Anda di halaman 1dari 33

1

DISUSUN OLEH
Yuni Ayumi NIM 152310101049
KELOMPOK 3
Firmandtya Ayu NIM 152310101250
Zuiffah Lailatul Z NIM 152310101266
Ahmad Rofi’i NIM 152310101298
TRAUMA
THORAX
ANATOMI

a. Dinding Dada : Pembungkus untuk organ di dalamnya, yang


terbesar adalah jantung dan paru-paru. Tulang-tulang iga (kosta 1-
12) dengan tulang sternum membentuk rangka dada. Otot-otot
interkosta serta diafragma pada bagian kaudal menutup rongga dada
sehingga terbentuk rongga kosta.
b. Pleura dan Paru :
• Pleura Parietalis : melapisi satu sisi dari rongga torak (kiri dan
kanan) dan melekat pada dinding dada/diafragma
• Pleura viseralis : melapisi seluruh paru (kiri dan kanan)
c. Mediastinum : rongga di antara paru-paru kanan dan kiri yang
berisi jantung, aorta, dan arteri besar, pembuluh darah vena besar,
trakea, kelenjar timus, saraf, jaringan ikat, kelenjar getah ening dan
salurannya
• Mediastinum superior
• Medistinum anterior
• Mediastinum posterior
• Mediastinum medial (tengah)
4
5
6
FRAKTUR COSTAE

Terputusnya kontinuitas jaringan tulang/tulang rawan yang disebabkan oleh ruda paksa
pada spesifikasi lokasi pada tulang costa. Fraktur pada iga merupakan kelainan tersering
yang diakibatkan trauma tumpul pada dinding dada. Trauma tajam lebih jarang
mengakibatkan fraktur iga, karena luas permukaan yang sempit sehingga gaya trauma
mlalui sela iga.

Disebabkan Trauma (Trauma Tumpul dan Trauma


Tembus)

ETIOLOGI

Disebabkan bukan Trauma (gerakan yang


bisa menimbulkan putaran rongga dada
secara berlebihan)
PATOFISIOLOGI 7

Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah
depan, samping ataupun dari arah belakang. Trauma yang mengenai dada
biasanya akan menimbulkan trauma costa, tetapi dengan adanya otot yang
melindungi costa pada dinding dada, maka tidak semua trauma dada akan terjadi
fraktur costa.
Pada trauma langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur
costa pada tempat traumanya. Pada trauma tidak langsung, fraktur costa dapat
terjadi apabila energi yang diterimanya melebihi batas toleransi dari kelenturan
costa tersebut.
Fraktur costa yang “displace” akan dapat menciderai jaringan sekitarnya
atau bahkan organ dibawahnya. Fraktur pada costa ke 4-9 dapat menciderai
a.intercostalis, pleura viseralis, paru maupun jantung Hematotoraks,
Pneumotoraks, dan laserasi jantung.
KLASIFIKASI FRAKTUR
8
COSTAE

a) Menurut Jumlah costa yang mengalami fraktur


dapat dibedakan :
• Fraktur simple
• Fraktur multiple
b) Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat :
• Fraktur segmental
• Fraktur simple
• Fraktur comminutif
c) Menurut letak fraktur dibedakan :
• Superior (costa 1-3)
• Median (costa 4-9)
• Inferior (costa 10-12)
d) Menurut posisi
• Anterior
• Lateral
• Posterior
 Nyeri tekan, crepitus dan deformitas 9
dinding dada
 Adanya gerakan paradoksal
 Tanda-tanda insuffisiensi pernafasan &
syanosis, tachypnea.
 Kadang akan tampak ketakutan dan
TANDA cemas, karena saat bernafas bertambah
DAN nyeri
 Korban bernafas dengan cepat , dangkal
GEJALA dan tersendat. Hal ini sebagai usaha untuk
membatasi gerakan dan mengurangi rasa
nyeri.
 Nyeri tajam pada daerah fraktur yang
bertambah ketika bernafas dan batuk
 Mungkin terjadi luka terbuka diatas fraktur,
dan dari luka ini dapat terdengar suara
udara yang “dihisap” masuk ke dalam
rongga dada.
 Gejala-gejala perdarahan dalam dan syok
10

PNEUMOTHORAKS
11
Peneumotoraks adalah udara atau gas
dalam rongga pleura, yang berada antar
paru-paru dan toraks. Pneumotoraks
dapat terjadi secara spontan pada orang
tanpa kondisi paru-paru kronis
(Pneumotoraks Primer) dan orang
dengan penyakit paru-paru
(Pneumotoraks sekunder). Selain itu,
banyak juga ditemui kasus pneumotoraks
yang disebabkan trauma fisik pada dada,
cidera akibat ledakan atau komplikasi
dari berbagai pengobatan.
Penyebab dan Faktor
Risiko Pneumotoraks 12
• Penyakit paru-paru
yang menyebabkan
Gejala Pneumotoraks kerusakann jaringan
Peningkatan tekanan dalam paru-paru
pleura akan menghalangi • Cedera pada dada
paru-paru untuk mengembang • Pecahnya kavitas pada
setelah menarik napas. paru-paru
Akibatnya, dapat muncul • Menggunakan alat
gejala berupa : bantu penapasan atau
1. Sesak napas ventilator.
2. Nyeri dada
3. Keringat dingin
4. Kulit menjadi biru atau
sianosis
5. Jantung berdebar
6. Batuk
7. lemas
13

Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang


dikelompokkan berdasarkan penyebabnya :
ETIOLOGI 1. Penumotoraks primer (terjadi tanpa disertai
penyakit paru yang mendasarinya)
2. Penumotoraks sekunder (merupakan komplikasi
dari penyakit paru yang mendahuluinya)
3. Pneumotoraks traumatik (terjadi akibat cedera
traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat
menembus (luka tusuk, peluru atau tumpul)
14
Peneumotoraks terjadi bila udara masuk ke dalam rongga pleura.
Akibatnya, jaringan paru terdesak seperti halnya rongga pleura
kemasukan cairan. Lebih tepat kalau dikatakan paru kolaps
(jaringan paru elastis).
Udara dapat memasuki rongga pleura melalu lubang pada dinding
PATOLOGI
toraks, atau dari paru-paru itu sendiri. Yang berasla dari paru
sendiri antara lain lubang yang terjadi akibat adanya patah tulang
iga yang menusuk pleura .
Pneumotoraks spontan terjadi bila pada seseorang dengan
emfisema (paru yang melebar abnormal akibat penyakit menahun,
sehingga paru dalam keadaan inspirasi terus), sebuah gelembung
pada permukaan paru pecah dan membebaskan udara ke dalam
rongga pleura. Kadang-kadang udara dapat memasuki rongga
pleura pada inspirasi tetapi karena jaringan menutupi lubang itu
pada ekspirasi, maka udara tidak dapat keluar. Akibatnya terjadi
“tension pneumotoraks” hal ini berbahaya.
15
16
○GDA : Variabel tergantung dari derajat fungsi
paru yang dipengaruhi, gangguan mekanisme
pernapasa dan kemampuan mengkompensasi.
PEMERIKSAAN P4CO2 mungkin normal/menurun, saturasi O2
PENUNJANG biasanya menurun
○Sinar X dada : adanya akumulasi udara atau
cairan pada pleura
○Torasentensi : menyatakan darah atau cairan
seri anguinora (hemotorak)
○HB : mungkin menurun, menunjukkan
kehilangan darah.
17 paru-
Untuk kasus pneumothorax ringan, artinya hanya sebagian kecil
paru yang kolaps dan tanpa gangguan pernapasan yang berat, kondisi
pasien akan dipantau secara seksama. Selama masa pemantauan
yang biasanya berlangsung 1-2 minggu, dokter paru akan meminta
pasien menjalani foto Rontgen secara berkala hingga bentuk paru-paru
PENATALAKSANAAN pulih. Pemberian oksigen melalui masker oksigen akan dilakukan jika
pasien mengalami kesulitan bernapas atau kadar oksigen dalam
tubuhnya menurun.

Sementara itu, pada pasien dengan kondisi kolaps paru-paru yang lebih
luas, penanganan dibutuhkan untuk mengeluarkan timbunan udara.
Dokter akan menggunakan jarum untuk membantu memasukkan selang
ke rongga dada melalui sela antara tulang iga, agar tekanan berkurang
dan bentuk paru-paru kembali seperti semula.
18

Pilihan penanganan pneumothorax lainnya adalah melalui operasi.


Prosedur ini biasanya disarankan jika metode penanganan lainnya
tidak menunjukkan hasil yang memuaskan atau pneumothorax
kembali kambuh. Operasi dilakukan untuk memperbaiki bagian paru-
paru yang pecah dan menutupnya kembali. Selain itu, dokter dapat
juga melakukan pleurodesis, terutama untuk pneumothorax
berulang. Dalam prosedur ini, dokter akan mengiritasi pleura
sehingga kedua pleura melekat, dan rongga pleura menutup.
Tujuannya adalah agar udara tidak dapat lagi masuk ke rongga
pleura.
19

HEMATOTHORAKS ?
20
Hematothorax adalah adanya darah dalam rongga pleura. Sumber mungkin berasal dari
darah dinding dada, parenkim paru-paru, jantung atau pembuluh darah besar. Kondisi ini
biasanya merupakan konsekuensi dari trauma tumpul atau tajam. Ini juga mungkin
merupakan komplikasi dari beberapa penyakit (Puponegoro, 1995).

