Anda di halaman 1dari 11

• ADHE MAULANA

• I NYOMAN SANDYA PRANATA


• NI MADE SUKARYANI WINTARI
• OVIA LISA
Appendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu

atau umbai cacing (apendiks). Usus buntu sebenarnya adalah sekum

(cecum). Infeksi ini bisa mengakibatkan peradangan akut sehingga

memerlukan tindakan bedah segera untuk mencegah komplikasi yang

umumnya berbahaya. (Wim de Jong et al.2005)


Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung

inferiornya. Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang menonjol

pada apek caecum sepanjang 4,5 cm. Pada orang dewasa panjang appendiks rata-

rata 9 – 10 cm, terletak posteromedial caecum kira-kira 3 cm inferior valvula

ileosekalis. Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari yang bersifat basa

mengandung amilase, erepsin dan musin. Lendir itu secara normal dicurahkan ke

dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum.


1. Apendisitis akut

2. Apendisitis rekrens

3. Apendisitis kronis
(Andra Safery Wijaya, yessie Marisa Putri, 2013).
1. Ulserasi pada mukosa
2. Obstrusi pada colon oleh fecalit
3. Pemberian barium
4. Berbagai macam penyakit cacing
5. Tumor
6. Striktur karena fibrosis.
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi
penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari
folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak,adanya
fekalit dalam lumen appendiks. Adanya benda asing
seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan
sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma
karsinoid).
Gejala awal yang khas, merupakan gejala klasik apendisitis adalah

1. Nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilicus atau


periumbilikus. Dalam beberapa jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan
bawah, ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letakknya,
sehingga merupakan nyeri somatic setempat. Terkadang tidak dirasakan nyeri
pada daerah epigastrium, tetapi terdapat konstipasi.

2. Rasa mual, bahkan muntah, umumnya nafsu makan menurun.

3. Terkadang appendicitis disertai dengan demam derajat rendah 37,50 C – 38,50 C


1. Gejala appendicitis ditegakkan dengan anamnesa

2. Pemeriksaan yang lain

a. Lokalisasi

b. Test Rectal

3. Pemeriksaan Laboratorium

4. Pemeriksaan Radiologi
(Andra Safery Wijaya,Yessie Marisa Putri, 2013).

1. Sebelum operasi : Pasien dimnta melakukan tirah baring dan dipuasakan.

Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendiksitis atau


peritonitis lainya. Pemeriksaan abdomen dan rectal serta pemeriksaan
darah diulang secara periodik, foto abdomen dan thorak tegak dilakukan
untuk mencari kemungkinan adanya penyukit lain.
2. Operasi = Apendiktomi
3. Pasca operasi : Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui
terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernafasan,
angkat sonde lambung bila pasien sudah, sehingga aspirasi cairan lambung
dicegah, baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik dalam 12
jam tidak terjadi gangguan, selama itu pasien dipuasakan, bila tindakan operasi
lebih besar, misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan
sampai fungsi usus kembali normal.

Anda mungkin juga menyukai