Anda di halaman 1dari 38

Testing HIV/Aids:

VCT & PICT


Kelompok 4

Windayani Sitindaon 25010115120028


Bella Risca Monica 25010115120092
Citra Anandya K 25010115120112
Meity Aisyah D P S 25010115140199
Allaam Aisy 25010115140202
Artha Dhyna D 25010115130208
Voluntary,
Counseling, and
Testing (VCT)
Definisi VCT

 Voluntary adalah dorongan yang ada pada diri seseorang untuk datang ke tempat
layanan yang sebelumnya ingin mereka hindari
 Counseling adalah komunikasi interpersonal untuk merubah perilaku (pre tes dan
pasca tes)
 Testing adalah tes yang berkualitas dan cepat sehingga mendorong orang untuk
mengakses layanan VCT

VCT merupakan layanan konseling dan tes HIV yang dibutuhkan oleh klien secara aktif
dan individual yang menekankan pada pengkajian dan penanganan faktor risiko dari
klien, diskusi untuk menjalani tes HIV dan implikasinya serta pengembangan strategi
untuk mengurangi faktor risiko oleh konselor
Tujuan VCT

 Tujuan utama adalah perubahan perilaku ke arah


perilaku lebih sehat dan lebih aman
 Tujuan umum untuk membantu perubahan perilaku,
juga guna mencegah penularan HIV, meningkatkan
kualitas hidup ODHA, serta untuk sosialisasi dan
mempromosikan layanan dini
Permekes RI Nomer 74 tahun 2014

 kebijakan dan strategi nasional telah dicanangkan


konsep akses universal untuk mengetahui status HIV,
akses terhadap layanan pencegahan, perawatan,
dukungan dan pengobatan HIV dengan visi getting to
zero, yaitu zero new HIV infection, zero discrimination
dan zero AIDS related death
Peran Layanan VCT

1. Normalisasi HIV /AIDS


2. Memfasilitasi perubahan perilaku
3. Terapi pencegahan & perawatan reproduksi
4. Rujukan dukungan sosialdan sebaya
5. Penerimaan sero-status, coping & perawatan diri
6. Manajemen dini infeksi oportunistik & IMS; introduksi ARV
Struktur Organisasi di Unit Pelayanan
VCT
Tahapan VCT

Konseling Pra Tes

Informed Consent

Tes HIV

Konseling Pasca Tes

Pelayanan Dukungan yang Berkelanjutan


1. Konseling Pra Tes

 Konseling pra tes adalah pemberian informasi tentang HIV/ AIDS,


penelian faktor risiko, mendiskusikan keuntungan dan kerugian
mengetahui status HIV, mempersiapkan klien untuk mengetahui tes
HIV dan informasi pengurangan dampak buruk, serta recana
memberitahu pasangan bila hasil tes HIV (+)
 Tahapan penatalaksanaan:
 Penerimaan Klien
 Konseling Pra Testing
 Konseling Pra Testing dalam Keadaan Khusus
2. Informed
Consent

 Informed Consent
adalah lembar yang
diberikan untuk
mendapatkan
persetujuan seorang
klien secara tertulis
sebelum di lakukan
tes HIV
3. Test HIV

Testing HIV bertujuan untuk menegakkan diagnosa yang berprinsip sukarela dan terjaga kerahasiaannya
 Sebelum testing harus didahului dengan konseling dan penandatanganan
 informed consent.
 Hasil testing HIV harus diverifikasi oleh dokter patologi klinis atau dokter terlatih atau dokter
penanggung jawab laboratorium.
 Hasil diberikan kepada konselor dalam amplop tertutup.
 Dalam laporan pemeriksaan hanya ditulis nomor atau kode pengenal.
 Jangan memberi tanda berbeda yang mencolok terhadap hasil yang positif dan negatif.
 Meskipun spesimen berasal dari sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya yang berbeda,
tetap harus dipastikan bahwa klien telah menerima konseling dan menandatangani informed
consent.
 Keberadaan virus HIV dalam tubuh manusia hanya dapat diketahui melalui
pemeriksaan laboratorium pada sampel cairan tubuh seperti darah, plasma
dan lainnya. Pemeriksaan darah dengan tujuan untuk diagnosis HIV harus
memperhatikan gejala atau tanda klinis serta prevalensi HIV di
wilayah.Prevelensi HIV diatas 30% digunakan strategi I dan prevelensi HIV untuk
diatas 10% dan dibawah 30% dapat menggunakan strategi II menggunakan
reagen yang berbeda sensitivity dan specificity. Untuk prevalensi HIV dibawah
10% dapat menggunakan strategi III, menggunakan tiga jenis reagen yang
berbeda sensitivity dan specificity (Depkes,2006).
 Diagnosis pada infeksi HIV dilakukan dengan dua metode yaitu metode
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium.
 Metode pemeriksaan laboratorium meliputi uji imunologi dan uji virologi
 Uji imunologi untuk menemukan respon antibody terhadap HIV-1 dan
digunakan sebagai test skrining, meliputi enzyme immunoassays atau
enzyme – linked immunosorbent assay (ELISAs) sebaik tes serologi cepat (rapid
test)
Deteksi Antibodi HIV

Pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang diduga telah terinfeksi HIV.
ELISA dengan hasil reaktif (positif) harus diulang dengan sampel darah
yang sama, dan hasilnya dikonfirmasikan dengan Western Blot atau IFA
(Indirect Immunofluorescence Assays)
Progresi infeksi HIV ditandai dengan penurunan 𝐶𝐷4+ T limfosit, sebagian
besar sel target HIV pada manusia. Kecepatan penurunan CD4 telah terbukti
dapat dipakai sebagai petunjuk perkembangan penyakit AIDS. Jumlah
CD4 menurun secara bertahap selama perjalanan penyakit. Kecepatan
penurunannya dari waktu ke waktu rata-rata 100 sel/tahun
Uji Virologi

 Kultur HIV
 HIV dapat dibiakkan dari limfosit darah tepi, titer virus lebih tinggi dalam plasma
dan sel darah tepi penderita AIDS. Pertumbuhan virus terdeteksi dengan
menguji cairan supernatan biakan setelah 7-14 hari untuk aktivitas reverse
transcriptase virus atau untuk antigen spesifik virus.
 NAAT HIV-1(Nucleic Acid Amplification Test)
 Menemukan RNA virus atau DNA proviral yang banyak dilakukan untuk diagnosis
pada anak usia kurang dari 18 bulan
 Uji antigen p24
 Protein virus p24 berada dalam bentuk terikat dengan antibodi p24 atau dalam
keadaan bebas dalam aliran darah indivudu yang terinfeksi HIV-1.
4. Konseling Pasca Tes

Konseling pasca tes bertujuan untuk membantu klien memahami


dan menyesuaikan diri dengan hasil testing. Konselor mempersiapkan
klien untuk menerima hasil testing, memberikan hasil testing, dan
menyediakan informasi selanjutnya. Konselor mengajak klien
mendiskusikan strategi untuk menurunkan penularan HIV.
Tahap pelaksanaan konseling pasca
tes:

Penerimaan klien

Pedoman penyampaian hasil testing negatif

Menerangkan secara ringkasterkait tindak lanjut dan


dukungan

Konfidensialitas (persetujuan untuk mengungkapkan status


HIV ke pihak ketiga)

VCT dan Etik Pemberitahuan kepada pasangan


5. Pelayanan Dukungan yang
Berkelanjutan

Pelayanan
Konseling Kelompok Penanganan Perawatan dan
lanjutan dukungan VCT Manajemen Dukungan
Kasus

Konseling
Layanan
Kepatuhan Rujukan
Psikiatrik
Berobat
4 sistem rujukan dan alur rujukan klien
di Indonesia

Rujukan klien dalam


lingkungan sarana kesehatan
Rujukan antar
sarana kesehatan
Rujukan klien dari sarana kesehatan
ke sarana kesehatan lainnya
Rujukan klien dari sarana kesehatan
lainnya ke sarana kesehatan Rujukan
Prinsip Pelayanan VCT

Informed Consent

Permenkes Nomer 74 Confidentiality


tahun 2014 terdapat 5
komponen dasar yang Counselling
disebut 5 C dalam
pelaksanaan VCT yaitu: Correct test results

Connections to, care, treatment and prevention services


Cara Memperoleh Layanan VCT

 Mobile VCT (Penjangkauan dan keliling)


 dapat dilaksanakan oleh LSM atau layanan kesehatan yang langsung mengunjungi
sasaran kelompok masyarakat yang memiliki perilaku berisiko atau berisiko tertular
HIV/AIDS di wilayah tertentu
 Statis VCT (Klinik VCT tetap)
 bertempat dan menjadi bagian dari layanan kesehatan yang telah ada di sarana
kesehatan seperti Rumah Sakit dan saranan kesehatan lainnya meliputi Pusat
Kesehatan Masyarakat, Keluarga Berencana (KB),klinik KIA untuk Pencegahan
Penularan Ibu-Anak (Prevention of mother to child transmission ), Infeksi Menular
Seksual (IMS), terapi Tuberkulosis dan LSM yang dapat dikelola oleh pemerintah dan
masyarakat.
Indikator keberhasilan VCT

