Anda di halaman 1dari 19

PENERAPAN GCG DI INDONESIA

Pertemuan 2
Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK RI)

Penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar


yang saling berhubungan, yaitu negara dan
perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha
sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai
pengguna produk dan jasa dunia usaha.
Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pilar
adalah :

• Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-


undangan yang menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan
transparan, melaksanakan peraturan perundang-undangan
dan penegakan hukum secara konsisten (consistent law
enforcement)
• Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan GCG sebagai
pedoman dasar pelaksanaan usaha.
• Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha
serta pihak yang terkena dampak dari keberadaan
perusahaan, menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol
sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung jawab.
Komitmen GCG – Pemerintah dan Bank Indonesia

– Dibentuknya Komite Nasional tentang Kebijakan


Corporate Governance (KNKCG) melalui
Keputusan Menko Ekuin Nomor:
KEP/31/M.EKUIN/08/1999 tentang pembentukan
KNKCG . Menerbitkan Pedoman GCG Indonesia
– Saat ini telah dibentuk Komite Nasional Kebijakan
Governance (KNKG) sebagai pengganti KNKCG
melalui Surat Keputusan Menko Bidang
Perekonomian Nomor: KEP/49/M.EKON/11/2004.
Terdiri dari Sub-Komite Publik dan Sub-Komite
Korporasi.
Komitmen GCG – Pemerintah dan Bank Indonesia (ii)

– Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN


Nomor Kep-133/M-PBUMN/1999 tentang
Pembentukan Komite Audit bagi BUMN.
– SE Ketua Bapepam Nomor Se-03/PM/2000 tentang
Komite Audit yang berisi himbauan perlunya Komite
Audit dimiliki oleh setiap Emiten.
– Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2008
Tentang Pedoman umum pelaksanaan Pengadaan
Barang dan Jasa BUMN.
– Keputusan Menteri BUMN No. 09A/MBU/2005
Tentang Proses Penilaian Fit & Proper Test Calon
Anggota Direksi BUMN
Komitmen GCG – Pemerintah dan Bank Indonesia (iii)

– SE Menteri BUMN No. 106 Tahun 2000 dan


Keputusan Menteri BUMN No. 23 Tahun 2000 -
mengatur dan merumuskan pengembangan
praktik good corporate governance dalam
perusahaan perseroan.
– Disempurnakan dengan KEP-117/M-MBU/2002
tentang Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep-
117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktek
Good Corporate Governance Pada BUMN.
– Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI/2006
tentang GCG yang dirubah dengan PBI No.
8/14/GCG/2006.
Komitmen GCG – Sektor Swasta

Bursa Efek
• Pada tahun 2000, Bursa Efek Jakarta
(sekarang Bursa Efek Indonesia)
memberlakukan Keputusan Direksi PT Bursa
Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/062000
perihal Peraturan Pencatatan Efek Nomor I-A
yang antara lain mengatur tentang kewajiban
mempunyai Komisaris Independen, Komite
Audit, memberikan peran aktif Sekretaris
Perusahaan di dalam memenuhi kewajiban
keterbukaan informasi serta mewajibkan
perusahaan tercatat untuk menyampaikan
informasi yang material dan relevan.
Komitmen GCG – Sektor Swasta
• Lahirnya Forum for Corporate Governance in Indonesia
(FCGI).
• Lahirnya Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG)
• Lahirnya Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD)
• Lahirnya Lembaga Komisaris dan Direksi Indonesia (LKDI)
yang kegiatannya antara lain mengadakan Forum LKDI untuk
membahas berbagai hal seperti tanggung jawab hukum bagi
Komisaris dan Direksi, undang-undang pencucian uang dsb.
• Lahirnya Indonesia Corporate Secretary Association (ICSA)
• Lahirnya Ikatan Komite Audit Indonesia (IKAI)
• Lahirnya Asosiasi Auditor Internal (AAI)
• Lahirnya Klinik GCG Kadin
• Annual Report Award
• Berbagai award tentang GCG
• dll
Dewan Komisaris di Indonesia: Undang-Undang Perseroan
Terbatas (UUPT 1995), Code of Conduct, dan peraturan-peraturan
khusus tertentu lainnya

• Dewan Komisaris dalam


– One Tier System (Anglo Saxon)
– Two Tiers System (Kontinental Eropa).
Sistem Satu Tingkat atau One Tier System

• mempunyai satu Dewan Direksi yang pada


umumnya merupakan kombinasi antara
manajer atau pengurus senior (Direktur
Eksekutif) dan Direktur Independen yang
bekerja dangan prinsip paruh waktu (Non
Direktur Eksekutif)
• Amerika Serikat dan Inggris
Sistem Dua Tingkat atau Two Tiers System
• perusahaan mempunyai dua badan terpisah, yaitu
– Dewan Pengawas (Dewan Komisaris)
• bertanggungjawab untuk mengawasi tugas-tugas
• tidak boleh melibatkan diri dalam tugas-tugasmanajemen dan
tidak boleh mewakili perusahaan dalam transaksi-transaksidengan
pihak ketiga
• Dewan manajemen
– Dewan Manajemen (Dewan Direksi)
• mengelola dan mewakili perusahaan di bawah pengarahan dan
pengawasan Dewan Komisaris.
• memberikan informasi kepada Dewan Komisaris dan menjawab
hal-hal yang diajukan oleh Dewan Komisaris
• Denmark, Jerman, Belanda, dan Jepang
Peranan Dewan Komisaris dalam Suatu Perusahaan

• Menurut Egon Zehnder International (2000


hal.12-13), Dewan Komisaris - merupakan inti
dari Corporate Governance - yang ditugaskan
untuk menjamin pelaksanaan strategi
perusahaan, mengawasi manajemen dalam
mengelola perusahaan, serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas
• merupakan suatu mekanisme mengawasi dan
mekanisme untuk memberikan petunjuk dan
arahan pada pengelola perusahaan
tugas-tugas utama Dewan Komisaris meliputi

• Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan,


garis-garis besar rencana kerja, kebijakan
pengendalian risiko, anggaran tahunan dan
rencana usaha; menetapkan sasaran kerja;
mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan;
serta memonitor penggunaan modal perusahaan,
investasi dan penjualan aset;
• Menilai sistem penetapan penggajian pejabat
pada posisi kunci dan penggajian anggota Dewan
Direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan
anggota Dewan Direksi yang transparan dan adil
tugas-tugas utama Dewan Komisaris meliputi

• Memonitor dan mengatasi masalah benturan


kepentingan pada tingkat manajemen, anggota
Dewan Direksi dan anggota Dewan Komisaris,
termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan
manipulasi transaksi perusahaan;
• Memonitor pelaksanaan Governance, dan
mengadakan perubahan di mana perlu;
• Memantau proses keterbukaan dan efektifitas
komunikasi dalam perusahaan.(OECD Principles
of Corporate Governance)
Persyaratan untuk Dewan Komisaris
• Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas (UUPT)
orang yang dapat diangkat sebagai anggota Dewan
Komisaris adalah
– orang perseorangan yang mampu melaksanakan
perbuatan hukum dan
– tidak pernah dinyatakan pailit, atau orang yang pernah
dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan
keuangan negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum
pengangkatannya sebagai anggota Dewan Komisaris
• anggota Dewan Komisaris wajib melaporkan kepada
perusahaan tentang kepemilikan sahamnya dan atau
anggota keluarganya pada perusahaan tersebut atau
perusahaan lain
Bagaimana dalam prakteknya?
• Dewan Komisaris seringkali dianggap tidak
memiliki manfaat.
• Hal ini dapat dilihat dalam fakta, bahwa banyak
anggota Dewan Komisaris tidak memiliki
kemampuan, dan tidak dapat menunjukkan
independensinya
– sehingga, dalam banyak kasus, Dewan Komisaris juga
gagal untuk mewakili kepentingan stakeholders
lainnya selain daripada kepentingan pemegang saham
mayoritas
Bagaimana dalam prakteknya?
• Persoalan independensi
• Kepemilikan saham yang terpusat dalam satu
kelompok atau satu keluarga, dapat menjadi
salah satu penyebab lemahnya posisi Dewan
Komisaris karena pengangkatan posisi anggota
Dewan Komisaris diberikan sebagai rasa
penghargaan semata maupun berdasarkan
hubungan keluarga atau kenalan dekat
Bagaimana dalam prakteknya?
• Di Indonesia, mantan pejabat pemerintahan
ataupun yang masih aktif, biasanya diangkat
sebagai anggota Dewan Komisaris suatu
perusahaan dengan tujuan agar mempunyai
akses ke instansi pemerintah yang
bersangkutan
• integritas dan kemampuan Dewan Komisaris
seringkali menjadi kurang penting
Kasus-Kasus GCG (Dewan Direksi)
• Kasus Bank BNI (2003)
• Kasus Dirut dan Wadirut Pertamina (2017)

Anda mungkin juga menyukai