Anda di halaman 1dari 31

PAPER GINEKOLOGI

“SERVISITIS”

Presentator:
Siti Rodiana Hasibuan
(71160891763)

Pembimbing:
dr. H. Muslich Perangin Angin Sp.OG

SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSU HAJI MEDAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
RSU HAJI MEDAN
2018
Latar belakang
Serviks uteri adalah penghubung antara vagina dengan organ genitalia
dalam, dan merupakan penghalang penting bagi masuknya
mikroorganisme kedalam genitalia interna wanita. Dalam hal ini
seorang wanita multipara dimana ostium uteri eksternum sudah lebih
terbuka. Sedangkan batas ke atas dari daerah bebas kuman adalah
ostium uteri internum sehingga lebih rentan terjadinya infeksi. Jika
serviks sudah terinfeksi maka akan mempermudah terjadinya infeksi
pada organ genitalia interna. Servisitis merupakan infeksi pada serviks
uteri yang sering terjadi karena adanya luka kecil akibat persalinan
yang tidak dirawat atau infeksi karena hubungan seksual. Penyakit
servisitis masuk kedalam golongan penyakit infeksi menular seksual
(IMS). Menurut data rekapitulasi dinas kesehatan kota medan kasus
infeksi menular seksual (IMS) di provinsi sumatera utara tahun 2015
adalah, sifilis 344 jiwa, gonore 418 jiwa, uretritis GO 19 jiwa, servisitis
1939 jiwa, proctitis 116 jiwa, uretritis non GO 1143 jiwa, trikomoniasis
135 jiwa, Herpes genital 80 jiwa, kandidiasis 71 jiwa.
Definisi

Servisitis adalah peradangan pada mukosa dan


submukosa kanalis servikalis, karena epitel
selaput lendir pada kanalis servikalis hanya terdiri
dari satu lapisan sel silindris sehingga lebih
mudah terinfeksi dibandingkan selaput lendir
vagina. Terjadinya servisitis dipermudah oleh
adanya robekan serviks akibat dari proses
persalinan, atau hubungan seksual.
Etiologi
Penyebab servisitis sangat bervariasi, paling sering disebabkan oleh :
• Infeksi Chlamydia trachomatis
• Infeksi Neisseria gonorrhea
• Infeksi Trichomonas vaginalis
• Infeksi Virus herpes simplex
• Infeksi Human papilloma virus (HPV)
• Penyebab yang kurang umum lainnya adalah: mikosis, sifilis,
tuberculosis, mycoplasma dan mikroorganisme aerob atau anaerob
endogen vagina seperti streptococcus, enterococcus, e. Coli, dan
stapilococcus.
• Beberapa kasus servisitis disebabkan oleh penggunaan kondom
wanita (cervical cup, diafragma), penggunaan pessarium, alergi
spermatisida, kondom yang berbahan karet lateks.
Klasifikasi
Servisitis akut.
Servisitis kronik.
Infeksi yang diawali di endoserviks
Penyakit ini dijumpai pada sebagian
dan ditemukan pada penyakit
wanita yang pernah melahirkan.
gonorrea, infeksi post abortus yang
Luka-luka kecil atau besar pada
disebabkan oleh streptococcus,
serviks karena partus atau abortus
stafilococcus, dan lain-lain. Dalam
memudahkan masuknya kuman-
hal ini serviks merah dan
kuman ke dalam endoserviks serta
membengkak dan mengeluarkan
kelenjar-kelenjarnya sehingga
cairan mukopurulen, akan tetapi
menyebabkan infeksi menahun.
gejala-gejala pada serviks biasanya
Karena radang menahun serviks
tidak seberapa tampak ditengah-
dapat menjadi hipertonis dan
tengah gejala lain dan infeksi yang
mengeras sehingga menyebabkan
bersangkutan. Pengobatan
sekret bertambah banyak.
diberikan dalam rangka
Servisitis kronis paling sering
pengobatan infeksi tersebut.
terlihat pada ostium eksternal dan
Penyakitnya dapat sembuh tanpa
kanalis endoservikalis.
bekas atau dapat menjadi kronik.
Lanjutan ...
Patofisiologi
Peradangan pada serviks terjadi akibat mikroorganisme patogen aerob
atau anaerob, peradangan ini terjadi dipermudah akibat adanya luka
(trauma) pada waktu persalinan, hubungan seksual, atau tindakan
medis.
Inflamasi serviks ini dapat menjadi penyakit akut atau kronik.
epitel silindris penghasil mucus di endoserviks bertemu dengan epitel
gepeng yang melapisi ektoserviks, oleh karena itu keseluruhan
serviks yang terpajan dilapisi oleh epitel gepeng. Epitel silindris
dapat mengalami ektropion
Remodeling ini bisa terus berlanjut dengan regenerasi epitel gepeng
dan silindris sehingga membentuk zona transformasi. Pertumbuhan
berlebihan epitel gepeng sering menyumbat orifisium kelenjar
endoserviks di zona transformasi dan menyebabkan terbentuknya
kista nabothian kecil yang dilapisi epitel silindris penghasil mukus.
Tanda dan gejala
– Flour albus, biasanya berlangsung lama, warna putih
keabu-abuan atau kuning yang kental, atau purulen
yang biasanya berbau.
– Sering menimbulkan erosi (erythroplakia) pada porsio
yang tampak seperti darah merah menyala.
– Dyspareunia.
– Adanya rasa gatal pada kemaluan.
– Nyeri abdomen bawah.
– Rasa nyeri pada panggul lebih kedaerah sakral.
– Gangguan berkemih (disuria).
– Perdarahan pasca senggama.
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan dengan spekulum


• Sediaan hapus untuk biakan dan tes kepekaan.
• Pap smear
• Biopsi
• Pewarnan gram  didapatkan 10 leukosit PMN per lapangan
biakan
Diagnosis
• Tanda dan gejala klinis
• Pemeriksaan spekulum
• Kolposkopi atau dengan pap smear
• Biopsi Pemeriksaan sitologi
Diagnosa banding
• Lesi pre-kanker serviks
• Lesi primer sifilis
• Herpes progenital
• Chancroid
• Lesi tuberculosis
• Gonorrhea
Penatalaksanaan
1. Servisitis akut
Selain menjaga kebersihan kemaluan
Menurut pedoman nasional penanganan infeksi menular seksual
Depkes RI 2011:
• Azitromisin 1 gr, dosis tunggal, per oral atau
• Doksisiklin 100 mg per oral 2 kali sehari per oral selama 7 hari.
Pilihan terapi lainnya
• Eritromisin 4x500 mg per oral selama 7 hari
Untuk terapi servisitis akibat Neisseria gonorrhea adalah:
• Cefixime 400 mg dosis tunggal peroral atau
• Levofloxacin 500 mg dosis tunggal peroral, pilihan terapi lainnya
• Kanamisin 2 gr, IM, dosis tunggal atau
• Tiamfenikol 3,5 gr per oral dosis tunggal atau
• Ceftriaxon 250 mg, IM dosis tunggal.
2. Servisitis kronik
Servisitis non-spesifik dapat diobati dengan rendaman dalam
Albothyl dan irigasi, Erosion dapat disembuhkan dengan
Albothyl yang menyebabkan nekrosis epitel silindris dengan
harapan bahwa kemudian diganti dengan epitel gepeng
berlapis yang sehat
jika radang sudah menjadi servisitis kronik pengobatanya lebih
baik dilakukan dengan jalan kauterisasi-radial dengan
termokauter atau dengan krioterpi.
Jika radang menahun mencapai endoserviks jauh jauh kedalam
kanalis servikalis maka dilakukan konisasi untuk
menganggkat sebagian besar mukosa serviks. Jika servisitis
kronik terlalu luas atau ektropion dapat dilakukan amputasi.
Komplikasi
Jika tidak diobati, infeksi dapat meluas ke
dalam uterus, tuba fallopi dan rongga pelvis.
Jika wanita hamil terinfeksi maka dapat terjadi
abortus, terjadi lahir mati, atau persalinan
prematur. Dapat menyebabkan kista nabothi.
Servisitis kronik dapat menyebabkan
infertilitas.
Prognosis
Prognosis servisitis biasanya baik, namun
penyakit ini dapat kambuh.
LAPORAN KASUS GINEKOLOGI
STATUS ORANG SAKIT

I. Identitas Pasien

IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS SUAMI PASIEN
Nama : Ny. HS
Umur : 68 tahun Nama : Tn. MI
Agama : Islam Umur : 72 tahun
Suku : Mandailing Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Suku : Mandailing
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Pensiunan
Alamat : Jl. Bilal ujung No. 120 Pendidikan : S1
Tanggal masuk : 22-10-2018 Alamat : Jl. Bilal ujung No. 120
Pukul : 09.00 WIB
II. Anamnesis

ANAMNESIS
Ny. HS, 68 tahun, P6A0, Mandailing, Islam, SMA, IRT, i/d Tn. MI, 72 tahun,
Mandailing, Islam, S1, Pensiunan, datang ke RS Haji Medan dibawa oleh
anak pada tanggal 22-10-2018, jam 09:00 WIB dengan :

Keluhan Utama : Ada benjolan keluar dari kemaluan

Telaah : Pasien Datang Ke RS Haji Medan dengan keluhan utama adanya


benjolan yang keluar dari kemaluan yang sudah dirasakan ± 1 tahun ini. Dan
memberat sejak 1 bulan ini. Awalnya benjolan terasa kecil dan terasa berada
didalam kemaluan, namun perlahan terasa membesar dan keluar dari vagina
sehingga pasien merasa terganggu. Pasien mengatakan berjolan akan
bertambah besar saat pasien mengedan dan kembali mengecil saat beristirahat
dan berbaring. Benjolan tersebut dapat dimasukkan kembali kedalam
kemaluan. Tidak terdapat nyeri, benjolan berwarna kemerahan dan terasa
lunak. Pasien mengatakan BAB dan BAK sedikit terganggu, keluar darah (-),
demam (-), riwayat mengangkat beban berat (-), riwayat trauma (-).
RPT : (-)
RPO : (-)
RPK : (-)
Riwayat alergi : (-)

RIWAYAT HAID :
KEPUTIHAN
Menarche : 13 tahun
Lama haid : 5-6 hari Jumlah : sedikit
Siklus Haid : 28 hari Warna : kekuningan
Volume : Ganti 2 – Bau : (-)
3 duk (pembalut) per hari Konsistensi : encer
Dysmenorrhea : (-) Gatal (pruritus vulvae) : (+)
Metrorrhagia : (-)
Menorrhagia : (-)
Darah beku : (-)
Contact bleeding : (-)
Climacterium : (-)
Menopause : (+)
SEKSUAL ATAU PERKAWINAN
RIWAYAT KEHAMILAN DAN Umur kawin istri : 19 tahun
PERSALINAN : Umur kawin suami : 23 tahun
Lama menikah : 49 tahun
1. Laki-laki, Aterm, 2950 gr, PSP, Klinik, Kemandulan : (-)
Bidan, sehat, 49 tahun, hidup, sehat. Frigiditas / Vaginismus : (-)
2. Laki-laki, Aterm, 3100 gr, PSP, Klinik, Libido : sedang
Bidan, sehat, 46 tahun, hidup, sehat. Frekuensi koitus : tidak di
3. Perempuan, Aterm, 3400 gr, PSP, tanyakan
Orgasmus : (-)
Klinik, Bidan, sehat, 42 tahun, hidup,
Dispareunia : (-)
sehat. Keluarga berencana : riwayat memakai
4. Laki-laki, Aterm, 3180 gr, PSP, Klinik, KB suntik
Bidan, sehat, 40 tahun, hidup, sehat.
5. Perempuan, Aterm, 2980 gr, PSP,
Klinik, Bidan, sehat, 37 tahun, hidup,
sehat.
6. Laki-laki, Aterm, 2795 gr, PSP, Klinik,
Bidan, sehat, 33 tahun, hidup, sehat.
GIZI DAN KEBIASAAN
III. PEMERIKSAAN FISIK
Nafsu makan : sedang
A. STASUS PRESENT
Perubahan berat badan : tidak ada
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Merokok/suntil : tidak ada
Sensorium : Compos Mentis,
Alkohol : tidak ada
GCS : E4M6V5
Kebiasaan makan obat : tidak ada
Tanda-tanda vital :
Obat-obat yang dimasukkan kedalam vagina
TD : 110/70 mmHg Anemis : (-/-)
: tidak ada
HR : 88 x/menit Dyspnoe : (-)
RR : 20 x/menit Sianosis : (-)
T : 36,4 C Oedem : (-)
PENYAKIT-PENYAKIT YANG
Ikterik : (-/-)
PERNAH DIDERITA
Keadaan gizi : baik
Keadaan penyakit
Hipertensi : (-)
Bisa berjalan sendiri : (+)
Diabetes melitus : (-)
Bisa duduk sendiri : (+)
Penyakit jantung dan pembuluh darah : (-)
Hanya berbaring saja : (-)
Penyakit ginjal : (-)
Tinggi Badan : 157 cm
Penyakit endokrin : (-)
Berat badan sebelum hamil : 55 kg
Penyakit kelamin : (-)
Penyakit hati : (-)
Tuberkulosis : (-)
B. STATUS GENERALISATA
Kepala : Normochepali
Abdomen :
Mata : Pupil isokor (+/+), konjungtiva
Membesar : (-)
anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Simetris / asimetris : simetris
Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak
Soepel : (+)
meningkat
Defense musculare : (-)
Thorax : Cor : Bunyi jantung normal,
Hepar : tidak teraba
reguler, bunyi tambahan (-)
Lien : tidak teraba
Pulmo : Suara pernapasan
Shifting dullness : (-)
vesikuler, suara napas tambahan (-)
Meteorismus : (-)
Mamae : dalam batas normal
Asicites : (-)
Membesar : (-)
Peristaltik usus : (+) normal
Hiperpigmentasi : (-)
Tumor : (-)
Colostrum : (-)
Ekstremitas : Akral hangat (+), edema (-/-).
Secret : (-)
Tumor-tumor : (-)
Tegang : (-)
Genitalia eksterna :
Mone pubis : tertutup bulu kemaluan secara merata
Labia mayora : dalam batas normal
Klitoris : dalam batas normal
Introitus vagina : terdapat massa berbentuk lonjong
berwarna merah muda, ± sebesar telur ayam, benjolan keluar tidak
lebih dari 2 cm dari panjang vagina, permukaan licin, darah (-),
flour albus (-), erosi/luka (-)
Perineum : dalam batas normal
Orifisium uretra eksterna : dalam batas normal
C. STATUS GINEKOLOGI
Pemeriksaan dalam
1. Inspekulo
Portio : licin - Darah : (-)
Erosi : (-) - Polip : (-)
Ectropion : (-) - Bunga Kol (exophytik) : (-)
Laserasi : (-) - Leukoplakia : (-)
Ovulinaboti : (-) - Schiller test : (-)
2. Vaginal toucher
Uterus Serviks
Posisi : Antefleksi - Portio : Licin
Besar : 2 cm x 2 cm x 3 cm - OUE : (-)
Mobilitas : mobile - Contact bleeding : (-)
Konsistensi : kenyal - Nyeri goyang : (-)
Nyeri tekan : (-)
3. Parametrium kanan/kiri : lemas/lemas
4. Adneksa kanan/kiri : tidak teraba
Besar : (-)
Konsistensi : (-)
Mobilitas : (-)
Permukaan : (-)
Nyeri tekan : (-)
5. Cavum douglass
Douglass crise : (-)
Menonjol/ tidak : tidak menonjol
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Hematologi
Darah rutin Nilai Nilai Rujukan satuan
Hemoglobin 11,6 12 – 16 g/dl
Hitung eritrosit 4,1 3,9 - 5,6 10*5/µl
Hitung leukosit 8,200 4,000- 11,000 /µl
Hematokrit 37,8 36-47 %
Hitung trombosit 273.000 150,000-450,000 /µl
Index eritrosit
MCV 95,3 80 – 96 Fl
MCH 29,0 27 – 31 pg
MCHC 32,5 30 – 34 %
Hitung jenis leukosit
Eosinofil 2 1–3 %
Basofil 1 0–1 %
N.Stab 0 2– 6 %
N. Seg 82 53–75 %
Limfosit 15 20–45 %
Monosit 4 4–8 %
LED 4 0-20 mm/jam
Kimia Klinik
GLUKOSA DARAH Satuan Nilai Rujukan
Glukosa Darah Sewaktu 104 mg/dL < 140 mg/dL
Golongan darah : O
V. DIAGNOSA BANDING
1. Prolaps uteri
2. Mioma servikal
3. Uretrokel
4. Sistokel
5. Rektokel
6. Kista bartholin

VI. DIAGNOSA
Prolaps uteri grade III
VII.PENATALAKSANAAN
Lapor supervisor dr. Ahmad khuwailid Sp.OG, Rencana pemasangan pessarium ring, pasien menolak dilakukan
operasi transvaginal histerektomi.

Langkah – langkah:
1. Diskusikan mengenai penggunaan pessarium dengan pasien dan keluarga pasien.
2. Persiapkan alat dan bahan pemasangan pessarium ( handscoon, betadine, alkohol 70%, pessarium, jelli).
3. Posisikan pasien litotomi di atas meja pemeriksaan dengan sebelumnya kandung kemih dikosongkan.
4. Lakukan aseptik dan antiseptik pada vulva, dan introitus vagina.
5. Lakukan pemeriksaan vagina untuk menetukan derajat prolapsus dan estimasi ukuran vagina ( sebagai pedoman
untuk mencari ukuran yang cocok, diukur dengan jari jarak antara forniks vagina dengan pinggir atas introitus
vagina ukuran tersebut dikurangi 1 cm untuk mendapatkan diameter dari pessarium yang akan dipakai.
6. Lubrikasi ujung pessarium dan introitus vagina.
7. Masukkan ujung pessarium secara perlahan dengan cara menjauhi uretra, sambil menyuruh pasien untuk
menarik napas, setelah bagian atas masuk kedalam vagina, bagian tersebut ditempatkan di forniks serviks
posterior.
8. Memeriksa ekspulsi pessarium dengan cara meminta pasien untuk mengedan dan batuk. Apabila tidak terjadi
ekpulsi, selipkan jari di antara pessarium dan dinding vagina untuk memastikan pemasangan tidak terlalu ketat.
9. Apabila ukuran pessarium cukup beri instruksi pasien untuk mengedan seperti pada saat BAB.
10. Minta pasien untuk berjalan beberapa menit.
11. Apabila tidak ada keluhan minta pasien untuk kontrol ulang 2 minggu kemudian, namun jika ada keluhan seperti
nyeri, kesulitan BAB atau BAK suruh pasien untuk kontrol ke RS.
12. Pemasangan pessarium selesai.

Terapi :
Cefadroxil 2x 500 mg tab
Asam mefenamat 3x 500 mg tab
Neurodek 2x1 tab
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai