Anda di halaman 1dari 23

REFERAT:

APPENDICITIS

Oleh:
Sri Wahyuni
10542 0536 13

PEMBIMBING:
dr. Asdar, M.Kes, Sp.B
PENDAHULUAN

 Appendisitis merupakan salah satu penyebab dari akut abdomen.

 Insiden appendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada negara


berkembang. Berdasarkan dari data di Amerika Serikat pada tahun 1993-2008
menunjukkan bahwa ada peningkatan apendisitis dari 7,68% menjadi 9,38%
dari 10.000 orang.

 Gejala klasik appendisitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul yang


merupakan nyeri visceral di sekitar umbilicus. Keluhan ini sering disertai
mual dan kadang muntah.
TINJAUAN PUSTAKA
Apendisitis
Apendisitis adalah peradangan pada appendix vermiformis dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering.
Anatomi Appendiks

Appendiks merupakan organ berbentuk


tabung, panjangnya kira-kira 10 cm, dan
berpangkal di caecum

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang


nervus vagus yang mengikuti arteri
mesenterika superior dan arteri apendikularis

Persarafan simpatis berasal dari nervus


torakalis 10.
Fisiologi Appendiks

 Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir tersebut normalnya


dicurahkan ke dalam lumen.

 Imunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh Gut Associated Lymphoid


Tissue (GALT) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks
adalah IgA, imunoglobulin tersebut sangat efektif sebagai pelindung
terhadap infeksi.

 Apendiks diperkirakan ikut serta dalam sistem imun sekretorik di saluran


pencernaan, namun pengangkatan apendiks tidak menimbulkan defek fungsi
sistem imun yang jelas.
Epidemiologi
 Terdapat sekitar 250.000 kasus apendisitis yang terjadi di Amerika Serikat setiap
tahunnya dan terutama terjadi pada anak usia 6-10 tahun.

 InsidensiApendisitis akut di negara maju lebih tinggi daripada di negara


berkembang, tetapi beberapa tahun terakhir angka kejadiannya menurun secara
bermakna. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya penggunaan makanan berserat
dalam menu sehari-hari.

 Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu
tahun jarang dilaporkan. Insidensi tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun,
Etiologi

1) Faktor tersering adalah obstruksi lumen, yang terjadi akibat:

 Hiperplasia dari folikel limfoid (penyebab terbanyak)

 Adanya fekolit dalam lumen apendiks

 Adanaya benda asing, tumor dll

 Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya

2) Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli & Streptococcus.
Patofisiologi
Klasifikasinya terbagi menjadi dua yaitu, Appendisitis akut dan
Appendisitis kronik:

1) Apendisitis akut

 Gejala apendisitis akut: nyeri samar dan tumpul yang merupakan nyeri
viseral didaerah epigastrium disekitar umbilicus. Keluhan ini sering
disertai mual, muntah dan umumnya nafsu makan menurun.
2) Apendisitis Kronik

 Diagnosis appendisitis kronik baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya


riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks
secara makroskopik dan mikroskopik.

 Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding


apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut
dan ulkus lama di mukosa dan adanya sel inflamasi kronik.
1) Anamnesis
DIAGNOSIS
Frekuensi
Gejala Appendicitis Akut
(%)
Nyeri perut 100
Anorexia 100
Mual 90
Muntah 75
Nyeri berpindah 50
Gejala sisa klasik (nyeri periumbilikal kemudian
anorexia/mual/muntah kemudian nyeri berpindah ke RLQ kemudian 50
demam yang tidak terlalu tinggi)
*-- Onset gejala khas terdapat dalam 24-36 jam

2) Pemeriksaan Fisik
 Inspeksi : Penderita datang dengan membungkuk sambil memegangi
perutnya yang sakit, perut kembung (bila terjadi peforasi), penonjolan
perut bagian kanan bawah
 Palpasi :

 Nyeri tekan (+) Mc. Burney

 Defence muscular
 Rovsing sign (+)


Interpretasi:
 Skor 7-10 = apendisitis akut,
 Skor 5-6 = curiga apendisitis
akut,
 Skor l-4 = bukan apendisitis
akut
3) Pemeriksaan Penunjang

 Pemeriksaan Laboratorium

 USG

 CT-Scan
Daignosis Banding

1. Gastroenteritis Akut

2. Pelvic Inflammatory Disease

3. Kehamilan ektopik

4. Urolitiasis
Penatalaksanaan

 Pasien dengan massa periapendikular dengan pendindingan sempurna,


dianjurkan untuk dirawat dahulu dan diberi antibiotik sambil diawasi suhu tubuh,
ukuran massa, serta luasnya peritonitis.

 Bila sudah tidak ada demam, massa periapendikular hilang, dan leukosit normal,
penderita boleh pulang dan apendiktomi elektif dapat dikerjakan 2-3 bulan
kemudian agar perdarahan akibat perlengketan dapat ditekan sekecil mungkin.
Penatalaksanaan

 Bila terjadi perforasi, akan terbentuk abses apendiks. Hal ini ditandai
dengan kenaikan suhu dan frekuensi nadi, bertambahnya nyeri, dan teraba
pembengkakan massa, serta bertambahnya angka leukosit. Massa apendiks
dengan proses radang yang masih aktif sebaiknya dilakukan
tindakan pembedahan segera setelah pasien dipersiapkan, karena
dikhawatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum.
Penatalaksanaan
 Appendektomi mutlak dilakukan setelah penegakan diagnosis apendisitis
akut.

 Pada apendisitis infiltrat dengan pembentukan dinding yang belum


sempurna, dapat terjadi penyebaran pus ke seluruh rongga peritoneum jika
perforasi diikuti oleh peritonitis purulenta generalisata. Oleh karena itu,
massa periapendikuler yang masih bebas (mobile) sebaiknya segera
dioperasi untuk mencegah penyulit tersebut.
Komplikasi

 Perforasi

 Peritonitis

 Infiltrat Periapendikuler
Prognosis

Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik.


Kematian dapat terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat
terjadi infeksi pada 30% kasus apendiks perforasi atau apendiks
gangrenosa.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai