Anda di halaman 1dari 79

CLINICAL SCIENCE SESSION (CSS)

Tonsilitis, Faringitis, Laringits


Suci Wijayanti 1840312233

Preseptor:
Dr. Novialdi, Sp. THT–KL (K), FICS
BAGIAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR M. DJAMIL PADANG
2018
 Tonsil terbagi menjadi 3 bagian yaitu tonsil
a faringeal, tonsila palatina dan tonsila ling
ual
 Terletak di rongga faring (nasofaring dan or
ofaring)
 Ke 3 bagian tonsil tersebut membentuk se
buah bangunan berbentuk cincin yang din
amakan Cincin Waldeyer (Waldeyer’s Ring)
 Mendapat perdarahan dari  a. palatina mino
r, a. palatina asendens, cabang tonsil a. maksil
a eksterna, a. faring desendens dan a. lingualis
dorsal.
O Definisi:

Merupakan peradangan umum dan pem


bengkakan dari jaringan tonsila palati
na yang biasanya disertai dengan peng
umpulan leukosit, sel-sel epitel mati, da
n bakteri patogen dalam kripta.
Berdasarkan penyebabnya, tonsilitis akut di
bagi menjadi dua penyebab yaitu:
OTonsilitis Viral
OTonsilitis Bakterial
Bakteri menginfiltrasi l
apisan epitel jaringan Reaksi radang
tonsil

Keluarnya leukosi
Detritus terbent
t polimorfonuklea
uk
r

Detritus merupakan k
umpulan leukosit, ba Detritus men
kteri yang mati dan gisi kripta
epitel yang terlepas
• Nyeri tenggorok
• Nyeri menelan Pada pemeriksaan ditemu
• Demam dengan suhu tubuh kan:
tinggi OPembengkakan tonsil
• Rasa lesu OTonsil terlihat hiperemis
• Tidak nafsu makan dan adanya detritus berbe
• Nyeri telinga (otalgia) ntuk folikel/lakuna/tertut
up membran semu
ONyeri tekan dan bengkak
pada kelenjar submandibu
la
Merupakan peradangan kronis Tons
ila Palatina setelah serangan akut y
ang berulang atau infeksi subklinis. T
onsilitis berulang banyak terdapat p
ada anak-anak, yang diantara sera
ngan infeksi tonsil dapat terlihat seh
at atau dapat juga terlihat membe
sar.
Epitel mukosa to
Proses radang ber
nsil dan jaringan
ulang
limfoid terkikis

Jaringan parut aka Jaringan limfoi


n mengkerut dan kr d diganti oleh j
ipti akan melebar aringan parut

Kripti akan terisi Proses terus berlanjut hin


dengan detritus gga menembus kapsul t
onsil

Perlekatan dengan ja
ringan sekitar fosa ton
silaris
• Rasa mengganjal • Pada pemeriksaa
di tenggorok n didapatkan:
• Rasa kering di ten • Tonsil membesar
ggorok dengan permukaa
• Nafas berbau n yang tidak rata,
• Tidur mengorok kriptus melebar d
an beberapa kripti
terisi oleh detritus
T0 = tonsil masuk di dalam f
osa/ post tonsilektomi
T1 = Tonsil masih berbatas d
alam fosa tonsilaris, belu
m melewati pilar posteri
or
T2 = pembesaran tonsil sud
ah melewati pilar posteri
or tetapi belum masuk g
aris paramedian
T3 =pembesaran tonsil bera
da diantara garis param
edian dengan garis medi
an
T4 = pembesaran tonsil mel
ewati garis mediana
O Anamnesis=
Adanya keluhan rasa sakit di tenggorok, ny
eri menelan, rasa mengganjal pada tengg
orok, nafas berbau, terkadang ada dema
m, malaise
O Pemeriksaan Fisik=
Tampak tonsil membesar dengan adanya hi
pertrofi dan jaringan parut. Tampak kripti m
elebar dan terisi oleh detritus
O Pemeriksaan Penunjang=
Kultur dan uji resistensi dari sediaan apus tons
il
• Pengobatan pasti untuk tonsilitis kro
nik adalah dengan pengangkatan to
nsil (tonsilektomi diseksi), dengan at
au tanpa pengangkatan adenoid.
• Dilakukan apabila terapi konservatif
maupun terapi medikamentosa deng
an antibiotika spektrum luas tidak b
erhasil.
Faringitis adalah penyakit inflamasi
dari mukosa dan submukosa pada ten
ggorok, Jaringan yang terkena meliputi
orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil,
dan adenoid.1

Faringitis merupakan peradangan


dinding faring yang dapat disebabkan
oleh virus (40-60%), bakteri (5-40%), aler
gi, trauma, toksin, dan lain-lain.2
Unsur-unsur faring:
 Mukosa
 Palut lendir (mucous blancet)
 Otot
Faring berdasarkan letaknya
Fungsi faring:
1. Fungsi menelan
2. Fungsi bicara
3. Fungsi respirasi
Etiologi:
 Virus (40-60%): Rhinovirus (±20%), Coronavir
uses (±5%), Influenzavirus, Parainfluenza viru
s, Adenovirus, Herpes simplex virus type 1&2,
Coxsackie virus A, Cytomegalovirus dan Epst
ein-Barr virus (EBV).
 Bakteri (5-40%): S. pyogenes, Group A strept
ococcus, N. gonorrhoeae, C.diptheriae, C.u
lcerans, Yersinia eneterolitica, T. pallidum
 Jamur: Candida
Faktor risiko:
 Kontak dengan pasien penderita faringiti
s karena penyakit ini dapat menular mel
alui udara
 Merokok, atau terpajan oleh asap rokok
 Infeksi sinus yang berulang
 Alergi
 Lebih sering terjadi pada anak-anak dari
pada pada dewasa
 Sekitar 15 – 30 % faringitis terjadi pada an
ak usia sekolah, terutama usia 4 – 7 tahu
n, dan sekitar 10%nya diderita oleh dew
asa
 Jarang terjadi pada anak usia < 3 tahun.
1. Faringitis akut
 Faringitis viral
 Faringitis bakterial
 Faringitis fungal
 Faringitis gonorea

2. Faringitis kronik
 Faringitis kronik hiperplastik
 Faringitis kronik atrofi

3. Faringitis spesifik
 Faringitis luetika
 Faringitis tuberkulosis
1. Faringitis Viral
 Gejala: demam, rinorea, mual, nyeri tenggorok, sulit
menelan
 PF: faring dan tonsil hiperemis

 Virus influenza, coxsachievirus, cytomegalovirus: tidak


menghasilkan eksudat.
 Coxachievirus:lesi vesicular di orofaring dan lesi kulit b
erupa mauclopapular rash.
 Adenovirus: faringitis, konjungtivitis terutama pada an
ak.
 Epstein Barr Virus (EBV): faringitis yang disertai produksi
eksudat pada faring yang banyak, limfadenopati, he
patosplenomegali
Tatalaksana: Istirahat, minum yang cuk
up, kumur dengan air hangat, analgeti
k-antipiretik jika perlu
2. Faringitis Bakterial
 Gejala: nyeri kepala hebat, muntah kad
ang-kadang disertai demam dengan suh
u yang tinggi, jarang disertai batuk
 PF: tonsil membesar, faring dan tonsil hipe
remis dan terdapat eksudat di permukaa
nnya, bercak petechiae pada palatum d
an faring, limfadenopati leher anterior
Tatalaksana:
 Antibiotik: Penicillin G Banzatin 50.000 U/kgB
B, IM dosis tunggal, atau amoksisilin 50 mg/k
gBB dosis dibagi 3 kali/hari selama 10 hari p
ada anak dan pada dewasa 3 x 500 mg sel
ama 6-10 hari atau eritromisin 4 x 500 mg/ha
ri
 Kortikosteroid: deksametason 8-16 mg, IM, 1
kali. Pada anak 0.08-0.3 mg/kgBB, IM, 1 kali.
 Analgetik-antipiretik
 Kumur dengan air hangat atau antiseptic.
3. Faringitis Fungal
 Gejala: nyeri tenggorok dan nyeri menel
an
 PF: plak putih di orofaring dan mukosa far
ing lainnya hiperemis
 Penunjang: biakan jamur dalam agar Sa
buroud dextrose
 Terapi: Nystatin 100.000-400.000 2 x 1 dan
analgetika
4. Faringitis Gonorea
 Sebagian besar infeksi tenggorok asimto
matik
 Faktor risiko: aktivitas seksual dengan ban
yak pasangan, seks oral
 Diagnosis: kultur, PCR
Terapi:
 Ceftriaxone 250 mg intramuscular (IM) sin
gle dose PLUS,
 Azithromycin 1 g PO single dose OR
 Doxycycline 100 mg PO twice a day for 7
days
1. Faringitis Kronik Hiperplastik
 Terjadi perubahan mukosa dinding poster
ior faring.Tampak kelenjar limfa di bawah
mukosa faring, mukosa dinding posterior t
idak rata, bergranular
 Gejala: pasien sering mengeluh mula-mul
a tenggorok kering gatal dan akhirnya b
atuk yang berlendir
Terapi lokal dengan melakukan kaustik fa
ring dengan larutan nitras argenti atau d
engan listrik (electro cauter).
Obati penyebab
2. Faringitis
Kronik Atrofi
 Sering timbul bersamaan dengan rhinitis
atrofi
 Gejala: tenggorok kering dan tebal serta
mulut berbau. Pada pemeriksaan tampa
k mukosa faring ditutupi oleh lendir yang
kental dan bila diangkat tampak mukosa
kering2
 Terapi: obati rhinitis atrofi, obat kumur da
n menjaga kebersihan mulut
1. Faringitis Luetika
 Etiologi: T. pallidum
 Gejala Klinis:
 Stadium primer: bercak keputihan di lidah, pala
tum mole, tonsil, dan dinding posterior, ulkus, lim
fadenopati mandibular
 Stadium sekunder: eritema pada dinding faring
yang menjalar kearah laring
 Stadium tersier: guma pada tonsil dan palatum
 Diagnosis: pemeriksaan serologic
 Terapi: penisilin dosis tinggi
 Stadium primer

 Stadium sekunder
 Stadium Guma
2. Faringitis
Tuberkulosa
 Gejala: keadaan umum pasien buruk kar
ena anoreksia dan odinofagia. Pasien m
engeluh nyeri yang gebat di tenggorok,
nyeri di telinga atau otalgia serta pembe
saran kelenjar limfa servikal
 Terapi: OAT
Rongga laring:
 Batas atas: aditus laring
 Batas bawah: bidang yang melalui ping
gir bawah kartilago krikoid
 Batas depan: permukaan belakang epig
lottis, tuberkulum epiglotic, ligamentum ti
roepiglotic, sudut antara kedua belah la
mina kartilago tiroid dan arkus kartilago k
rikoid
 Batas lateral: membran kuadranagularis,
kartilago aritenoid, konus elasticus, dan
arkus kartilago krikoid
 Batas belakang: M.aritenoid transverses
dan lamina kartilago krikoid.
Posterior
Commissure

True
Vocal
Cords

Ventricle

False
Vocal
Cords

Anterior Aryepiglottic
Commissure Fold
Fungsi Laring:
 Fungsi proteksi
 Fungsi respirasi
 Membantu proses menelan
 Fungsi fonasi
Laringitis merupakan suatu proses infla
masi pada laring yang dapat terjadi baik
akut maupun kronik.1

Laringitis akut biasanya terjadi menda


dak dan berlangsung < 3 minggu. Bila gej
ala > 3 minggu dinamakan laringitis kronis.
1. LaringitisAkut
 Umumnya adalah lanjutan dari rinofaringi
tis (common cold)
 Gejala: demam, malaise, dan gejala lok
alnya seperti suara parau sampai tidak b
ersuara (afoni), nyeri menelan (disfagi) at
au berbicara, sumbatan jalan nafas (pad
a anak-anak)
 Laringoskopi: mukosa laring yang hiperemis,
membengkak, terutama di atas dan bawah
pita suara.
 Terapi: istirahat berbicara dan bersuara sela
ma 2-3 hari, hindari iritasi pada faring dan la
ring, seperti rokok, makanan pedas atau mi
num es, steroid untuk mukosa yang edema

Bila terdapat sumbatan laring, dilakukan pe


masangan endotrakeal tube atau trakeosto
mi.
2. Croup syndrome/diphtheritic croup
 Gejala: suara parau, batuk berdahak, ob
truksi jalan nafas karena pseudomembra
n
 PF: membran putih keabu-abuan dan da
pat juga disertai dengan perdarahan, bi
asanya juga disertai lesi pada orofaring
 Terapi: antitoksin difteri, penisilin
3. Pseudocroup (Acute Laryngotracheo
brochitis)
 Infeksi pada laring yang turun ke trake
a hingga bonkus
 Gejala: seperti flu biasa (rhinofaringitis)
disertai batuk berdahak, mual dan de
mam, lalu timbul suara parau, lemas d
an stridor
 Terapi: Anitibiotik, kortikosteroid
4. Epiglottitis Akut
 >> 2 – 7 tahun
 Gejala: disfagia, “hot potato voice”, pasi
en lebih suka untuk duduk dikarenakakan
stridor bila berbaring, sesak yang progresi
f
 PF: epiglotis yang bengkak dan berwarn
a merah terang “cherry red”
 Penunjang: foto AP leher terdapat “thum
bprinting” sign, kultur darah didapatkan
HIB.
 Terapi: Kasus EMERGENSI >> intubasi
Pasien diobservasi 24 sampai 48 jam
Antibiotik: penicilin dan sefalosporin sela
ma 10 hari
Steroid untuk mengurangi edema
1. Laringitis Kronik Nonspesifik
 Akibat paparan zat-zat yang membuat iri
tasi: asap rokok, alkohol yang berlebihan,
asam lambung atau zat-zat kimia yang t
erdapat pada tempat kerja
 Gejala: sering berdehem untuk membersi
hkan tenggorok, suara serak
 PF: mukosa menebal, permukaan tidak r
ata dan hiperemis
 Terapi: simptomatis, atasi penyebab
2. Laringitis Kronis Spesifik
a. Laringitis Tuberkulosa
 Stadium infiltrasi
 Stadium ulserasi
 Stadium perikondritis
 Stadium fibrotuberkulosa
b. LaringitisLuetika
Laring terinfeksi pada stadium sekunder da
n tersier sifilis
 Sekunder: edema hebat, lesi mukosa ber
warna keabu-abuan, sumbatan jalan na
fas
 Tersier: guma yang akan menimbulkan ul
serasi, perikondritis dan fibrosis
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai