Anda di halaman 1dari 22

KEKERASAN SEKSUAL

Dr. Abdullah Arief Syahputra


Departemen Kedokteran Forensik dan Medikolegal
RSUP. Dr. M. Djamil Padang
Definisi

Pasal 1 Deklarasi Penghapusan Kekerasan Terhadap


Perempuan
• Tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat
kesengsaraan atau penderitaan perempuan secara fisik,
seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu,
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-
wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam
kehidupan pribadi
• Salah satu subkategori dari kekerasan adalah kekerasan
seksual, yaitu perbuatan yang dapat dikategorikan hubungan
dan tingkah laku seksual yang tidak wajar, sehingga
menimbulkan kerugian dan akibat yang serius bagi korban.
Kekerasan seksual dapat membawa dampak fisik dan psikis permanen dan berjangka
panjang

Dapat menyerang siapa saja, bahkan anak-anak

Kekerasan seksual terhadap anak merupakan aktivitas seksual dengan seorang anak
sebagai pesertanya untuk memberikan kepuasan seksual atau keuntungan finansial
kepada pelaku kekerasan, meliputi; (1) Penganiayaan seksual, (2) Pelecehan seksual,
(3) Perkosaan, (4) Incest, (5) Masturbasi didepan seorang anak, (6) Memainkan
genital atau bagian intim tubuh, (7) Pornografi, (8) Prostitusi, (9) Eksploitasi anak
Alur
Pembuatan VeR tidak Seluruh barang bukti yang
mempunyai batasan waktu ditemukan diberikan
Kasus Kekerasan Seksual
tetap, disesuaikan dengan kepada Polisi dengan
permintaan penyidik menggunakan Berita Acara

Apabila sudah melapor dan


Rekam Medis dan VeR
Dokter memeriksa korban membawa SPV  seluruh
bersifat rahasia, dapat
(anamnesis, pemeriksaan data tetap dicatat dalam
dibocorkan apabila sesuai
fisik) rekam medis dan dibuatkan
dengan ketentuan UU
VeR

Apabila korban belum


melapor, Dokter mempunyai Apabila dibutuhkan, Polisi
Amankan barang bukti yang kewajiban untuk melapor akan meminta BAP atau
berada di tubuh korban ke Polisi  seluruh dipanggil ke Pengadilan
pemeriksaan dicatat dalam untuk menjadi Saksi Ahli
rekam medis
Hal-hal yang dicari untuk Peradilan

 Bukti persetubuhan
 Tanda-tanda kekerasan
 Penggunaan atau pemberian zat
 Penyakit menular seksual
 Kehamilan
 Usia korban
 Gangguan psikiatrik pada korban

 Gangguan psikiatrik pada pelaku  VeR Psikiatri


Aspek Medikolegal
Pasal (1) Dalam hal penyidik untuk kepentingan
peradilan menangani seorang korban baik luka,
133 keracunan ataupum mati yang diduga karena
ayat 1 peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan
dan 2 ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
KUHAP dokter dan atau ahli lainnya

(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana


dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan
bedah mayat
PP No. 27
Tahun 1983
Penyidik berwenang adalah
• Polisi Negara Republik Indonesia tertentu yang sekurang-
kurangnya berpangkat Pembantu Letnan Dua polisi (Ajun
Inspektur Dua) dan pejabat Pegawai Negeri Sipil
tertentu yang sekurang-kurangnya berpangkat Pengatur
Muda Tingkat I (golongan II b) atau yang disamakan
dengan itu
Persetubuhan di luar perkawinan dan disetujui pihak perempuan

KUHP pasal 287

•(1) Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus
diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas bahwa belum waktunya untuk
dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun
•(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umur wanita belum sampai dua belas tahun atau jika
ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294

Jika umur korban belum cukup 15 tahun tetapi sudah di atas 12 tahun, penuntutan baru
dilakukan bila ada pengaduan dari yang bersangkutan. Jadi dengan keadaan itu persetubuhan
tersebut merupakan delik aduan, bila tidak ada pengaduan, tidak ada penuntutan

Tetapi keadaan akan berbeda jika:

•Umur korban belum sampai 12 tahun


•Korban yang belum cukup 15 tahun itu menderita luka berat atau mati akibat perbuatan itu (KUHP pasal 291); atau
•Korban yang belum cukup 15 tahun itu dalah anaknya, anak tirinya, muridnya, anak yang berada di bawah
pengawasannya, bujangnya atau bawahannya (KUHP pasal 294)
• Barangsiapa dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dengan dia di luar
perkawinan, diancam karena
Pasal 285 melakukan perkosaan dengan pidana
KUHP penjara paling lama dua belas tahun
• Pada tindak pidana di atas perlu
dibuktikan telah terjadi persetubuhan
dan telah terjadi paksaan dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan
Pasal Lainnya
 KUHP pasal 284  Perzinahan  persetubuhan suka sama suka tetapi salah
satu/keduanya sudah mempunyai pasangan
 Merupakan delik aduan  yang mengadu adalah pasangan dari si pelaku, bukan
yang melakukan, dan harus bersedia bercerai jika di adukan

 KUHP pasal 288  jika persetubuhan dilakukan dalam pernikahan dengan istri
<15 tahun dan menyebabkan perlukaan, maka hukumannya :
 Luka ringan  4 tahun penjara
 Luka berat  8 tahun penjara
 Meninggal  12 tahun penjara
Pembuktian Medis
Anamnesis

 Dilakukan ketika korban sudah mulai tenang


 Perlakukan korban sebaik mungkin dengan menggunakan prinsip Empati dan
Beneficience
 Bertanya tidak mengulang-ulang
 5 W + 1 H secara terbuka yang dilanjutkan dengan pertanyaan tertutup
 Apabila korban mulai gelisah kembali, hentikan pertanyaan dan buat korban
nyaman terlebih dahulu
 Lakukan anamnesis diruangan tertutup, kedap suara dan lebih sedikit orang
lebih baik
Pemeriksaan Fisik

Tanda
Keadaan
Pakaian kekerasan
psikis
pada tubuh

Tanda Tanda
kekerasan kekerasan
pada anus pada genital
Gambaran Selaput Dara
Deskripsi Selaput Dara

 “Terdapat robekan lama/baru, sampai dasar/tidak sampai dasar, arah jam … “

 Robekan baru  apabila warna tepi robekan lebih merah/hiperemis


dibandingkan dengan sekitar
 Robekan lama  warna tepi robekan sama dengan warna sekitar

 Sampai dasar  dasar robekan sampai batas labia minora


 Tidak sampai dasar  dasar robekan masih di atas batas labia minora

 Arah robekan  ditentukan sesuai ordinat angka pada jam  tidak


mempunyai arti spesifik, hanya menyatakan ordinat
Gambar Anus
Pemeriksaan Anus

 Lihat permukaan anus, apakah ada tanda kekerasan


 Ukur diameter anus dan kekuatan sfingter ani
 Deskripsikan kulit lipatan anus

 Deskripsi  “anus berbentuk corong, diameter …, terdapat kemerahan pada


arah jam …., lipatan anus menghilang”
Pengambilan Barang Bukti
 Pakaian Korban  bercak sperma  baechi
 Rambut korban  bagian yang menyatu  potong  periksa mikroskop
 Oral sex  periksa bagian palatum  kalua belum minum/kumur-kumur  swab daerah gusi
bagian bawah/pangkal gusi  periksa di mikroskop
 Pengambilan sperma/air mani pada genital bagian (fornix posterior) dalam dengan lidi kapas
 <72 jam
 < 6 jam  pemeriksaan langsung
 > 6 jam – 72 jam  memakai pewarnaan
 Bilas Vagina  indikasi untuk gagal swab  kateter wanita + NaCl 1 cc + spuit  semprotkan
 goyangkan  hisap
 Anus  swab daerah kulit anus  kapas lidi + NaCl
 Pengambilan sampel DNA
 Pengambilan Darah  DNA, ABO dan Toksikologi
 Pengambilan Urine  Toksikologi
 Apabila dating dalam keadaan hamil  pastikan kehamilan dengan USG (konsul Obgyn) dan
sesuaikan dengan kronologis  TIDAK PERLU PERIKSA SELAPUT DARA

 Pada pelaku  dapat dilakukan tes Lugol untuk pembuktian epitel vagina
Kesimpulan
 “… akibat kekerasan tumpul”

 “… akibat kekerasan tumpul yang melewati liang senggama/lubang


pelepasan”

 “… akibat persetubuhan”

 Apabila ada kecurigaan pencabulan tanpa ditemukan bukti, namun kita


sebagai dokter sangat yakin adanya hal tersebut, dapat dituliskan  “adanya
pencabulan tidak dapat disingkirkan pada kasus ini”
Tatalaksana Korban
 Kejadian <24 jam  Emergency untuk Kedokteran Forensik
 1-3 hari post koitus ec. Kekerasan seksual  berikan postinor/pil KB
 Tetapkan waktu subur terlebih dahulu
 Postinor  2 tablet pertama  2 tablet 12 jam berikutnya
 Pil KB  4 tablet pertama  4 tablet 12 jam berikutnya
 Tatalaksana korban kekerasan terhadap perempuan/anak  berupa OCC
(One-stop Crisis Center)
 Sp. F  medikolegal
 Sp. DV  penyakit IMS
 Sp. PD  HIV/AIDS
 Sp. KJ  gangguan psikologis
 Sp. A  tumbuh dan kembang anak
 Sp. OG  reproduksi dan kandungan
TERIMA KASIH
forensicmedindonesia.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai