Anda di halaman 1dari 55

ANALISIS LEVERAGE

Dr. Sri Nawangsari


Fakultas Ekonomi
Universitas Gunadarma
2015
1. PENGERTIAN LEVERAGE

Leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana oleh


perusahaan dimana dalam penggunaan asset atau dana
tersebut perusahaan harus mengeluarkan biaya
tetap/beban tetap. Tujuannya untuk meningkatkan
keuntungan potensial bagi pemegang saham.
Ada 2 macam leverage :
1. Leverage operasi (operating leverage)
2. Leverage keuangan (financial leverage)
Tujuannya agar keuntungan yang diperoleh lebih besar
daripada biaya asset dan sumber dananya. Dengan
demikian penggunaan leverage akan meningkatkan
keuntungan bagi pemegang saham.
2. LEVERAGE OPERASI (OPERATING LEVERAGE)

Penggunaan aktiva dengan biaya tetap dengan


harapan bahwa pendapatan yang dihasilkan oleh
penggunaan aktiva akan cukup untuk menutup
biaya tetap dan biaya variabel.
Leverage operasi memperlihatkan pengaruh
penjualn terhadap laba operasi atau laba sebelum
bunga dan pajak (EBIT) yang diperoleh dengan
menghitung besarnya tingkat leverage operasinya
(degree of operating leverage).
Contoh : Pengaruh leverage pada 3 perusahaan yang
berbeda.
Table 1: Laporan laba rugi perusahaan A, B dan C
Keterangan Persh. A (Rp) Perush. B (Rp) Perush. C (Rp)

Penjualan 80.000.000 88.000.000 156.000.000

Biaya Operasi:

Biaya tetap 56.000.000 16.000.000 112.000.000

Biaya variabel 16.000.000 56.000.000 24.000.000

Keuntungan operasi (EBIT) 8.000.000 16.000.000 20.000.000

Rasio biaya operasi :

Biaya tetap/biaya total 0,78 0,22 0,82

Biaya tetap/penjualan 0,70 0,18 0,72

Biaya variable/penjualan 0,20 0,64 0,15


Misalkan perusahaan mengalami peningkatan
penjualan sebesar 50% maka:
Table 2: Perubahan Laporan laba rugi perusahaan A, B dan C
Keterangan Persh. A (Rp) Perush. B (Rp) Perush. C (Rp)

Penjualan 120.000.000 132.000.000 234.000.000

Biaya Operasi:

Biaya tetap 56.000.000 16.000.000 112.000.000

Biaya variabel 24.000.000 84.000.000 36.000.000

Keuntungan operasi (EBIT) 40.000.000 32.000.000 86.000.000

Presentase perubahan EBIT 400% 100% 330%


Keterangan:
Tabel 1: Perusahaan A mempunyai biaya tetap
lebih besar dibanding biaya variabel.
Perusahaan B mempunyai variabel lebih besar
dari tetapnya. Perusahaan C mempunyai biaya
tetap dua kali lipat perusahaan A. Dari ketiga
perusahaan tersebut perusahaan C mempunyai
biaya tetap dan ratio biaya operasinya besar.
Kesimpulan :
Dengan adanya peningkatan penjualan sebesar 50%
maka biaya variabel meningkat. Seluruh perusahaan
menunjukkan pengaruh dari leverage operasi
(perubahan penjualan yang menghasilkan
perubahan laba operasi).
Dari perubahan tersebut perusahaan A terbukti
sebagai perusahaan yang paling sensitif dengan
peningkatan penjualan 50% menyebabkan
peningkatan laba sebesar operasi 400% .
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan
jumlah biaya tetap terbesar belum tentu memiliki
pengaruh leverage operasi terbesar.
3. TINGKAT LEVERAGE OPERASI (DEGREE OF
OPERATING LEVERAGE)
Tingkat leverage operasi atau degree of operating
leverage adalah presentase perubahan dalam laba
operasi (EBIT) yang disebabkan perubahan satu persen
dalam output (penjualan).

Tingkat elastisitas operasi = Pesentase perubahan laba operasi (EBIT)


pada unit output penjualan Presentase perubahan output (penjualan)
Atau:

𝑆 −𝑉𝐶 𝑄 (𝑃−𝑉)
𝐷𝑂𝐿 𝑄 𝑢𝑛𝑖𝑡 = =
𝑆−𝑉𝐶−𝐹𝐶 𝑄 𝑃−𝑉 −𝐹𝐶

Atau :

𝑆 −𝑉𝐶 𝐸𝐵𝐼𝑇+𝐹𝐶
𝐷𝑂𝐿 𝑠 𝑟𝑢𝑝𝑖𝑎ℎ = =
𝑆−𝑉𝐶−𝐹𝐶 𝐸𝐵𝐼𝑇
Contoh :
Misalkan akan menganalisis kondisi keuangan 3
perusahaan K, M, dan N dengan keadaan sbb:
Tabel : laporan laba rugi perusahaan K,M dan N
Keterangan Persh. K (Rp) Persh. M (Rp) Persh. N (Rp)

Penjualan 120.000.000 180.000.000 240.000.000


Biaya Variabel 24.000.000 - 120.000.000 - 40.000.000 -
Marjin kontribusi 96.000.000 60.000.000 200.000.000
Biaya tetap 56.000.000 30.000.000 120.000.000
Laba operasi (EBIT) 40.000.000 30.000.000 80.000.000
Harga per unit 10.000 10.000 10.000
Biaya variable per unit 2.000 6.667 1.667
Volume penjualan 12.000 unit 18.000 unit 24.000 unit
Dari laporanlabarugiperusahaan K,M dan N
dapatdihitungbesarnyadegree of operating leverage
(DOL)sbb:

120.000.000 −24.000.000
𝐷𝑂𝐿𝑘 = = 2,4
120.000.000 −24.000.000 −56.000.000

𝐷𝑂𝐿𝑘 sebesar 2,4 artinyatingkatelastisitasoperasipada


output penjualanterhadap EBIT sebesar 240% ,
berartiapabilapenjualanperusahaan k naiksebesar 10%
makalabaoperasiakannaiksebesar 2,4 x 10% = 24%
dansebaliknyaapabilapenjualanperusahaan K turunsebesar
10% makapenurunantersebutberakibat EBIT
nyaturunsebesar 2,4 x 10% = 24%
180.000.000 −120.000.000
𝐷𝑂𝐿𝑚 = = 2,0
180.000.000 −120.000.000 −30.000.000

𝐷𝑂𝐿𝑚 sebesar2,0
artinyatingkatelastisitasoperasipada output
penjualanterhadap EBIT sebesar200% ,
berartiapabilapenjualanperusahaan k
naiksebesar 10%
makalabaoperasiakannaiksebesar2,0 x 10% =
20% dansebaliknyaapabilapenjualanperusahaan
K turunsebesar 10%
makapenurunantersebutberakibat EBIT
nyaturunsebesar2,0 x 10% = 20%
240.000.000 −40.000.000
𝐷𝑂𝐿𝑛 = = 2,5
240.000.000 −40.000.000 −120.000.000

𝐷𝑂𝐿𝑛 sebesar2,5 artinyatingkatelastisitasoperasipada


output penjualanterhadap EBIT sebesar250% ,
berartiapabilapenjualanperusahaan k naiksebesar 10%
makalabaoperasiakannaiksebesar2,5 x 10% = 25%
dansebaliknyaapabilapenjualanperusahaan K
turunsebesar 10% makapenurunantersebutberakibat
EBIT nyaturunsebesar2,5 x 10% = 25%
Untuk membuktikan efek perubahan penjualan
terhadap EBIT dengan melihat DOL apabila
penjualan ketiga perusahaan naik 10% dan biaya
variabel naik 10%, maka:
Table : Perubahan laporan laba rugi perusahaan K, M dan N

Keterangan Perusahaan K Perusahaan M Perusahaan N


(Rp) (Rp) (Rp)

Penjualan (naik 10%) 132.000.000 198.000.000 264.000.000

Biaya variable (naik 10%) 26.400.000 - 132.000.000 44.000.000

Marjin kontribusi 105.600.000 66.000.000 220.000.000

Biaya tetap 56.000.000 30.000.000 120.000.000

Laba operasi 49.600.000 36.000.000 100.000.000

Prosentase perubahan laba operasi akibat adanya


perubahan penjualan masing-masing perusahaan adalah
sbb:
= 𝐸𝐵𝐼𝑇𝑡 - 𝐸𝐵𝐼𝑇𝑡−1
𝐸𝐵𝐼𝑇𝑡−1

49.600.000 −40.000.000
Perusahaan K = ₓ 100% = 24%
40.000.000

36.000.000 −30.000.000
Perusahaan M = ₓ 100% = 20%
30.000.000

100.000.000 −80.000.000
Perusahaan N = ₓ 100% = 25%
80.000.000
Dilihat dari masing-masing operating leverage yaitu
DOL k sebesar 2,4 , DOL M sebesar 2,0 dan DOL N
sebesar 2,5 dapat disimpulkan bahwa beban biaya
tetap dibanding kontribusi margin Perusahaan N paling
besar, berarti risiko Perusahaan N lebih besar dibanding
Perusahaan k dan M karena kontribusi laba yang
diperoleh digunakan untuk menutup biaya tetap yang
lebih besar.
Besarnya tingkat perubahan laba operasi
sebagai akibat perubahan penjualan (DOL)
sangat erat hubungannya dengan titik impas
atau titik pulang pokok. Titik impas
menunjukkan besarnya pendapatan sama
dengan jumlah biaya yang harus dikeluarkan
perusahaan. Hubungan antara laba operasi
dengan DOL sangat erat , semakin besar
penjualan berarti semakin besar laba operasi
dan semakin jauh dari titik impas dan
sebaliknya.
4. LEVERAGE KEUANGAN (FINANCIAL LEVERAGE)
Merupakan penggunaan dana dengan beban tetap
dengan harapan atas penggunaan dana tersebut
akan memperbesar pendapatan per lembar saham
(EPS).
Dikatakan leverage menguntungkan (favorable
financial)/efek positif apabila pendapatan yang
diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar
daripada beban tetap , misal hutang obligasi berupa
bunga, saham preferen berupa deviden. Dan
sebaliknya jika merugikan (unfavorable financial).
Nilai leverage positif atau negatif berdasarkan EPS
(earning perlembar saham).
Indifferent Point adalah suatu keadaan dimana tercapai
tingkat EBIT yang dapat menghasilkan EPS yang sama.

1. Analisis titik indifferen atau analisis hubungan EBIT-


EPS
adalah analisis untuk menentukan titik yang
menunjukkan tingkat laba operasi (EBIT) yang
menghasilkan laba per lembar saham (EPS) yang
sama di antara alternatif pendanaan.
Rumus:
EPS = (EBIT – I) (1-t) - PD
NS

Dimana:
EPS = Earning per share / pendapatan per lembar saham
I = bunga hutang obligasi
PD = deviden tahunan saham preferen
t = tarif pajak perusahaan
NS = jumlah lembar saham biasa
Contoh:
Misalkan perusahaan ’X’ mempunyai modal sendiri Rp
800.000.000 dan akan menambah modal sebesar Rp
400.000.000 melalui satu dari tiga alternatif pendanaan,
yaitu dari :
1. Saham biasa semua
2. Obligasi pada tingkat bunga 12%
3. Saham preferen dengan deviden 11%
Saat ini EBIT perusahaan sebesar Rp 120.000.000 , Dengan
adanya ekspansi maka laba diharapkan naik menjadi Rp
216.000.000. Tingkat pajak 40% . Perhitungan pengaruh
berbagai alternatif tambahan pendanaan terhadap laba dan
EPS sbb:
Perhitungan laba dan EPS
Keterangan Saham biasa Hutang Saham Preferen

EBIT 216.000.000 216.000.000 216.000.000

Bunga 12% - 48.000.000

EBT 216.000.000 168.000.000 216.000.000

Pajak 40% 86.400.000 - 67.200.000 - 86.400.000 -

EAT 129.600.000 100.800.000 129.600.000

Dividen saham preferen - 44.000.000

Laba pemegang saham 129.600.000 100.800.000 85.600.000

Jumlah saham biasa beredar 300.000 lbr 200.000 lbr 200.000 lbr

EPS 432 504 428


Untuk menentukan besarnya nilai EBIT yang
dapat diperlukan untuk menutup biaya
pendanaan tetap (beban tetap) maka EPS
diasumsikan sama dengan 0 (nol) sehingga
diperoleh persamaan:
EPS = (EBIT – I ) ( 1 – t ) – PD
NS
0 = (EBIT – I ) ( 1 – t ) – PD
NS
0 = ( EBIT – I ) ( 1 – t ) - PD
a. Apabila tambahan pendanaan menggunakan alternatif
saham biasa:
0 = (EBIT– I) (1 - t) – PD
0 = (EBIT–0) (1 – 0,40) – 0
0 = EBIT (0,60)
EBIT = 0 / 0,60 = 0
Perhitungan ini menunjukkan bahwa apabila pendanaan
menggunakan alternatif saham biasa maka tidak ada biaya
pendanaan tetap baik pada pendanaan lama maupun
pendanaan baru (setelah tambahan modal). Hal ini terlihat
bahwa besarnya earning per share (EPS) = 0, artinya apabila
EPS saham yang bersangkutan sama dengan nol maka
besarnya EBIT yang diperlukan adalah sebesar 0 (nol).
b. Apabila tambahan dana menggunakan alternatif hutang
obligasi :
0 = (EBIT -I) (1 - t) – PD
0 = (EBIT – (12% x 400.000.000) (1-0,40)- 0
0 = (EBIT – 48.000.000) (0,6)
0 = 0,6 EBIT – 28.800.000
EBIT = Rp 48.000.000
Dengan alternatif pendanaan melalui hutang obligasi maka
diperoleh EBIT sebesar Rp 48.000.000. EBIT ini sama
besarnya dengan bunga yang harus dibayar. Dengan
demikian EBIT tersebut digunakan untuk menutup biaya
bunga selain beban tetap dalam menggunakan dana dari
hutang obligasi. Pada EBIT Rp 48.000.000 besarnya EPS = 0
c. Apabila tambahan dana dipenuhi dengan alternatif
saham preferen
0 = (EBIT – I ) (1 – t ) – PD
0 = (EBIT – 0 ) (1 – 0,40 ) – 44.000.000
0 = EBIT (0,6) – 44.000.000
EBIT = Rp 44.000.000 / 0,60 = Rp 73.333.333,333
Dengan alternatif pendanaan melalui alternatif saham
preferen maka diperoleh EBIT sebesar Rp 73.333.333. EBIT
ini sama besarnya dengan dividen yang harus dibayar
karena menggunakan saham preferen. Dengan demikian
EBIT tersebut digunakan untuk membayar dividen sebagai
beban tetap dalam menggunakan dana dari saham
preferen.
2. Penentuan Titik Indifferen

𝑿 (𝟏 − 𝒕) 𝑿 − 𝑪 (𝟏 − 𝒕)
=
𝑺𝟏 𝑺𝟐
Dimana :
X = EBIT pada indifference point
C = Jumlahbungaobligasi
t = tingkatpajakperseroan
S1 = jumlahlembarsahambiasaygberedar
S2 = jumlahlembarsahambiasaygberedarkalaumenjual
sahambiasadanobligasi
a. Indifferent point untukpendanaansahambiasadanhutang
𝑿 (𝟏 − 𝒕) 𝑿 − 𝑪 (𝟏 − 𝒕)
=
𝑺𝟏 𝑺𝟐
𝑿 (𝟏 − 𝟎, 𝟒) 𝑿 − 𝟒𝟖. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 (𝟏 − 𝟎, 𝟒)
=
𝟑𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 𝟐𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
𝟎, 𝟔 𝑿 𝑿 − 𝟒𝟖. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 (𝟎, 𝟔)
=
𝟑𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 𝟐𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
0,6X (200.000) = 300.000 (0,6X - 28.800.000)
120.000 X = 180.000 X – 8.640.000.000
60.000 X = 8.640.000.000
X = 144.000.000
b. Indifferent point untukpendanaansahambiasadansahampreferen
𝑿 (𝟏 − 𝒕) 𝑿 − 𝑪 (𝟏 − 𝒕)
=
𝑺𝟏 𝑺𝟐
𝑿 (𝟏 − 𝟎, 𝟒) 𝑿 − 𝟒𝟒. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 (𝟏 − 𝟎, 𝟒)
=
𝟑𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 𝟐𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
𝟎, 𝟔 𝑿 𝑿 − 𝟒𝟒. 𝟎𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 (𝟎, 𝟔)
=
𝟑𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎 𝟐𝟎𝟎. 𝟎𝟎𝟎
0,6X (200.000) = 300.000 (0,6X - 44.000.000)
120.000 X = 180.000 X – 13.200.000.000
60.000 X = 13.200.000.000
X = 220.000.000
Penentuan EPS pada titik indifferen antara saham biasa dan
hutang
Keterangan Alternatif saham biasa Alternatif hutang

EBIT 144.000.000 144.000.000

Bunga 12% - 48.000.000 -

Laba sebelum pajak 144.000.000 96.000.000

Pajak 40% 57.600.000 - 38.400.000 -

Laba setelah pajak 86.400.000 57.600.000

Jumlah saham beredar 300.000 lbr 200.000 lbr

EPS Rp 288 Rp 288


Penentuan EPS pada titik indifferen antara saham biasa dan
saham preferen

Keterangan Alternatif saham biasa Alternatif saham preferen

EBIT 220.000.000 220.000.000


Bunga 12% - -
Laba sebelum pajak 220.000.000 220.000.000
Pajak 40% 88.000.000 - 88.000.000 -
Laba setelah pajak 132.000.000 132.000.000
Dividen saham preferen - 44.000.000 -
Laba pemegang saham biasa 132.000.000 88.000.000

Jumlah saham beredar 300.000 lbr 200.000 lbr


EPS Rp 440 Rp 440
Dari tabel tersebut ternyata benar bahwa pada
titik indifferen pendanaan antara saham biasa
dan hutang di mana EBIT sebesar Rp
144.000.000 menghasilkan EPS yang sama besar
yaitu Rp 288 per lembar. Sedangkan titik
indeferen pendanaan antara saham biasa dan
saham preferen di mana EBIT sebesar Rp
220.000.000 menghasilkan EPS yang sama besar
yaitu Rp 440 per lembar.
5. Tingkat Leverage Keuangan (Degree Of Financial
Leverage)
Merupakan presentaseperubahanlaba per lembarsaham (EPS) yang
diakibatkanadanyaperubahandalamlabaoperasi (EBIT).
Ataumerupakanpersentaseperubahan EBIT yang
menyebabkanperubahanpada EPS.

𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 % 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚


Tingkat Leverage Keuangan (DFL) =
𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 % 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑜𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝐸𝐵𝐼𝑇)
atau :
𝐸𝐵𝐼𝑇
Tingkat Leverage Keuangan (DFL) =
[ 𝐸𝐵𝐼𝑇 −𝐼 −{𝑃𝐷/(1−𝑡)}]
atau:
S−VC−FC Q(P−V)−FC EBIT
Tingkat Leverage Keuangan (DFL)Srupiah = = =
S−VC−FC−I Q(P−V)−FC−I EBIT−I
Di mana :
DFL s rupiah = DFL dari penjualan dalam rupiah
EBIT = Laba operasi sebelum bunga dan pajak
P = Harga per unit
V = Biaya variabel per unit
(P-V) = Margin kontribusi per unit
Q = kuantitas (unit) barang yang diproduksi /dijual
FC = biaya tetap
VC = Biaya variabel total
S = penjualan
t = Pajak penghasilan
PD = Dividen yang dibayar
I = Bunga tahunan yang dibayarkan
Contoh:
Misalkan perusahaan ’X’ mempunyai modal sendiri Rp
800.000.000 dan akan menambah modal sebesar Rp
400.000.000 melalui satu dari tiga alternatif pendanaan,
yaitu dari :
1. Saham biasa semua
2. Obligasi pada tingkat bunga 12%
3. Saham preferen dengan deviden 11%
Saat ini EBIT perusahaan sebesar Rp 120.000.000 , Dengan
adanya ekspansi maka laba diharapkan naik menjadi Rp
216.000.000. Tingkat pajak 40% . Perhitungan pengaruh
berbagai alternatif tambahan pendanaan terhadap laba dan
EPS sbb:
Perhitungan laba dan EPS
Keterangan Saham biasa Hutang Saham Preferen

EBIT 216.000.000 216.000.000 216.000.000

Bunga 12% - 48.000.000

EBT 216.000.000 168.000.000 216.000.000

Pajak 40% 86.400.000 - 67.200.000 - 86.400.000 -

EAT 129.600.000 100.800.000 129.600.000

Dividen saham preferen - 44.000.000

Laba pemegang saham 129.600.000 100.800.000 85.600.000

Jumlah saham biasa beredar 300.000 lbr 200.000 lbr 200.000 lbr

EPS 432 504 428


a. DFL untukalternatifpendanaanhutang:
EBIT 216.000.000
DFL = = = 1,29
EBIT−I 216.000.000−48.000.000
DFL sebesar 1,29 artinyaapabila EBIT berubah 10% (baiknaik/turun)
makalabasetelahpajak /EAT atau EPS akanberubah 1,29 x 10% =
12,9%

b. DFL untukalternatifpendanaansahampreferen:
𝐸𝐵𝐼𝑇
DFL =
[ 𝐸𝐵𝐼𝑇 −𝐼 −{𝑃𝐷/(1−𝑡)}]
216.000.000 216.000.000
= = = 1,51
[ 216.000.000 −0 −{44.000.000/(0,6)}] 142.666.667
DFL sebesar 1,51 artinyaapabila EBIT berubah 10% maka EAT / EPS
akanberubah 15,1%
b. DFL untukalternatifpendanaansahambiasa:
𝐸𝐵𝐼𝑇
DFL =
[ 𝐸𝐵𝐼𝑇 −𝐼 −{𝑃𝐷/(1−𝑡)}]
216.000.000 216.000.000
= = =1,00
[ 216.000.000 −0 −{0/(0,6)}] 216.000.000
DFL sebesar1,00 artinyaapabila EBIT berubah 10%
maka EAT / EPS akanberubah10%
Perhitungan laba dan EPS jika EBIT naik 10%
Keterangan Saham biasa Hutang Saham preferen

EBIT 237.600.000 237.600.000 237.600.000

Bunga 12% - 48.000.000 - -

EBT 237.600.000 189.600.000 237.600.000

Pajak 40% 95.040.000 - 75.840.000 - 95.040.000 -

EAT 142.560.000 113.760.000 142.560.000

Deviden saham preferen - - 44.000.000 -

Laba pemegang saham 142.560.000 113.760.000 98.560.000

Jumlah saham biasa beredar 300.000 lbr 200.000 lbr 200.000 lbr

EPS 475,2 568,8 492,8


Dari perhitungan tersebut ternyata kenaikan EBIT sebesar 10%
mengakibatkan kenaikan EPS sesuai dengan DFL masing=masing
alternatif pendanaan, yaitu :
6. Leverage Total (Total Leverage)
Merupakan gabungan antara leverage operasi dan
leverage keuangan, artinya melakukan dua langkah
pengaruh perubahan penjualan terhadap
perubahan EPS.
1. Pengaruh penjualan terhadap EBIT yang
dianalisis dengan DOL
2. Pengaruh EBIT terhadap EPS yang dianalisis
dengan DFL.
Ukuran kuantitatif dari sensitivitas total perubahan
EPS perusahaan sebagai akibat perubahan
penjualan perusahaan disebut tingkat leverage
total (degree of total leverage/DTL)
𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝐸𝑃𝑆
Tingkat Total Leverage (DTL) = 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
atau :
𝑄 (𝑃−𝑉)
DFL (unit) =
𝑄 𝑃−𝑉 −𝐹𝐶 −1{𝑃𝐷/(1−𝑡)}]
atau:
EBIT+FC S −VC
= =
EBIT−I −[𝑃𝐷/(1−𝑡) EBIT−I −[𝑃𝐷/(1−𝑡)
DTL = Persentase perubahan EPS
Persentase perubahan penjualan
Atau:
Mengalikan DOL dan DFL, maka
DTL = DOL x DFL
Penjualan EBIT
Perhitungan laba dan EPS
Keterangan Saham biasa Hutang Saham Preferen

Penjualan 500.000.000 500.000.000 500.000.000

Biaya Variabel 184.000,000 184.000.000 184.000.000

Kontribusi Marjin 316.000.000 316.000.000 316.000.000

Biaya Tetap 100.000.000 100.000.000 100.000.000

EBIT 216.000.000 216.000.000 216.000.000

Bunga 12% - 48.000.000

EBT 216.000.000 168.000.000 216.000.000

Pajak 40% 86.400.000 - 67.200.000 - 86.400.000 -

EAT 129.600.000 100.800.000 129.600.000

Dividen saham preferen - 44.000.000

Laba pemegang saham 129.600.000 100.800.000 85.600.000

Jumlah saham biasa beredar 300.000 lbr 200.000 lbr 200.000 lbr

EPS 432 504 428


a. DFL untukalternatifpendanaanhutang:
S −VC 500.000.000−184.000.000
DTL = = = 1,88
(EBIT−I) −[𝑃𝐷/(1−𝑡) 216.000.000−48.000.000
DTL sebesar 1,88 artinyaapabilapemjualanberubah 10% (baiknaik/turun)
makalabasetelahpajak /EAT atau EPS akanberubah 1,88 x 10% = 18,8%

b. DFL untukalternatifpendanaansahampreferen:
S −VC
DTL =
[ 𝐸𝐵𝐼𝑇 −𝐼 −{𝑃𝐷/(1−𝑡)}]
500.000.000−184.000.000 316.000.000
= = = 2,21
[ 216.000.000 −0 −{44.000.000/(0,6)}] 142.666.667

DTL sebesar 2,21 artinyaapabilapenjualanberubah 10% maka EAT / EPS


akanberubah 22,1%
b. DFL untukalternatifpendanaansahambiasa:
S −VC
DFL =
[ 𝐸𝐵𝐼𝑇 −𝐼 −{𝑃𝐷/(1−𝑡)}]
500.000.000−184.000.000 316.000.000
= = =1,46
[ 216.000.000 −0 −{0/(0,6)}] 216.000.000
DTL sebesar1,46 artinyaapabilapenjualanberubah 10%
maka EAT / EPS akanberubah14,6%
Perhitungan laba dan EPS jika penjualan naik 10%
Keterangan Saham biasa Hutang Saham preferen

