Presentasi Kasus
Presentasi Kasus
Presentasi Kasus
Muhammad Noval
Identitas
Nama : An. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 14 tahun
Alamat : Gentan, RT 02/08, Pesedi, Grabag
Diagnosis Pre-Op : Appendicitis Akut
Tindakan Op : Appendectomy
Jenis Anestesi : Anestesi Regional Spinal
Tanggal Masuk : Senin, 22 Agustus 2016
Tanggal Operasi : Rabu, 24 Agustus 2016
Anamnesa dilakukan secara alloanamnesa
dengan ibu pasien dan autoanamnesa dengan
pasien pada tanggal 23 Agustus 2016
KU : Nyeri perut kanan bawah
RPS : Nyeri pada perut kanan bawah sudah dirasakan
oleh pasien kurang lebih 2 minggu yang lalu. Keluhan
nyeri yang dirasakan pasien muncul secara tiba-tiba
dan tertusuk-tusuk seperti saat berjalan. Awalnya nyeri
dirasakan di bagian ulu hati lalu berpindah ke perut
kanan bawah. 1 minggu yang lalu nyeri pada perut
kanan bawah makin terasa sakit. Nyeri yang dirasakan
pasien tidak tergantung pada jam makan, baik
sebelum ataupun sesudah makan. Nyeri pun timbul
baik sedang beraktivitas maupun tidak beraktivitas.
Saat timbul nyeri, pasien mencoba tidur dengan
menekuk kakinya nyeri terasa berkurang. Nyeri yang
dirasakan tidak seperti rasa panas ataupun terbakar.
Nyeri juga tidak menjalar kebagian tubuh yang lain.
nyeri juga tidak timbul baik saat BAK maupun saat
BAB.
Pasien juga mengeluhkan adanya demam sejak 1 minggu SMRS.
Demam dirasakan hilang timbul dan cenderung tinggi pada
malam hari. Pasien sempat diberikan obat penurun demam dan
demam pun turun namun keluhan nyeri menetap dan tidak
hilang. Keluhan demam juga disertai dengan pusing. Keluhan
demam tidak disertai dengan batuk, pilek, dan nyeri saat
menelan. Pasien juga mengeluhkan mual namun tidak muntah.
Sejak 1 minggu SMRS pasien pun juga menurun nafsu makannya.
keluhan nyeri saat BAK disangkal, susah buang air besar
disangkal dan BAB cair disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya. Riwayat hipertnsi, diabetes mellitus, alergi, asma,
kelainan pembekuan darah, dispepsia dan trauma disangkal.
Riwayat dirawat di rumah sakit sebelmnya juga disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan yang sama.
Riwayat Pengobatan
Pasien hanya mengkonsumsi obat penurun demam saja.
Riwayat Sosial dan Budaya
Pasien adalah seorang siswi SMP, sehari-hari sekolah, bila ke
sekolah tidak membawa bekal dan cenderung jajan makanan di
sekolah.
Pemeriksaan Fisik
B1 : Breathing
B1 : RR 20 x/menit
Teeth : tidak ada kelainan
Tongue : tidak ada kelainan
Tonsil : T1-T1
Tumor : tidak ada
Tiroid : tidak ada pembesaran
Tempura madibua joint : mulut dapat dibuka sampai 3 jari
Tiromental distance : tidak ada kelainan
Trakea : letak berada di tengah
Tortikolis vertebrae : normal
Mallampati score : Skor kelas I
Pulmo :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : VBS +/+, rhonki /, wheezing /
B2 (Blood)
BP 115/80 mmHg
HR 88 x/menit
T: 38C
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-
Capillary refill time : < 2 detik
Cor :
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Tidak ada pelebaran batas jantung
Auskultasi : BJ S1> S2 reguler, murmur (),
gallop ()
B3 Brain
GCS : E4 V5 M5
Kejang (-)
Reflek Cahaya direk +/+, Reflek Cahaya indirek +/+, isokor
d: 3 mm/3 mm
Refleks Fisiologis : normal
Refleks Patologis : -
Meningeal Sign : negatif
• Motorik
Gerak : B/B
B/B
Kekuatan : 5555/5555
5555/5555
• Tonus : Normotonus Normotonus
Normotonus Normotonus
• Trofi : Eutrofi Eutrofi
Eutrofi Eutrofi
B4 Bladder
Buang air kecil lancar, DC (-)
B5 Bowel
Abdomen
I: Supel
A: BU (+) normal
P: Timpani dari seluruh lapang abdomen
P: Supel, nyeri tekan (+) pada regio iliaca dextra,
hepar dan lien tidak teraba, McBurney sign (+),
Bloomberg sign (+), Rovsing sing (-), Psoas sign (+),
Obturator sign (+)
B6 Bones
Ekstremitas
akral hangat +/+ Edema -/-
+/+ -/-
Cyanosis -/- Deformitas -/-
-/- -/-
Hasil Lab 22/08/2016
PARAMETER HASIL NILAI NORMAL
•Appendectomi
•Regional Anestesi - Spinal
Planning
Problem
Medis
Bedah
Anestesi
• Indikasi untuk menggunakan anestesi spinal pada pasien dan tidak ditemukan
adanya kontraindikasi dari anestesi spinal
Perencana
an Anestesi
Keluhan
Pemeriksaan Fisik
Monitoring Post-OP
Jam Tensi Nadi RR Keterangan
12.15 110/70 72 22 O2 3 L/menit,
Monitoring tanda
vital
12.30 115/70 68 20 Monitoring tanda vital
Kerugian
• Efeknya terhadap sistem kardiovaskuler lebih dari general sistem
• Menyebabkan post operatif headache.
Obat
0.5% dalam airanestesi lokal
1.005 yang digunakan
Isobarik dibagi ke (1-4
5-20 mg dalam
ml)
dua macam, yakni golongan ester seperti kokain,
0.5% dalam dekstrosa 1.027 Hiperbarik 5-15 mg (-3 ml)
benzokain, prokain, kloroprokain, ametokain, tetrakain
8.25%
dan golongan amida seperti lidokain, mepivakain,
prilokain, bupivakain, etidokain, dibukain, ropivakain,
levobupivakain
Faktor Yang Mempengaruhi
Distribusi Obat
Utama
Barisitas dan posisi kepala
Dosis dan volume anestetik lokal
Tambahan
Umur
Tinggi badan
Berat badan
Tekanan intraabdomen
Tempat penyuntikan
Arah penyuntikan
Mekanisme Obat Anestesi
Lokal
Mekanisme aksi obat anestesi lokal adalah mencegah
transmisi impuls saraf atau blokade konduksi dengan
menghambat pengiriman ion natrium melalui
gerbang ion natrium selektif pada membran saraf.
Obat bekerja pada reseptor spesifik pada saluran
natrium, mencegah peningkatan permeabilitas sel
saraf terhadap ion natrium dan kalium, sehingga
hasilnya tak terjadi konduksi saraf
Apendisitis
Anatomi Appendiks
Variasi Posisi Apendiks
Apendisitis Akut
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis.
Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi
akut pada kuadran kanan bawah rongga abdomen dan
penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat
Anoreksia 1
Nyeri lepas 1
Total 10
Pasien dengan skor awal ≤ 4 sangat tidak mungkin menderita apendisitis dan tidak memerlukan
perawatan di rumah sakit kecuali gejalanya memburuk.11
Penatalaksaan
Medikamentosa
Pemberian Antibiotik
Tindakan Operatif
Appendektomi
Komplikasi
Massa Periapendikular
Apendisitis Perforata
Prognosis
Dubia at Bonam
Kebanyakan pasien setelah operasi
appendektomi sembuh spontan tanpa penyulit,
namun komplikasi dapat terjadi apabila
pengobatan tertunda atau telah terjadi
peritonitis/peradangan di dalam rongga perut.
Cepat dan lambatnya penyembuhan setelah
operasi usus buntu tergantung dari usia pasien,
kondisi, keadaan umum pasien, penyakit
penyerta misalnya diabetes mellitus, komplikasi
dan keadaan lainnya
Pembahasan
Skor Alvarado
dariPasien
Migrasi nyeri abdomenAn. S.ke14fossa
sentral tahun memeliki
keluhan nyeri pada
iliaka kanan 1
regio abdomen tengah kemudian nyeri menjalar ke
region abdomen bagian kanan bawah. Rasa sakit
Anoreksia yang dirasakan hilang timbul.
1 Pada pasien ini dalam
pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada region
Mual atau Muntah 1
abdomen kanan bawah dan nyeri lepas. berdasarkan
hasil
Nyeri di fossa iliaka anamnesa dan pemeriksaan
kanan 2 fisik, dapat diambil
Nyeri lepas kesimpuan bahwa pasien didiagnosa
1 apendisitis akut.
Peningkatan temperatur (>37,5C) 1
Total 7
ASA 1 : karena pada pasien tidak ada penyakit sistemik
serta lab yang menunjukan hasil normal
Regional anastesi : bedah organ abdomen bawah,
sederhana, efektif, mudah dikerjakan, menurunkan
respon stres pada pembedahan, fungsi saluran
pencernaan yang lebih cepat kembali normal
Puasa 6 jam sebelum operasi : untuk mengurangi risiko
aspirasi saat operasi
Penggunaan Ketorolac : analgetik yang setara dengan
opioid, dan mengurangi rasa nyeri saat operasi
berlangsung
Penggunaan Ondansentron : merupakan antagonis 5-
HT3 yang dapat menekan rasa mual dan muntah setelah
operasi
Penggunaan Clopedin : efek analgesia dan sedasi, lebih
larut dibandingkan dengan morfin, dimetabolisme lebih
cepat oleh tubuh, dan jangka waktu kerja obat lebih
pendek dibandingkan morfin.
Penggunaan Buvipacain : merupakan obat anestetik
lokal golongan amida, potensi tinggi, lama kerja yang
cukup lama (240-480’) dengan toksisitas yang rendah
Maintenance = 4 x 10 kg = 40 cc
= 2 x 10 kg = 20 cc
= 1 x 14 kg = 14 cc
= total 64 cc/ jam
Balance Cairan
Kebutuhan cairan selama operasi 1 jam:
Perdarahan + maintenance + stress operasi
30 + 64 + 204 = 298 cc
Cairan yang sudah diberikan saat operasi 300 cc
Balance cairan = 300 – 298 = +2 cc
Post operatif
Setelah operasi selesai, pasien dibawa ke recovery
room. Observasi post operasi dengan dilakukan
pemantauan secara ketat meliputi vital sign (tekanan
darah, nadi, suhu dan respirasi). Oksigen tetap
diberikan 2-3 liter/menit
PENUTUP
Kesimpulan
An. S, 14 tahun dengan diagnosis Apendisitis Akut. Dari
anamnesis didapatkan keluhan nyeri di perut kanan
bawah yang pada awalnya keluhan tersebut
dirasakan pada ulu hati yang kemudian berpindah ke
perut bagian kanan bawah. Lokasi operasi yang
dilakukan adalah di regio inguinalis dextra.
Anestesi menggunakan anaestesi regional dengan
teknik anestesi spinal, Pada pasien ini dilakukan
operasi pada abdomen bagian bawah, dimana hal
tersebut merupakan indikasi anestesi spinal. Tindakan
operasi dan anestesi berjalan lancar tanpa penyulit
Saran
Persiapan preoperative pada pasien perlu dilakukan
lebih baik lagi, agar proses anestesi dan
pembedahan dapat berjalan dengan baik
Memperhatikan kebutuhan cairan pasien pada saat
operasi berlangsung.
Pemantauan tanda vital selama operasi terus
menerus agar dapat melihat keadaan pasien selama
pasien dalam keadaan anesthesia.
Sari NK. Perbedaan tekanan darah pasca anestesi spinal dengan
pemberian preload dan tanpa pemberian preload 20cc/kgbb ringer laktat
[Karya tulis ilmiah]. Semarang:. Fakultas Kedokteran UNDIP; 2012.
Samodro R, Sutiyono D, Satoto HH. Mekanisme kerja obat anestesi lokal.
Dalam: Jurnal Anestesiologi Indonesia. Bagian anestesiologi dan terapi
intensif FK UNDIP/RSUP Dr.Kariadi. 2011; 3(1): 48-59.
Said A, Kartini A, Ruswan M. Petunjuk praktis anestesiologi: anestetik lokal
dan anestesia regional. Edisi ke-2. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI; 2002.
Morgan GE. Clinical Anesthesiology: 44th Edition.
Snell RS. Clinical Anatomy: 7th edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Health;
2010
Guyton AC. Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC. 2008
Snell RS. Clinical neuroanatomy: 7th edition. Philadelphia: Wolters Kluwer
Health; 2010
Wirawan AY. Perbandingan onset dan durasi blok syaraf spinal antara
penambahan fentanyl 12,5μg dengan neostigmin 50 μg pada
subarachnoid blok dengan bupivakain 0,5% 12,5 mg hiperbarik untuk
operasi daerah panggul dan ekstremitas bawah [Karya tulis ilmiah akhir].
Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM; 2011.
Naiborhu FT. Perbandingan penambahan midazolam 1 mg dan midazolam
2 mg pada bupivakain 15 mg hiperbarik terhadap lama kerja blokade
sensorik anestesi spinal [Tesis]. Medan: Fakultas Kedokteran USU; 2009.
Aitkenhead A, Smith G, Rowbotham D. Texbook of anaesthesia. Fifth
edition. United Kingdom: Churchill livingstone elsevier; 2007.
The New York School of Regional Anesthesia. Spinal anesthesia. 2013.
[Diakses 26 Agustus 2016]. (Diakses dari
http://www.nysora.com/techniques/neuraxial-and-perineuraxial-
techniques/landmark-based/3423-spinal-anesthesia.html).
Katzung BG. Farmakologi dasar & klinik. Edisi 10. Jakarta: EGC; 2011:
423-430.
Sjamsuhidajat, R., De Jong, W., 2004. Buku-Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.
Jakarta: EGC.
Brunicardi, F. Charles; Andersen, Dana K.; Billiar, Timothy R.; Dunn,
David L.; Hunter, John G.; Pollock, Raphael E. 2006. Swartz’s Manual Of
Surgery. 8thed. USA : McGraw Hill
Docstoc. 2010. Askep Apendisitis. Available from:
http://www.docstoc.com/docs/22262076/askep-apendisitis
[Accessed 26 Agustus 2016]
McCance, Kathryn L., Hether, Sue E. 2006. Pathopysiology: The Biologic
Basis for Disease in Adults and Children. 5thed. Philadelphia : Elsevier
Mosby
Crawford, J. Kumar, V. 2007. Buku Ajar Patologi Edisi 7. Jakarta : EGC
Longo, Dan L., Fauci, Anthony S. 2013. Harrison’s Gastroenterology
and Hepatology. 2nded. New York : McGrew Hill Education.
Departemen Bedah UGM. 2010. Apendik. Available from:
http://www.bedahugm.net/tag/appendix [Accessed 26 Agustus
2016].
Wiyono, Mellisa H. 2011. Aplikasi Skor Alvarado pada
Penatalaksanaan Apenditis Akut. Jakarta : J. Kedokt Meditek Vol
Terima Kasih