Minahasa dilakukan oleh orang yang telah memapaki usia dewasa (sudah
menikah). Untuk membangun tempat tinggal sendiri, mereka harus
berkonsultasi dengan para tokoh atau pemuka masyarakat dalam hal ini
Wailan (pemimpin Agama) dan Tonaas (Pemimpin Walak) mengenai
rencana dalam pembangunan rumah.
Konon hal ini dilatarbelakangi oleh kepercayaan bahwa mahluk halus pola
berjalannya adalah lurus ke depan. Dengan pengaturan bukaan yang
demikian, maka mahluk halus yang kebetulan “nyasar” masuk ke dalam
rumah lewat salah satu bukaan, akan langsung ke luar lagi melalui bukaan
lainnya yang berhadap-hadapan dengan bukaan tempat ia masuk.
Simbolisasi Arsitektur tradisional Minahasa meliputi:
• Komposisi bentuk rumah Minahasa secara keseluruhan dapat dibedakkan
atas tiga bagian utama, masing-masing adalah bagian atap (kepala),
bagian badan dan bagian kolong (kaki).
• Hadirnya elemen rongga atap (loteng) dan bagian kolong rumah, secara
tidak langsung melambangkan pola kehidupan masyarakat Minahasa yang
bercorak agraris.
• Pola tata letak dan orientasi bangunan rumah dalam wilayah permukiman
menyiratkan sistem kemasyarakatan yang demokratis.