Anda di halaman 1dari 30

YESSY DWI YULIANTI

03031381722091
“Temperature and Solid Properties Effects on Gas–Liquid Mass Transfer”
OUTLINE MATERIAL
ABSTRACT DARI JURNAL
A Membahas Abstrak Jurnal dalam dalam versi Inggris dan Indonesia

ABSTRACT (ANALISIS DATA)


B Terdapat tambahan informasi dari keseluruhan data dari jurnal

ULASAN PENYAJIAN DATA


C
ULASAN PENYAJIAN DATA
D
ORIGINAL ABSTRACK
ABSTRAK
1. Partikel padat dapat memengaruhi koefisien volumetrik transfer massa (kLa) de
ngan mempengaruhi salah satu sisi koefisien perpindahan massa cair (kL) atau
permukaan gas-cair

2. Transfer massa dari gas ke cairan adalah tujuan paling penting dari proses dala
m reaktor kolom gelembung. Koefisien perpindahan massa sisi cair individu
dapat ditentukan dari pengukuran dengan gelembung tunggal, apabila area
antarmuka g-l dan nilai kLa diketahui. Atau nilai k dapat diperkirakan dari
korelasi

3. Partikel padatan dapat meningkatkan maupun menurunkan nilai kL,tergantung


pada muata, ukuran, dan sifat permukaannya. Partikel padatan dapat meningkat
kan kL dengan meningkatkan turbulensi pada antarmuka gas-cair dan mendoro
ng pembentukan permukaan yang baru.
Karakteristik

BUBBLE Perpindahan massa oksigen


dilakukan pada
COLOUMN •Temperatur(20,25,30,35C)
•Fase gas-liquid : Air dan Udara
•Fase Padatan :
PVC ukuran 210 dan 549 μm
Perangkat kontak yang digunakan
untuk melakukan percobaan transfer
Densitas : 1350 kg/m3
massa adalah kolom gelembung EPS diameter : 591 μm
dengan dimensi masing-masing. Densitas :1040-1050 kg/m3
•Tinggi Cairan : 0,32 meter
Perangkat ini adalah kolom silinder •Kecepatan gas superficial uG :
yang ditutupi oleh kotak persegi (up to 7.2 mm/s)
panjang dari kaca akrilik untuk
mengontrol suhu melalui sirkulasi air.
•Volume fraksi padatan εs :
Di bagian bawah terletak ruang gas di (up to 5%)
mana gas masuk dan kemudian
melewati sparger(spray) di mana
gelembung terbentuk. You can simply impress
Your Text Here
your audience and add
You can simply impress Your Text aHere
unique zing.
your audience and add
a unique zing.
Awalnya cairan dideoksigenasi dengan melelehkan nitrogen.
Ketika konsentrasi oksigen terlarut bernilai nol, udara lembab
dimasukkan ke dalam kolom.
Pada kondisi ini proses transfer oksigen dari gelembung ke
cairan dimulai dan berlanjut sampai konsentrasi oksigen dalam cairan
mencapai titik jenuh. Nilai konsentrasi oksigen terlarut diukur
menggunakan elektroda O2 (CellOx 325, WTW), yang terletak 0,1 m
dari sparger(spray gas,) Dengan cara ini, variasi konsentrasi oksigen
terlarut dengan waktu, t, diperoleh
Tabel ini menunjukkan Persamaan koefisien perpindahan massa untuk gas-liquid
dalam kolom Bubble, yang bersumber dari berbagai grup penelitian
Penyajian Data
Penyimpangan maksimum dan deviasi
rata-rata antara hasil eksperimen dan
hasil korelasi (M error dan A error)
pada suhu yang berbeda disajikan
pada Tabel 3. Secara global,
penyimpangan maksimum dan rata-
rata masing-masing adalah pada nilai
9,9 dan 5,1%. Deviasi tertinggi diamati
pada teg
35◦C.
Ulasan Penyajian Data- Grafik 1
Pada grafik ini menunjukkan hubungan koefisien
transfer massa (kLa) terhadap
superficial gas velocity (uG) . Uji coba ini
dilakukan pada temperatur 25 C yang kemudian
dibandingkan dengan korelasi pada tabel 2
dimana temperatur bergantung pada difusivitas,
viskositas, dan tegangan permukaan

Pada percobaan yang dilakukan oleh Kawase,


Hikita dan Koide bekerja pada kecepatan gas
tegsedangkan percobaan
superficial diatas 0,02 m/s
Akita dan Yoshida berlangsung pada range 0,003-
0,04 m/s dengan menggunakan diameter kolom
diatas 0,1 meter seperti yang dapat kita lihat, nilai
korelasi berada dibawah nilai-nilai
eksperimental, mungkin karena perbedaan dalam
kondisi eksperimental, terutama dalam kisaran
kecepatan gas superfisial dan diameter kolom
gelembung
Ulasan Penyajian Data- Grafik 2

Grafik 2 adalah hubungan gas–liquid


interfacial area (a) terhadap kecepatan
superficial gas (uG) . Seperti terlihat
dari grafik kecepatan gas superficial
meningkat seiring dengan
meningkatnya kecepatan gas, ini
teg yang
terjadi karena gelembung
terbentuk meningkat maka terjadi
peningkatan total superficial area
Ulasan Penyajian Data- Grafik 3

Grafik 3 adalah hubungan koefisien transf


er massa zat cair (kL) terhadap kecepatan
gas superficial (uG) pada suhu 25 oC
Dalam gambar ini, data dari korelasi
Akita dan Yoshida di suhu yang berbeda
juga diplot. Seperti yang diharapkan
(Gambar 4 dan 5), korelasi tersebut
berada dibawahteg nilai eksperimen.
Menurut Gambar. 5, perbedaan dengan
data Akita dan Yoshida terutama terkait
dengan perhitungan. Para penulis ini
memperkirakan ukuran gelembung rata-
rata dua kali lebih tinggi dari yang
diamati dalam jurnal ini.
Penyajian Data- Grafik a&b(Fig 6)
Contents B

Dalam uji coba ini


Ulasan Penyajian Data

Pada Fig.6 terdapat 2 grafik yaitu grafik perbandingan kLa (koefisien


transfer massa) terhadap uG (kecepatan superficial gas) (grafik a) dan
perbadingan kLa yang dikorelasi terhadap kLa eksperimental (grafik b)
dari sistem air-udara . Data ini dilakukan pada temperatur yang
berbeda yaitu pada 20,25, 30, 35 oC dimana pada data tersebut
teg dengan data berdasar literatur
dibandingkan antara data eksperimental
dan didapatkan bahwa data keduanya memiliki nilai yang berbeda.
Penyajian Data Fig 7
Contents B

Dalam uji coba ini


Ulasan Penyajian Data- Grafik a&b (Fig 7)

Pada grafik a dan b dilakukan pada suhu 25 oC pengaruh dari


ukuran padatan pada koefisien transfer massa pada temperatur
yang berbeda menunjukkan hasil bahwa ukuran padatan
mengalami peningkatan seiring dengan penurunan koefisien
transfer massa. Kesesuaian data yang paling mendekati adalah
ketika ekspansi 0%
Penyajian Data Grafik FIG 7
Contents B

Dalam uji coba ini


Penyajian Data Grafik FIG 7
Pada fig. 7 ini dilakukan percobaan pada
30 C dengan melihat hubungan antara kLa
(koefisien transfer massa) terhadap uG (kecepatan
superficial gas) dimana pada ekspansi sebesar 0%
dan 4% adalah sedikit mendekati dengan data kore
lasi
Penyajian Data Grafik fig 7
Contents B

Dalam uji coba ini


Penyajian Data
Grafik fig 8
Contents B

Dalam uji coba ini


Pada grafik tersebut grafik a dan b dilakukan pada suhu 25 C
sedangkan pada grafik c dan d dilakukan pada suhu 30 C,
Pada grafik A dan C ekspansi 0%, 4% dan 2% hasil dari
eksperimental maupun korelasi sudah hampir mendekati

Pada grafik b dan d ekspansi 0% adalah titik yang paling


mendekati/hampir sama dibandingkan dengan nilai ekspansi
lainnya dan yang paling mendominasi
Penyajian Data
Grafik Fig.9
Pada grafik tersebut grafik a dan c dilakukan pada suhu 25 C
sedangkan pada grafik c dan d dilakukan pada suhu 30 C, Pada
grafik A dan C pada ekspansi 0% hasil dari eksperimental
maupun korelasi sudah hampir mendekati, pada ekspansi 5%
Dan 1 % nilainya hampir sama walupun masih terdapat
penyimpangan titik.

Pada grafik b dan d ekspansi 0% adalah titik yang paling


mendekati/hampir sama dibandingkan dengan nilai ekspansi
lainnya
Pada grafik tersebut grafik e dan f dilakukan pada suhu 35 C
Pada grafik e, ekspansi 0% hasil dari eksperimental maupun
korelasi sudah hampir mendekati sama dibandingkan dengan
ekspansi pada 1% dan 5%

Pada grafik f ekspansi 0% 1% dan 5% semua nilai ekspansi


tersebut memiliki perbedaan antara korelasi dengan hasil
eksperimental
Penyajian Data – Tabel 4
Pada tabel ini menunjukkan bahwa pada PVC suhu
M Error pada 25 C = 8,9
M error pada 30 C = 5,9
M error pada 35 C = 5,5
Merror= Maximum Deviation
Maka dapat disimpulkan bahwa kenaikan suhu diiringi dengan
penurunan maximum deviation.

Sedangkan Pada EPS pada


M error pada 25 C = 17,8
M error pada 30 C = 41,0
M error pada 35 C = 47,8
Merror= Maximum Deviation
Maka dapat disimpulkan bahwa seiring dengan meningkatnya
suhu maka semakin meningkat pula maximum deviationnya
D
D
Thank you

Anda mungkin juga menyukai