Anda di halaman 1dari 11

FILSAFAT

KETUHANAN
N A D E A O C TA RYA N A P17324417001
L E OVA N I A P U T R I A Z H A R H A S I N P17324417003
KHALIZA VIRGINIA SERVIA Z P17324417004
BERLIANA BILGIES PUTRI F P17324417005
NURUL AGNI KHAILA P17324417006
1. KONSEP TUHAN DAN KETUHANAN
Perkataan ilah, yang selalu diterjemahkan “Tuhan”, dalam al-Qur’an dipakai untuk menyatakan berbagai
objek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya dalam surat al-Furqan ayat 43.
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya ?

Dalam surat al-Qashash ayat 38, perkataan ilah dipakai oleh Fir’aun untuk dirinya sendiri:
Dan Fir’aun berkata: ‘Wahai para pembesar hambaku, aku tidak mengetahui Tuhan bagimu selain aku’.
Contoh ayat-ayat tersebut di atas menunjukkan bahwa perkataan ilah bisa mengandung arti berbagai
benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata (Fir’aun atau penguasa yang dipatuhi dan
dipuja). Perkataan ilah dalam al-Qur’an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (mutsanna:
ilaahaini), dan banyak (jama’: aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti tentang
definisi Tuhan atau Ilah yang tepat, berdasarkan logika al-Qur’an adalah sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga
manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya.
Perkataan dipentingkan hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai,
diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang
ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian.
Ibnu Taimiyah memberikan definisi al-ilah sebagai berikut:
Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati, tunduk kepadanya,
merendahkan diri di hadapannya, takut, dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah
ketika berada dalam kesulitan, berdo’a, dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri,
meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan
terpaut cinta kepadanya. (M. Imaduddin, 1989: 56).
Berdasarkan definisi tersebut di atas dapat dipahami, bahwa Tuhan itu bisa
berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia.Yang pasti ialah manusia tidak mungkin
atheis, tidak mungkin tidak ber-Tuhan. Berdasarkan logika al-Qur’an setiap manusia pasti
mempunyai sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, orang-orang komunis pada
hakikatnya ber-Tuhan juga. Adapun Tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (utopia)
mereka.
Dalam ajaran Islam diajarkan kalimat “Laa illaha illaa Allah”. Susunan kalimat
tersebut dimulai dengan peniadaan, yaitu “tidak ada Tuhan”, kemudian baru diikuti dengan
suatu penegasan “melainkan Allah”. Hal itu berarti bahwa seorang muslim harus
membersihkan dari segala macam Tuhan terlebih dahulu, yang ada dalam hatinya hanya satu
Tuhan yang bernama Allah.
2. ALIRAN KETUHANAN
Aliran dalam konsep ketuhanan berbeda dengan perkembangan konsep kepercayaan
kepada Tuhan.
• Aliran Ketuhanan Teisme merupakan aliran dalam filsafat ketuhanan yang mengandung
pengertian bahwa adanya Tuhan bukan hanya sesuatu ide yang terdapat dalam pikiran (mind)
manusia, akan tetapi menunjukkan bahwa zat yang dinamakan Tuhan itu berwujud obyektif “.
Aliran Ketuhanan Teisme beranggapan bahwa Tuhan adalah transenden dan immanen.
Transenden adalah sesuatu yang di luar batas pengetahuan dan kesanggupan manusia normal
yang menunjukkan kepada kebesaran, keagungan Tuhan “
• Tuhan Aliran Ketuhanan Ateisme merupakan antitesis dari konsep teisme yang berpandangan
tentang pengingkaran adanya Tuhan yang berarti menolak terhadap kepercayaan adanya Tuhan “
• Aliran Ketuhanan Deisme memiliki pandangan bahwa Tuhan dipercaya hanya pada waktu
penciptaan, selanjutnya tidak berhubungan dengan dunia lagi karena dunia yang sudah teratur
dari semula “
3. PANDANGAN PARA FILSUF
1. Santo Agustinus
Santo Agustinus percaya bahwa Allah ada dengan melihat sejarah dari drama penciptaan,
yang melibatkan Allah dan manusia. Allah menciptakan daratan untuk manusia, menciptakan
manusia (Adam) yang berdosa melawan Allah. Lalu Adam dan Hawa diusir dari Taman Eden.
Kemudian setelah manusia berkembang, mereka berdosa lebih lagi dan dihukum dengan
air bah dalam sejarah Nuh. Orang-orang Yahudi yang diberikan perjanjian Allah ternyata tidak
dapat memeliharanya sehingga dihukum melalui bangsa-bangsa lain. Lalu Allah yang maha kasih
menebus manusia melalui Yesus Kristus. Dari sejarah ini Allah dapat selalu ada di tengah-tengah
manusia. Memang Agustinus adalah Bapa gereja, Uskup dari Hippo yang membela eksistensi Allah
dari pandangan-pandangan lain yang ingin meruntuhkan paham teisme. Tuhan didefinisikan dari
sifat-sifatnya; maha tahu, maha hadir, kekal, pencipta segala sesuatu. Namun lebih lagi, Tuhan bukan
ada begitu saja, namun selalu terhubung dalam peristiwa-peristiwa besar manusia.
2. Rene Descartes.
Rene Descartes memikirkan Tuhan bermula dari prinsip utamanya yang merupakan
“gabungan antara pietisme Katolik dan sains. Descartes adalah seorang filsuf rasionalis yang
terkenal dengan pemikiran ide Allah. Tantangan yang mendorong Descartes adalah keragu-
raguan radikalnya, The Methode of Doubt , bahkan menurutnya,"indera bisa saja menipu,Yang
Maha Kuasa dalam bayangan kita juga bisa saja menipu, sebab kita yang membayangkan".
Dalam menjawab skeptisisme orang-orang pada masanya, maka dalam tinggalnya di Neubau,
dekat kota Ulm - Jerman, disebut sebagai “perjalanan menara”, kata lain dari meditasi yang
dilakukan, dia menemukan Cogito, ergo sum tahun 1618.
Filsafat Ketuhanan menurut Descartes adalah berawal dari fungsi iman, yang pada
akhirnya berguna untuk menemukan Allah. Tanpa iman manusia cenderung menolak Allah. Ada
dua hal yang bisa ditempuh agar Aku sampai pada Allah:
1) Jalan yang pertama adalah sebab akibat, bahwa dirinya sendiri (manusia) pasti diakibatkan oleh
penyebab pertama, yaitu Allah.
2) Jalan yang kedua adalah secara ontologis, yang diwarisinya dari Anselmus. Allah yang ada itu
tidak mungkin berdiri sendiri, tanpa ada kaitan dengan suatu entitas lain, maka Allah pasti ada
dan bereksistensi. Maka Allah yang ada dalam ide Descartes sempurna sudah, bahwa Dia ada
dan dapat diandalkan dalam relasi dengan entitas lainnya itu.
4. PEMBUKTIAN ADANYA TUHAN
1. Menurut Thomas
Thomas memberi 5 (lima) bukti adanya Tuhan
1) Adanya gerak didunia mengharuskan kita menerima bahwa ada penggerak pertama yaitu Allah.
Menurut Thomas apa yang bergerak tentu digerakkan oleh sesuatu yang lain. Gerak menggerakkan
ini tidak dapat berjalan tanpa batas. Maka harus ada penggerak pertama. Penggerak pertama ini
adalah Allah.
2) Di dalam dunia yang diamati terdapat suatu tertib sebab-sebab yang membawa hasil atau yang
berdaya guna. Tidak pernah ada sesuatu yang diamati yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya
sendiri. Oleh karena itu, maka harus ada sebab berdaya guna yang pertama, inilah Allah.
3) Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin ada dan tidak ada. Oleh karena semuanya itu
tidak berada sendiri tetapi diadakan, dan oleh karena semuanya itu dapat rusak, maka ada
kemungkinan semua itu ada, atau semuanya itu tidak ada. Jikalau segala sesuatu hanya mewujudkan
kemunginan saja, tentu harus ada sesuatu yang adanya mewujudkan suatu keharusan. Padahal sesuatu
yang adanya adalah suatu keharusan, adanya itu disebabkan oleh sesuatu yang lain, sebab-sebab itu
tak mugkin ditarik hingga tiada batasnya. Oleh karena itu, harus ada sesuatu yang perlu mutlak, yang
tak disebabkan oleh sesuatu yang lain, inilah Allah.
4) Diantara segala yang ada terdapat ha-hal yag lebih atau kurang baik, lebih atau kurang benar
dan lain sebagainya. Apa yang lebih baik adalah apa yang lebih mendekati apa yang terbaik. Jadi
jikalau ada yang kurang baik, yang baik dan yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya
yang terbaik. Dari semuanya dapat disimpulkan bahwa harus ada sesuatu yang menjadi sebab
daris segala yang baik, segala yang benar, segala yang mulia.Yang menyebabkan semuanya itu
adalah Allah.
5) Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak berakal seperti umpamanya tubuh alamiah,
berbuat menuju pada akhirnya. Dari situ tampak jelas, bahwa tidak hanya kebetulan saja
semuanya itu mencapai akhirnya, tapi memang dibuat begitu. Maka apa yang tidak berakal
tidak mungkin bergerak menuju akhirnya, jikalau tidak diarahkan oleh suatu tokoh yang
berakal, berpengetahuan. Inilah Allah
2. Pembuktian Filosof dan Mutakallim
Pembuktian ini menjelaskan dalam tiga argument, diantaranya :
1) Argumen keberadaan Alam (cosmology).
2) Argument sebab akibat (causality).
3) Argumen kemungkinan (contingency).
4) Argumen keberadaan Alam (cosmology).
Argument yang menjelaskan bahwa segala yang ada selalu bergerak. Segala sesuatu yang bergerak
tentu digerakkan oleh penggerak yang lain, dan yang menggerakkan pasti juga digerakkan oleh penggerak
berikutnya, dan demikianlah seterusnya hingga tanpa batas. Segala benda yang ada di bumi ini pasti
bergerak dan pasti ada penggeraknya, logika ini akan sampai bahwa ada penggeraka tunggal yang
mengggerakkan segalanya yaitu Tuhan. Dalam bahasa Ibn sina argumen ini dikenal “fî itsbât intihâ` mabâdi`
al-kâinât ilâ al-‘ilal al-muharrikah lî harakah mustadîrah”
5) Argument sebab akibat (causality).
Argument yang memberikan Gambaran logika ini bahwa dunia dan seluruh isinya terwujud karena
adanya penyebab, atau dengan kata lain segalanya berjalan dengan hukum sebab akibat. Tidak ada sesuatu
yang mempunyai sebab pada dirinya sendiri, sebab jika demikian maka tentu ia lebih dahulu dari dirinya
sendiri, tentu ini tidak mungkin terjadi. Maka jika ada sebab pasti ada sebab, begitulah seterusnya.Logkika
ini tidak mungkin terus-menrus tanpa batas, oleh sebab itu pasti ada penyebab Tunggal yang tidak
sebabkan oleh sesuatu yaitu Allah.