 Konselor harus profesional dan berkompeten, minimal menguasi


keterampilan konseling dan komunikasi, agar layanan voluntary
counseling and testing dikatakan berhasil
 Keberhasilan VCT dari klien meliputi sikap, emosi, intelektual, motivasi,
usaha mencari informasi untuk memecahkan masalahya merupakan
faktor yang mempengaruhi keberhasilan konseling
 Pelaksaan VCT dikatakan berhasil apabila ada perubahan positif
pada klien setelah melakukan konseling baik perubahan pada diri
sendiri, perilaku, pemahaman, maupun kondisi psikologisnya
Pendukung dan Penghambat VCT

Pendukung: Penghambat:
adanya kebijakan yang tidak hanya kebijakan tentang alokasi
untuk orang berisiko HIV/AIDS namun pencegahan yang lebih rendah dari
juga TB, karena TB juga bisa terkena pada pengobatan, tim VCT yang
HIV/AIDS,ruangan yang nyaman, bertugas merangkap, klien yang
aman, tim VCT yang kompak, klien tertutup, tidak jujur dan tidak memiliki
yang terbuka dan mempunyai keinginan untuk sembuh, dan
kesadaran ingin sembuh, lingkungan lingkungan yang tidak mau
yang mau menerima klien sesuai menerima klien sesuai dengan
dengan statusnya dan adanya statusnya
kelompok dukungan sebaya (KDS)
Provider Initiated
Testing and
Counselling
(PITC)
Definisi PITC

 adalah suatu tes HIV dan konseling yang diprakarsai oleh petugas
kesehatan kepada pengunjung sarana layanan kesehatan sebagai
bagian dari standar pelayanan medis (Kemenkes,2010)
 PITC adalah inovasi dari VCT yang diprakarsai oleh petugas
kesehatan ketika seorang pasien datang ke sarana kesehatan untuk
mendapatakan layanan kesehatan karena berbagai macam
keluhan kesehatannya
 PITC menekankan pemeriksaan kesehatan terkait dengan infeksi
oportunistik dan merujuk pada pelayanan berkelanjutan
Tujuan PITC

 untuk membuat keputusan klinis dan/atau menentukan


pelayanan medis khusus yang tidak mungkin dilaksanakan
tanpa mengetahui status HIV seseorang seperti misalnya ART
 untuk mengidentifikasi infeksi HIV yang tidak nampak pada
pasien dan pengunjung sarana layanan kesehatan
Proses PITC dan Unsur Pendukungnya

 Informasi pra-test HIV dan persetujuan pasien


 Konseling pasca tes
 Semua pasien yang menjalani tes HIV harus mendapatkan konseling
pasca tes pada saat hasil tes disampaikan, tanpa memandang hasil
tes HIV-nya dan di berikan secara individu
 Rujukan
 Frekuensi tes HIV
 Tes HIV ulang setiap 6-12 bulan mungkin akan bermanfaat bagi
individu berisiko tinggi untuk mendapat pajanan HIV
Perbandingan
antara VCT dan
PITC
Pasien/Klien

VCT - KTS PITC – KTP2


 Datang ke klinik khusus untuk  Datang ke klinik karena
konseling dan testing HIV penyakit terkait HIV misalnya
 Berharap dapat pasien TB/suspek TB
pemeriksaan  Tidak bertujuan tes HIV
 Pada umumnya asimtomatis  Tes HIV diprakarsai oleh
petugas kesehatan
berdasarkan indikasi
Petugas Kesehatan/Konselor

VCT - KTS PITC – KTP2


 Konselor terlatih baik  Petugas kesehatan yang
petugas kesehatan maupun dilatih untuk memberikan
bukan petugas kesehatan konseling dan edukasi
Tujuan utama konseling dan tes HIV

VCT - KTS PITC – KTP2


 Penekanan pada  Penekanan pada diagnosis
pencegahan penularan HIV HIV untuk penatalaksanaan
melalui pengkajian faktor yang tepat bagi TB-HIV nya
risiko, pengurangan risiko, dan rujukan ke PDP
perubahan perilaku dan tes
HIV serta peningkatan
kualitas hidup
Pertemuan Pra tes

VCT - KTS PITC – KTP2


 Konseling berfokus klien  Petugas kesehatan memprakarsai
 Secara individual tes HIV kepada pasien yang
terindikasi
 Kedua hasil baik positif maupun
 Diskusi dibatasi tentang perlunya
negative sama-sama pentingnya
menjalani tes HIV
untuk diketahui pasien karena
pentingnya upaya pencegahan  Perhatian khusus untuk yang
dan peningkatan kualitas hidup hasilnya HIV positif dengan fokus
pada perawatan medis dan
upaya pencegahan
Tindak lanjut

VCT - KTS PITC – KTP2


 Klien dengan hasil HIV positif  Perawatan pasien HIV positif
dirujuk ke layanan PDP dan berkoordinasi dengan
dukungan lain yang ada di petugas TB dan rujukan ke
masyarakat layanan dukungan lain yang
ada di masyarakat

Anda mungkin juga menyukai