kabinet hanya dalam tempo
beberapa bulan.
Seringnya terjadi pergantian kabinaet menyebabkan birokrasi sangat terfragmentasi secarapolitik. Di dalam
birokrasi tejaditarik-menarik antar berbagai kepentingan partaipolitik yang kuat pada masaitu. Banyak kebijakan
atau program birokrasi pemerintah yang lebih kental nuansa kepentingan politik dari partai yang sedang
berkuasa atau berpengaruh dalam suatu departemen. Program – program departemen yang tidak sesuai dengan
garis kebijakan partai yang berkuasa dengan mudah dihapuskan oleh menteri baru yang menduduki suatu
departemen.
Birokrasi pada masa itu benar- benar mengalami politisasi sebagai instrument politik yang berkuasa atau
berpengaruh. Dampak dari sistem pemerintahan parlementer telah memunculkan persaingan dan sistem kerja
yang tidak sehat didalam birokrasi.
Birokrasi menjadi tidak professional dalam menjalan kantugas-tugasnya, birokrasi tidak pernah dapat
melaksanakan kebijakan atau program-programnya karena sering terjadi pergantian pejabat dari partai politik
yang memenangkan pemilu. Setiap pejabat atau menteri baru selalu menerapkan kebijakan yang berbeda
daripendahulunya yang berasal dari partai politik yang berbeda. Pengangkatan dan penempatan pegawai tidak
berdasarkan merit system, tetapi lebih pada pertimbangan loyalitas politik terhadap partainya.
• Birokrasi pada masa Orde Baru menciptakan strategi politik
korporatisme Negara yang bertujuan untuk mendukung penetarsinya
kedalam masyarakat, sekaligus dalam rangka mengontrol publik secara
penuh.
Strategi politik birokrasi tersebut merupakan strategi dalam mengatur
system perwakilan kepentingan melalui jaringan fungsional non
ideologis, dimana sistem tersebut memberikan berbagai lisensi pada
kelompok fungsional dalam masyarakat, seperti monopoli atau
perizinan, yang bertujuan untuk meniadakan konflik antar kelas atau
antar kelompok kepentingan dalam masyarakat yang memiliki
konsekuensi terhadap hilangnya pluralitas social, politik maupun
budaya. Pemerintahan Orde Baru mulai menggunakan birokrasi sebagai
premium mobile bagi program pembangunannasional.
• Reformasi birokrasi yang dilakukan diarahkan pada :
Memindahkan wewenang administratif kepada eselon atas dalam
hierarki birokrasi
Untuk membuat agar birokrasi responsif terhadap kehendak
kepemimpinan pusat
Untuk memperluas wewenang pemerintah baru dalam rangka
mengkonsolidasikan pengendalian atas daerah-daerah.
• Publik mengharapkan bahwa dengan terjadinya Reformasi, akan diikuti pula
dengan perubahan besar pada desain kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, namun harapan terbentuknya kinerja birokrasi yang berorientasi pada
pelanggan sebagaimana birokrasi di Negara – Negara maju tampak nyamasih sulit
untuk diwujudkan.
• Kecenderungan birokrasi untuk bermain politik pada masa reformasi, tampaknya
belum sepenuhnya dapat dihilangkan dari kultur birokrasi di Indonesia (contoh
Bulog Gate ).
• Dapat dikemukakan bahwa realitas sosial, politik dan ekonomi yang dihadapi oleh
Negara – Negara yang sedang berkembang sering kali berbeda dengan realitas
sosial yang ditemukan pada masyarakat di negara maju.
• MASA KERAJAAN
Kerajaan maritim dan agraris
Agraris dominan (pemusatan sumber ekonomi, kehormatan pada
raja dan didistribusikan pada para birokrat)
• MASA PENJAJAHAN
Pada jaman belanda struktur & sistem birokrasi kerajaan tidak
dirubah selama menguntungkan, berbeda dengan abdi dalem,
priyayi (birokratbelanda) yg diangkat belanda dan mengadopsi
gaya belanda tapi gayafeodal kemasyarakat. Timbul
ketidaksenangan para nasionalis pada para priyayi
(birokratbelanda)
• MASA KEMERDEKAAN
Transformasi gaya-gaya kerajaan dan kolonial masih melekat
Posisi dan status masih berkaitan dengan hirarki, abdi negara,
sentralistis dan ritualitas.
• Perbedaannya birokrat tdk berada pada kelas istimewa karena
terlalu banyak dan penurunan kemakmuran serta terus menerus
mengalami krisis kepercayaan masyarakat
1. Patrimonial Birokrasi
a. Patronase diLingkungan elite
b. Simbiosa Penguasa & Pengusaha
c. Abivalensi Hubunganpusat- daerah
2. Setralisasi yg amat kuat
3. Menilai Keseragaman dalam struktur
birokrasi
4. Pendelegasian wewenang yg kabur
5. Kesulitan menyusun uraian tugas dan
analisis
jabatan
• Ciri birokrasi pemerintahan daerah yang kurang kondusif bagi
kemajuan daerah yaitu :
• Umumnya jumlah pegawai terlampau berlebihan (over satffed ),
sehingga menimbulkan pengangguran terselubung.
• Kurang profesional, karena organisasinya tidak memberikan
iklim yang memungkinkan berkembangnya profesionalisme.
• Kurang memiliki daya inisiatif, cenderung menunggu petunjuk
dari atasan.
• Menggunakan manajemen pemerintahan yang sudah usang.
• Selalu mengalami keterbatasan anggaran, karena kesalahan
• menggunakan konsep berpemerintahan.
• Kurang memiliki visi dan misi yang jelas,
• Karena terkungkung oleh paradigma keseragaman.
• Kurang peka terhadap tuntutan kebutuhan masyarakat.
• Kegiatannya lebih terfokus kedalam tubuh birokrasi itu sendiri,
sedangkan masyarakat lebih banyak dijadikan komoditi politik.
Max Weber, sosiolog Jerman abad 19 ini,
mengemukakan tentang konsepsi tipe ideal
organisasi pemerintah yang rasional dan
profesional. Pemikiran Weber didorong
keinginannya menciptakan organisasi modern
yang bisa digunakan pemerintah menjalankan
modernisasi dan pembangunan. Weber
mengenal tiga otoritas (1) otoritas tradisional;
(2) otoritas kharismatik; (3) otoritas legal-
rasional (birokrasi).
• Sebelum itu, tahun 1970, Martin Albrow
mempopulerkan istilah ”birokrasi” sebagai nama lain
organisasi pemerintah, Selanjutnya para pakar
(misalkan Fred Kramer, dll, mengaitkan atau
menamakan konsepsi tipe ideal organisasi
pemerintah yang rasional dan profesional ala weber
sebagai birokrasi pemerintahan.
Individu pejabat secara personal bebas, akan
tetapi dibatasi oleh jabatannya manakala ia
menjalankan tugas-tugas atau kepentingan
individu dalamjabatannya. Pejabat tidak
bebas menggunakan jabatannya untuk
keperluan dan kepentingan pribadinya
termasuk keluarganya. Jabatan-jabatan itu
disusun dalam tingkatan hirarki dari atas
kebawah dan kesamping.
Konsekuensinya ada jabatan atasan dan
bawahan. Ada yang menyandang kekuasaan
lebih besar dan ada yang lebih kecil.
Tugas dan fungsi masing-masing jabatan
dalam hirarki itu secara spesifik berbeda satu
dengan lainnya.
Setiap pejabat mempunyai kontrakjabatan
yang harus dijalankan. Uraian tugas masing-
masing pejabat merupakan domain yang
menjadi wewenang dan tanggungjawab yang
harus dijalankan sesuai kontrak.
Setiap pejabat diseleksi atas dasar kualifikasi
profesionalitasnya, idealnya melalui ujian
kompetitif.
Setiap pejabat mempunyai gaji termasuk hak
untuk menerima pensiun sesuai dengan
tingkatan hirarki jabatan yang disandangnya.
Setiap pejabat bisa memutuskan untuk keluar
dari pekerjaannya dan jabatannya sesuai
dengan keinginannya dan kontraknya bisa
diakhiri dalam keadaantertentu.
Terdapat struktur pengembangan karir yang
jelas dengan promosi berdasarkan senioritas
dan penilaian obyekif (merit system).
Setiap pejabat tidak dibenarkan menjalankan
jabatannya dan sumber daya instansinya
untuk kepentingan pribadi dan keluarga.
Setiap pejabat berada dibawah pengendalian
dan pengawasan suatu sistem yang
dijalankan secaradisiplin.
Jabatan-jabatan itu disususn dalam tingkatan
hirarki dari atas ke bawah dan kesamping
Tugas dan fungsi masing-masing jabatan
dalam hirarki itu secara spesifik berbeda satu
sama lain
Setiap pejabat mempunyai kontrak
jabatannya
Setiap pejabat berada dalam pengendalian
dan pengawasan suatu sistem.
Warren Bennis
Birokrasi hirarki piramida pada masa depan
akan diganti dengan sistem sosial baru sesuai
harapan masyarakat.
Lawrence danLorch
Birokrasi yang bersifat rutin dan stabil, belum
tentu cocok untuk lingkungan yang
kompleks. Oleh karena itu, jika ingin survive
birokrasi harus menyesuaikan diri dengan
perkembangan atau perubahan lingkungan.
David Bheetham
Birokrasi Weber memiliki ciri-ciri pokok (1)
instrumen teknis; (2) kekuatan independen; (3)
dapat keluar dari fungsinya yang tepat karena
anggotanya cenderung dari klas sosial partikular
(parpol, misalnya).
Heckscher dan Donellon
Bentuk organisasi masa depan adalah “post
bureaucratic organization” yang tidak sama
dengan birokrasi weberian. Powering
(kekuasaan) bukan satu-satunya cara
mengendalikan birokrasi,melainkan perlu
empowering (pemberdayaan).
MiftahThoha
Birokrasi weberian diistilahkan sebagai
officialdom atau kerajaan pejabat– memiliki
dua pemahaman yaitu birokrasi yang rasional
(netral) danbirokrasi yang sarat dengan
kekuasaan (potensipolitis).
Birokrasi yang netral bisa dilihat pada poin
(1), birokrasi politis dapat dilihat pada poin
(2) dan (3).
Birokrasi adalah jembatan penghubung antara
negara(pemerintah) dengan masyarakatnya (Hegel).
Di dasari teori perjuangan kelas, krisis kapitalisme,
dan pengembangan komunisme, Karl Marx
berpendapat tentang birokrasi sbb: Birokrasi
adalah negara atau pemerintah itu sendiri.
Birokrasi merupakan instrumen yang digunakan
oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan
kekuasaan dominasinya atas klas sosial lainnnya.
Dalam masyarakat komunis kelak (tiada kelas
sosial, semua sama), birokrasi menjadi tiada arti
karena fungsi birokrasi dijalankan oleh semua
anggota masyarakat.
Birokrasi Hegelian termasuk dalam kategori
birokrasi netral.
Birokrasi Marxis termasuk dalam kategori
birokrasi politik atautidaknetral.
Katalis (mengarahkan ketimbang mengayuh)
Memberi wewenang ketimbang melayani.
Pemerintahan yang kompetitif.
Digerakan oleh misi bukan aturan.
Berorientasi hasil bukan masukan.
Melayani pelanggan, bukan dilayani atau
melayani diri sendiri.
Menghasilkan ketimbang membelanjakan.
Antisipatif (mencegah daripada mengobati)
Desentrasi ketimbang sentralisasi
Pemerintah beroreintasi pasar.
Kerja yang ketat pada peraturan (rule)
Tugas yang khusus (spesialisasi)
Kaku dan sederhana (zakelijk)
Penyelenggaraan yang resmi (formal)
Pengaturan dari atas ke bawah (heirarchi)
Berdasarkan logika (rational)
Tersentralistis (otorithy)
Taat dan patuh (obedience)
Disiplin (dicipline)
Terstruktur (sistematic)
Tanpa pandang bulu (impersonal).
Prinsip Aksestabilitas, dimana setiap jenis pelayanan
harus dapat dijangkau 7 secara mudah oleh setiap
pengguna pelayanan(misal: masalah tempat, jarak dan
prosedur pelayanan)
Prinsip Kontinuitas, yaitu bahwa setiap jenis pelayanan
harus secara terus menerus tersedia bagi masyarakat
dengan kepastian dan kejelasan ketentuan yang berlaku
bagi proses pelayanan tersebut
Prinsip Teknikalitas, yaitu bahwa setiap jenis pelayanan
proses pelayanannya harus ditangani oleh aparat yang
benar-benar memahami secara teknis pelayanan
tersebut berdasarkan kejelasan, ketepatan dan
kemantapan sistem, prosedur dan instrumen pelayanan.
Prinsip Profitabilitas, yaitu bahwa proses
pelayanan pada akhirnya harus dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien serta
memberikan keuntungan ekonomis dan sosial
baik bagi pemerintah maupun bagi masyarakat
luas.
Prinsip Akuntabilitas, yaitu bahwa proses,
produk dan mutu pelayanan yang telah
diberikan harus dapat dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat karena aparat pemerintah
itu pada hakikatnya mempunyai tugas
memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
kepada masyarakat.
Para anggota staf secara pribadi bebas, hany
a menjalankan tugas-
tugas impersonal mereka;
Ada hirarki jabatan yang jelas;
Fungsi-
fungsi jabatan ditentukan secara tegas;
Para pejabat diangkat berdasarkan suatu kon
trak;
Mereka dipilih berdasarkan kualifikasi
profesional, idealnya didasarkan
suatu (ijazah) yang diperoleh melalui suatu
ujian;
Mereka memiliki gaji dan biasanya juga ada hak-
hak pensiun. Gaji berjenjang menurut kedudukan
dalam hirarki. Pejabat dapat selalumenempati
posnya, dan dalam keadaan-
keadaan tertentu ia jugadapat diberhentikan;
Pos jabatan adalah lapangan kerjanya
sendiri atau lapangan kerja pokoknya;
Terdapat suatu struktur karir, dan promosi dimungkink
an berdasarkan
senioritas maupun keahlian (merit) dan menurut
pertimbangan keunggulan (superioritas);
Jabatan mungkin tidak sesuai baik dengan posnya mau
pun dengan sumber-sumber yang tersedia di
pos tersebut;
Ia tunduk pada sistem disipliner dan kontrol yang sera
gam
Kesatu, Birokrasi Pemerintahan
Umum, yaitu rangkaian organisasi
pemerintahan yang menjalankan tugas-
tugas pemerintahan
umum termasuk memeliharaketertiban dan keamanan
, dari tingkat pusat sampai di daerah(propinsi, kab
upaten, kecamatan, dan desa). Tugas-
tugas tersebutlebih bersifat mengatur.
Kedua, Birokrasi Pembangunan, yaitu organisasi pemer
intahan
yangmenjalankan salah satu bidang atau sektor yang k
husus
guna mencapai tujuanpembangunan,seperti pertanian,
kesehatan, pendidikan, industri
Ketiga, Birokrasi Pelayanan, yaitu unit
organisasi yang pada hakikatnya merupakan
bagian yang langsung berhubungan dengan
masyarakat.
Yang termasukdalam kategori ini, antara lain:
RumahSakit, Sekolah (SD,SLTA), Koperasi, Ban
kRakyat Desa, Transmigrasi,
dan berbagai unit
organisasi lainnya yang memberikanpelayanan