 Surah Ibrahim ayat 10
َ ‫عو ُكمْ ِليَغِْف َْر لَ ُكمْ ِمنْ ذُنُو ِب ُكمْ َويُ َؤ ِخ َر ُكمْ ِإلَىْ أَ َجلْ ُم‬
ْ‫س ًّمى ْۖ قَالُوا ِإن‬ ِ ‫ت َواْلَر‬
ُ ‫ضْ ْۖ يَد‬ ِْ ‫س َم َاوا‬ َِْ ‫سلُ ُهمْ أَفِي‬
ِ َ‫ّللا شَكْ ف‬
َ ‫اط ِْر ال‬ ُ ‫۞ قَالَتْ ُر‬
َ ‫سل‬
ْ‫طانْ ُمبِين‬ ُ ِ‫ع َما َكانَْ يَعبُ ُْد آبَا ُؤنَا فَأْت ُونَا ب‬
َ ‫صدُّونَا‬ُ َ‫ّل بَشَرْ ِمثلُنَا ت ُ ِريدُونَْ أَنْ ت‬
َْ ِ‫أَنتُمْ إ‬
Berkata rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?
Dia menyeru kamu untuk memberi ampunan kepadamu dari dosa-dosamu dan menangguhkan
(siksaan)mu sampai masa yang ditentukan?" Mereka berkata: "Kamu tidak lain hanyalah manusia
seperti kami juga. Kamu
menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah
nenek moyang kami, karena itu datangkanlah kepada kami, bukti yang nyata".
 Surat Al-A’raf Ayat 54
‫س َوالقَ َم َْر‬ َْ ‫شم‬ َ ‫ار َيطلُبُ ْهُ َح ِثيثًا َْوال‬ َْ ‫ش يُغ ِشي اللَي‬
َْ ‫ل النَ َه‬ ْ ِ ‫علَى ال َعر‬ َ ْ‫ض ِفي ِست َ ِْة أَيَامْ ث َُْم استَ َْوى‬
َْ ‫ت َواْلَر‬ َ ‫ّللاُ الَذِي َخلَقَْ ال‬
ِْ ‫س َم َاوا‬ َْ ‫ن َربَ ُك ُْم‬
َْ ‫ِإ‬
َْ‫ب ال َْعالَ ِمين‬ُّْ ‫ّللاُ َر‬
َْ ‫ك‬ َ َ‫ق َواْلَم ُْر ْۖ تَب‬
َْ ‫ار‬ َْ َ‫س َخ َراتْ ِبأَم ِرِْه ْۖ أ‬
ُْ ‫ّل لَ ْهُ الخَل‬ َ ‫وم ُم‬ َْ ‫َوالنُّ ُج‬
54. Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam
masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang
(masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah
hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.
 SuratYunus Ayat 12
َْ‫ك ُزيِن‬َْ ‫ۖ َك َْذ ِل‬
ْ ُ‫س ْه‬ ُ ْ‫عنَا ِإلَى‬
َ ‫ضرْ َم‬ ُ ‫ض َرْهُ َم َْر َكأَنْ لَمْ يَد‬ َْ ‫عانَا ِل َجنبِ ِْه أَوْ قَا ِعدًا أَوْ قَائِ ًما فَلَ َما َكشَفنَا‬
ُ ُ‫عن ْه‬ َ ‫ُّر َد‬
ُّْ ‫سانَْ الض‬
َ ‫اْلن‬
ِ ‫س‬ َْ ‫َو ِإ َذا َم‬
َْ‫ِلل ُمس ِر ِفينَْ َما َكانُوا َيع َملُون‬
12. Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk
atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya
yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya
yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa
yang selalu mereka kerjakan.
 Surat Asy-Syu'ara' Ayat 63
َ ‫ل فِرْقْ َك‬
ِْ ‫الطو ِْد ال َع ِظ‬
‫يم‬ ُّْ ‫اك البَح َْر ْۖ فَانفَلَقَْ فَ َكانَْ ُك‬
َْ ‫ص‬ ِْ َ‫سىْ أ‬
َ ‫ن اض ِربْ بِ َع‬ َ ‫فَأَو َحينَا ِإلَىْ ُمو‬

63. Lalu Kami wahyukan kepada Musa: "Pukullah lautan itu dengan tongkatmu". Maka terbelahlah
lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar.

Anda mungkin juga menyukai