Penyebab Hematothorax dibagi menjadi dua yaitu traumatis dan non traumatis. Contoh
dari penyebab traumatis yaitu trauma benda tumpul dan trauma benda tajam. Sedangkan
contoh dari non traumatis yaitu karena suatu tumor, inflamasi, dan berbagai penyakit lain
21
Disebabkan oleh trauma tumpul atau
Traumatik trauma tajam pada dada,

Terjadi robekan jaringan, dan terjadi


perdarahan

Neoplasma
Gangguan pembekuan darah
Non Traumatik Kematian jaringan paru-paru (paru-
paru infark)
Kanker paru-paru atau pleura
Penempatan dari kateter vena sentral
Operasi jantung
Infeksi: Tuberkulosis
22
Manifestasi klinis yang ditemukan pada hematotoraks
sesuai dengan besarnya perdarahan atau jumlah darah
yang terakumulasi.
KLASIFIKASI Klasifikasi hematothorax ada tiga, yaitu :
HEMATOTHORAKS
○Hemothorak Kecil : yang tampak sebagian bayangan
kurang dari 15 % pada foto rontgen, perkusi pekak
sampai iga IX.
○Hemothorak Sedang : 15 – 35 % tertutup bayangan
pada foto rontgen, perkusi pekak sampai iga VI.
○Hemothorak Besar : lebih 35 % pada foto rontgen,
perkusi pekak sampai cranial, iga IV.
23
24
Perdarahan derajat IV (kehilangan
darah >40%)

Perdarahan derajat III a. takikardi,


(kehilangan darah 30-40%) b. penurunan tekanan
Perdarahan derajat II
(kehilangan darah 15-30%) a. takikardi (frekuensi darah sistolik,
Perdarahan derajat I
(kehilangan darah 0-15%) nadi>100 kali c. tekanan diastolik tidak
a. takikardi (frekuensi permenit), terukur
a. Tidak ada komplikasi, nadi>100 kali
b. takipnea, d. berkurangnya (tidak
permenit),
b. takikardi minimal. ada) urine yang
c. penurunan tekanan
b. takipnea, keluar,
c. tidak terjadi perubahan nadi,
tekanan darah, tekanan c. penurunan tekanan e. penurunan status
d. kulit teraba dingin,
nadi, dan frekuensi nadi, mental (kehilangan
pernapasan. e. perlambatan kesadaran), dan
d. kulit teraba dingin,
pengisian kapiler,
d. Perlambatan pengisian f. kulit dingin dan pucat
e. perlambatan dan
kapiler lebih dari 3 detik
pengisian kapiler, dan
f. anxietas ringan
e. kehilangan darah sekitar
f. anxietas ringan
10%
1. Resusitasi cairan. Terapi awal hemotoraks adalah
PENATALAKSANAAN
dengan penggantian volume darah yang dilakukan 25
Berdasarkan tingkat keparahannya dibagi bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai
menjadi : dengan infus cairan kristaloid secara cepat dengan
1. Hemothorak kecil : cukup diobservasi, jarum besar dan pemberian darah dengan golongan
gerakan aktif (fisioterapi) dan tidak spesifik secepatnya.
memerlukan tindakan khusus. 2. Chest Tube (WSD) ukuran besar agar darah pada
2. Hemothorak sedang : di pungsi dan toraks tersebut dapat cepat keluar sehinnga tidak
penderita diberi transfusi. Dipungsi sedapat membeku didalam pleura.
mungkin dikeluarkan semua cairan. Jika 3. Pemberian terapi Oksigen 2-4 Liter/menit, lamanya
ternyata kambuh dipasang penyalir sekat air. disesuaikan dengan perubahan klinis. Lebih baik lagi
3. Hemothorak besar : diberikan penyalir jika dimonitor dengan analisa BGA. Usahakan sampai
sekat air di rongga antar iga dan transfusi. gas darah penderita kembali normal.
4. Transfusi darah: dilihat dari penurunan kadar Hb.
Maka, pengobatan hemothorax sebagai Sebagai patokan, dapat dipakat perhitungan sebagai
berikut: berikut: setiap 250 cc darah (dari penderita dengan Hb
• Pengosongan rongga pleura dari darah 15 gr %)dapat menaikan ¾ g % Hb.
• Menghentikan pendarahan 5. Pemberian antibiotika: dilakukan apabila ada infeksi
• Memperbaiki keadaan umum. sekunder.
6. Apabila terjadi penebalan pleura, pertimbangkan
pemberian dekortikasi.
7. Pemberian IV line sebagai sumber cairan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG 26

CT Scan :
Chest-Ray: evaluasi lokasi clotting USG :
adanya gambaran hipodense (bekuan darah) dan untuk USG jenis FAST
rongga pleura disisi yang menentukan digunakan untuk pasien
terkena dan adanya kuantitas atau jumlah yang tidak stabil dengan
mediastinum shift. bekuan darah di rongga hemothoraks minimal.
pleura)

Nilai BGA :
Cek darah lengkap:
Hipoksemia disertai hiperkarbia
dilakukan berdasarkan nilai
yang menyebabkanasidosis
kadar Hb yang menunjukkan
respiratori sehingga saturasi
jumlah darah yang hilang.
O2 menurun
27

TAMPONADE JANTUNG
Tamponade jantung merupakan salah satu komplikasi yang paling fatal dan
memerlukan tindakan darurat. Terjadi pengumpulan cairan di pericardium dalam 28
jumlah yang cukup untuk menghambat aliran darah ke ventrikel (Mansjoer,
dkk. 2001).

Tamponade jantung adalah sindrom klinik dimana terjadi penekanan yang


cepat atau lambat terhadap jantung akibat akumulasi cairan, nanah, darah,
DEFINISI bekuan darah, atau gas di perikardium, sebagai akibat adanya efusi, trauma,
atau ruptur jantung (Spodick, 2003)

Jumlah cairan yang cukup untuk menimbulkan tamponade jantung adalah


250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung cepat, dan 100 cc
bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat, karena pericardium
mempunyai kesempatan untuk meregang dan menyesuaikan diri dengan
volume cairan yang bertambah tersebut (Muttaqin, 2009)

Dari beberapa definisi diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa tamponade jantung adalah
kompresi pada jantung yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intraperikardial akibat
pengumpulan darah atau cairan dalam pericardium (250 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung
cepat, dan 100 cc bila pengumpulan cairan tersebut berlangsung lambat) yang menyebabkan penurunan
pengisian ventrikel disertai gangguan hemodinamik, dimana ini merupakan salah satu komplikasi
yang paling fatal dan memerlukan tindakan darurat.
29

○ Perikarditis
○ Neoplasma
ETIOLOGI
○ Uremia
○ Kanker paru end-stage
○ Miokard infark akut
○ Perdarahan ke dalam ruang pericardial
akibat trauma, oprasi, dan infek
30

Tamponade jantung terjadi bila jumlah efusi perikardium menyebabkan


hambatan serius aliran darah ke jantung (gangguan diastolik ventrikel)
penyebab tersering adalah neoplasma dan uremi. (Panggabean
2006:364). Neoplasma menyebabkan terjadinya pertumbuhan sel secara
PATOFISIOLOGI abnormal pada otot jantung. Sehingga terjadi hiperplasia sel yang tidak
terkontrol, yang menyebabkan pembentukan massa (tumor). Hal ini
yang dapat mengakibatkan ruang pada kantong jantung (perikardium)
dengan lapisan paling luar jantung (epikardium). Uremia juga mengakibatkan
temponade jantung(price, 2005 :945). Dimana orang yang mengalami uremia
di dalam darahnya terdapat toksik metabolik yang dapat menyebabkan
inflamasi ( dalam hal ini inflamasi terjadi pada perikardium). Selain itu,
temponade jantung juga dapat di sebabkan akibat trauma tumpul / tembus.
Jika trauma ini mengenai ruang perikardium akan terjadi perdarahan sehingga
darah banyak terkumpul di ruang perikardium. Hal ini mengakibatkan jantung
terdesak oleh akumulasi ciran tersebut.
Manifestasi Klinis 31
1. Gejala yang muncul bergantung kecepatan akumulasi cairan perikardium. Bila
terjadi secara lambat dapat memberi kesempatan mekanisme
kompensasi seperti takikardi, peningkatan resistensi vascular perifer dan
peningkatan volume intravaskular. Bila cepat, maka dalam beberapa menit bisa
fatal.
2. Tamponade jantung akut biasanya disertai gejala peningkatan vena jugularis,
pulsus paradoksus >10mmHg, tekanan nadi <30mmHg, tekanan sistolik
<100mmHg, dan bunyi jantung yang melemah.
3. Sedangkan pada yang kronis ditemukan peningkatan vena jugularis, takikardi,
dan pulsus paradoksus (gambaran lain yang menandai perubahan yang tidak
terduga tekanan vena)
Keluhan dan gejala yang mungkin ada yaitu adanya jejas trauma tajam
dan tumpul di daerah dada atau yang diperkirakan menembus jantung, gelisah,
pucat, keringat dingin, peninggian vena jugularis, pekak jantung melebar, suara
jantung redup dan pulsus paradoksus. Trias classic beck berupa distensis vena leher,
bunyi jantung melemah dan hipotensi didapat pada sepertiga penderita
dengan tamponade. (Mansjoer, dkk. 2000).
32

Rontgen Laboratorium
dada

EKG Echocardiografi

Pulse USG
Oksimetris
Fast
33

Thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai