Voluntary adalah dorongan yang ada pada diri seseorang untuk datang ke tempat
layanan yang sebelumnya ingin mereka hindari
Counseling adalah komunikasi interpersonal untuk merubah perilaku (pre tes dan
pasca tes)
Testing adalah tes yang berkualitas dan cepat sehingga mendorong orang untuk
mengakses layanan VCT
VCT merupakan layanan konseling dan tes HIV yang dibutuhkan oleh klien secara aktif
dan individual yang menekankan pada pengkajian dan penanganan faktor risiko dari
klien, diskusi untuk menjalani tes HIV dan implikasinya serta pengembangan strategi
untuk mengurangi faktor risiko oleh konselor
Tujuan VCT
Informed Consent
Tes HIV
Informed Consent
adalah lembar yang
diberikan untuk
mendapatkan
persetujuan seorang
klien secara tertulis
sebelum di lakukan
tes HIV
3. Test HIV
Testing HIV bertujuan untuk menegakkan diagnosa yang berprinsip sukarela dan terjaga kerahasiaannya
Sebelum testing harus didahului dengan konseling dan penandatanganan
informed consent.
Hasil testing HIV harus diverifikasi oleh dokter patologi klinis atau dokter terlatih atau dokter
penanggung jawab laboratorium.
Hasil diberikan kepada konselor dalam amplop tertutup.
Dalam laporan pemeriksaan hanya ditulis nomor atau kode pengenal.
Jangan memberi tanda berbeda yang mencolok terhadap hasil yang positif dan negatif.
Meskipun spesimen berasal dari sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya yang berbeda,
tetap harus dipastikan bahwa klien telah menerima konseling dan menandatangani informed
consent.
Keberadaan virus HIV dalam tubuh manusia hanya dapat diketahui melalui
pemeriksaan laboratorium pada sampel cairan tubuh seperti darah, plasma
dan lainnya. Pemeriksaan darah dengan tujuan untuk diagnosis HIV harus
memperhatikan gejala atau tanda klinis serta prevalensi HIV di
wilayah.Prevelensi HIV diatas 30% digunakan strategi I dan prevelensi HIV untuk
diatas 10% dan dibawah 30% dapat menggunakan strategi II menggunakan
reagen yang berbeda sensitivity dan specificity. Untuk prevalensi HIV dibawah
10% dapat menggunakan strategi III, menggunakan tiga jenis reagen yang
berbeda sensitivity dan specificity (Depkes,2006).
Diagnosis pada infeksi HIV dilakukan dengan dua metode yaitu metode
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium.
Metode pemeriksaan laboratorium meliputi uji imunologi dan uji virologi
Uji imunologi untuk menemukan respon antibody terhadap HIV-1 dan
digunakan sebagai test skrining, meliputi enzyme immunoassays atau
enzyme – linked immunosorbent assay (ELISAs) sebaik tes serologi cepat (rapid
test)
Deteksi Antibodi HIV
Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang diduga telah terinfeksi HIV.
ELISA dengan hasil reaktif (positif) harus diulang dengan sampel darah
yang sama, dan hasilnya dikonfirmasikan dengan Western Blot atau IFA
(Indirect Immunofluorescence Assays)
Progresi infeksi HIV ditandai dengan penurunan 𝐶𝐷4+ T limfosit, sebagian
besar sel target HIV pada manusia. Kecepatan penurunan CD4 telah terbukti
dapat dipakai sebagai petunjuk perkembangan penyakit AIDS. Jumlah
CD4 menurun secara bertahap selama perjalanan penyakit. Kecepatan
penurunannya dari waktu ke waktu rata-rata 100 sel/tahun
Uji Virologi
Kultur HIV
HIV dapat dibiakkan dari limfosit darah tepi, titer virus lebih tinggi dalam plasma
dan sel darah tepi penderita AIDS. Pertumbuhan virus terdeteksi dengan
menguji cairan supernatan biakan setelah 7-14 hari untuk aktivitas reverse
transcriptase virus atau untuk antigen spesifik virus.
NAAT HIV-1(Nucleic Acid Amplification Test)
Menemukan RNA virus atau DNA proviral yang banyak dilakukan untuk diagnosis
pada anak usia kurang dari 18 bulan
Uji antigen p24
Protein virus p24 berada dalam bentuk terikat dengan antibodi p24 atau dalam
keadaan bebas dalam aliran darah indivudu yang terinfeksi HIV-1.
4. Konseling Pasca Tes
Penerimaan klien
Pelayanan
Konseling Kelompok Penanganan Perawatan dan
lanjutan dukungan VCT Manajemen Dukungan
Kasus
Konseling
Layanan
Kepatuhan Rujukan
Psikiatrik
Berobat
4 sistem rujukan dan alur rujukan klien
di Indonesia
Informed Consent
Pendukung: Penghambat:
adanya kebijakan yang tidak hanya kebijakan tentang alokasi
untuk orang berisiko HIV/AIDS namun pencegahan yang lebih rendah dari
juga TB, karena TB juga bisa terkena pada pengobatan, tim VCT yang
HIV/AIDS,ruangan yang nyaman, bertugas merangkap, klien yang
aman, tim VCT yang kompak, klien tertutup, tidak jujur dan tidak memiliki
yang terbuka dan mempunyai keinginan untuk sembuh, dan
kesadaran ingin sembuh, lingkungan lingkungan yang tidak mau
yang mau menerima klien sesuai menerima klien sesuai dengan
dengan statusnya dan adanya statusnya
kelompok dukungan sebaya (KDS)
Provider Initiated
Testing and
Counselling
(PITC)
Definisi PITC
adalah suatu tes HIV dan konseling yang diprakarsai oleh petugas
kesehatan kepada pengunjung sarana layanan kesehatan sebagai
bagian dari standar pelayanan medis (Kemenkes,2010)
PITC adalah inovasi dari VCT yang diprakarsai oleh petugas
kesehatan ketika seorang pasien datang ke sarana kesehatan untuk
mendapatakan layanan kesehatan karena berbagai macam
keluhan kesehatannya
PITC menekankan pemeriksaan kesehatan terkait dengan infeksi
oportunistik dan merujuk pada pelayanan berkelanjutan
Tujuan PITC