Penjualan (10%) 550.000.000 550.000.000 237.600.000

Biaya Variabel (10%) 202.400.000 202.400.000 202.400.000

Kontribusi Marjin 347.000.000 347.000.000 347.000.000

Biaya Tetap 100.000.000 100.000.000 100.000.000

EBIT 247.00.000 247.000.000 247.00.000

Bunga 12% - 48.000.000 - -

EBT 247.600.000 199.600.000 247.600.000

Pajak 40% 95.040.000 - 79.840.000 - 95.040.000 -

EAT 148.560.000 179.760.000 148.560.000

Deviden saham preferen - - 44.000.000 -

Laba pemegang saham 148.560.000 119.760.000 104.560.000

Jumlah saham biasa beredar 300.000 lbr 200.000 lbr 200.000 lbr

EPS 495,2 598,8 522,8


Untuk alternatifsahambiasa= 𝐸𝐴𝑇𝑡 - 𝐸𝐴𝑇𝑡−1
𝐸𝐴𝑇𝑡−1
148.560.000 −129.600.000
ₓ 100% = 14,6%
129.600.000

Untukalternatifhutang= 𝐸𝐴𝑇𝑡 - 𝐸𝐴𝑇𝑡−1


𝐸𝐴𝑇𝑡−1
119.760.000 −100.800.000
ₓ 100% = 18,8%
100.800.000

Untukalternatifsahampreferen= 𝐸𝐴𝑇𝑡 - 𝐸𝐴𝑇𝑡−1


𝐸𝐴𝑇𝑡−1
104.560.000 −85.600.000
ₓ 100% = 22,1%
85.600.000
Rasio Coverage (Coverage Ratio)
Untuk mengetahui kapasitas hutang perusahaan melalui
analisis rasio cakupan (coverage ratio). Kapasitas hutang adalah
jumlah maksimum dimana perusahaan mampu melunasi secara
memadai.
Ratio ini untuk menghubungkan biaya keuangan
perusahaan dengan kemampuan perusahaan untuk
membayarnya. Salah satu cara yang digunakan dalam rasio ini
adalah EBIT sebagai ukuran aliran kas yang tersedia untuk
membayar biaya tetap pendanaan perusahaan.
Rasio coverage yang sering digunakan adalah interest
coverage ratio (times interest earned)
Interest ratio = EBIT
Biaya bunga
Rasio interest coverage menunjukkan bahwa penghasilan
perusahaan sudah mencukupi untuk membayar bunganya, sehingga
sangat berguna apabila kita menghitung rasio kemampuan perusahaan
untuk membayar seluruh hutang pokok dan bunganya. Ratio ini dikenal
sebagai rasio coverage (debt service coverage ).

Debt service coverage = EBIT


Biaya bunga + [pembayaran pokok/ (1-pajak)]

Disini pembayaran pinjaman pokok disesuaikan dengan


pengaruh pajak. Karena EBIT adalah laba sebelum pajak. Oleh karena
pembayaran pinjaman pokok tidak mengurangi untuk tujuan pajak,
maka harus dibayar dari laba setelah pajak.
Jadi. Pembayaran pinjaman pokok harus disesuaikan sehingga
konstan dengan EBIT.
Contoh: perusahan mempunyai EBIT Rp 320.000.000 dan
pembayaran bunga tahunan untuk semua hutang adalah Rp
120.000.000 . Seandainya pembayaran pinjaman pokok Rp
80.000.000/th dan pajak 40%, maka:

Debt service coverage = 320.000.000 = 1,26


120.00.000 + [80.000.000/(1-0,4)]
Rasio coverage 1,26 menunjukkan bahwa EBIT hanya dapat
turun 26% agar masih dapat digunakan untuk membayar hutang
tetrsebut. Jadi semakin dekat rasio debt service coverage dengan
angka satu berarti rasio tersebut semakin tidak baik.
Soal :
Perusahaan X dan Y mempunyai data sbb:
Keterangan Pers. X (Rp) Pers. Y (Rp)
Ebit yg diharapkan 400.000.000 8.000.000.000
Bunga tahunan 128.000.000 3.600.000.000
Pembayaran hutang tahunan 160.000.000 2.800.000.000

Jika pajak perusahaan X 40% sedangkan perusahaan Y sebesar


36% . Hitunglah rasio interest coverage dan debt service
coverage kedua perusahaan tersebut .
Perusahaan mana yang akan mendapat pinjaman?
MERCI…

Anda mungkin juga menyukai