Anda di halaman 1dari 71

Oleh

Sanjaya Soebagio S.Ked


I1A010017
Pembimbing
dr. Nurul Hidayah M.Sc, Sp.A

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM – RSUD ULIN
BANJARMASIN
April 2016 1
1
Hidrosefalus selalu bersifat
sekunder, sebagai akibat penyakit
atau kerusakan otak

-Insidensi hidrosefalus kongenital


-Pada hidrosefalus infantil

2
Hidrosefalus
HIDROSEFALUS

3
1. Kelainan Bawaan (Kongenital)

2. Infeksi

3. Neoplasma

4. Perdarahan
4
5
 Hidrosefalus secara teoritis hal ini terjadi
sebagai akibat dari tiga mekanisme yaitu:
 Produksi likuor yang berlebihan
 Peningkatan resistensi aliran likuor
 Peningkatan tekanan sinus venosa

6
1. Berdasarkan gambaran klinis

2. Berdasarkan waktu pembentukan

3. Berdasarkan proses terbentuknya

4. Berdasarkan sirkulasi CSS


7
 Pada dilatasi monoventrikuler,

 Pada dilatasi biventrikuler,

 Pada dilatasi triventrikuler,

 Pada dilatasi tetraventrikuler,

8
9
Awitan hidrosefalus terjadi pada masa neonatus

Pembesaran abnormal yang progresif dari ukuran kepala


Kranium terdistensi dalam semua arah, tetapi terutama
pada daerah frontal.
Fontanella terbuka dan tegang, sutura masih terbuka
bebas.
Tulang-tulang kepala menjadi sangat tipis. Vena-vena di
sisi samping kepala tampak melebar dan berkelok
10
Awitan hidrosefalus terjadi pada akhir masa kanak-kanak

Makrosefali biasanya disertai empat gejala hipertensi intrakranial


lainnya

11
Pada neonatus

Dapat dilakukan dengan melakukan USG

Pada anak yang lebih besar

CT scan dan MRI dapat memastikan diagnosis hidrosefalus


dalam waktu yang relatif singkat

CT Scan dapat membedakan hidrosefalus dari penyakit lain dan


untuk identifikasi tempat obstruksi aliran CSS
12
Gambar USG menunjukkan
Gambar bayi normal USG hidrosefalus pada bayi.
kepala Ventrikel besar dibandingkan
dengan normal.
13
Gambar Normal CT scan Gambar CT scan seorang
kepala pada orang dewasa. dewasa dengan Hidrosefalus
Tekanan Normal.
14
CT scan secara tepat menggambarkan struktur
intrakranial

 Kebanyakan kasus hidrosefalus disebabkan oleh


obstruksi jalur CSS (hidrosefalus obstruktiva).
 Ada dua jenis obstruksi jalur CSS:
 - Obstruksi intraventrikuler (hidrosefalus
obstruktif intraventrikuler atau nonkomunikans)
 - Obstruksi ekstraventrikuler (hidrosefalus
obstruktif intraventrikuler atau komunikans).
15
 Prinsip dalam pengobatan hidrosefalus:
▪ Mengurangi produksi CSS.
▪ Mempengaruhi hubungan antara tempat
produksi CSS dengan tempat absorbsi.
▪ Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ
ekstrakranial.

16
1. Terapi Medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi
hidrosefalus melalui upaya mengurangi
sekresi cairan dari pleksus khoroid atau upaya
meningkatkan resorbsinya

2. Penanganan Alternatif (Selain Shunting)


Saat ini cara terbaik untuk melakukan
perforasi dasar ventrikel III adalah dengan
teknik bedah endoskopik.
17
Operasi Pemasangan
‘Pintas’ (Shunting)

1. Ventriculo-peritoneal
(VP) shunt

18
Operasi Pemasangan
‘Pintas’ (Shunting)

2. Ventriculo-atrium (VA) Shunt

3. Lumbo-peritoneal (LP) Shunt

19
Operasi Pemasangan
‘Pintas’ (Shunting)

4. Ventriculo-cisternal
shunt (Torkildsen
prosedur)

20
Operasi Pemasangan
‘Pintas’ (Shunting)

5. Ketiga
ventriculostomy
Kiri, dasar ventrikel ketiga hanya di depan
dua jaringan benjolan kecil di hipotalamus
disebut badan mamiliari.
Tengah, sebuah alat kecil masuk ke dalam
ruang subarachnoid yang mendasarinya.
Kanan, lubang diproduksi di dasar
ventrikel ketiga.

21
Operasi Pemasangan
‘Pintas’ (Shunting)

6. Ventriculo-subgaleal shunt

22
 Hidrosefalus yang tidak diterapi akan
menimbulkan gejala sisa, gangguan neurologis
serta kecerdasan.

 Pada kelompok yang dioperasi, angka


kematian adalah 7%. Setelah operasi 51%
kasus mencapai fungsi normal
 16% mengalami retardasi mental ringan.

23
24
Nama penderita : An. Dimas Aditya
Jenis Kelamin : laki-laki
Tempat & tanggal lahir : Martapura, 25 Juli 2015
Umur : 7 bulan
Tanggal MRS : 24-03-2014 (PICU) 
R.Anak (16/03/ 2015)
RMK : 1.20.40.88

25
Data Ayah Data Ibu
• Nama : Tn. H • Nama : Ny. R
• Usia : 30 tahun • Usia : 27 tahun
• Pekerjaan: Swasta • Pekerjaan: Swasta
• Pendidikan: SD • Pendidikan: SMP

26
Kiriman dari : RSUD Ratu Zalecha Martapura
Dengan Diagnosa : Hidrosefalus
Aloanamnesis dengan: bapak pasien
Keluhan Utama : Demam naik turun dan Kepala membesar

• 9 hari SMRS  pasien demam 3 hari, demam naik turun,


mual muntah (-), BAB & BAK baik, kejang (-), pasien
kemudian berobat ke puskesmas dan dirawat di sana
selama 4 hari (dengan diagnosis demam tifoid, namun
tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium, kemudian
setelah 4 hari, pasien dikatakan sembuh dan boleh pulang.
• Pasien saat itu ibunya juga mengeluhkan bahwa kepalanya
terlihat lebih besar daripada anak-anak seusianya, namun
saat itu tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut pada
pasien 27
 2 hari SMRS  pasien masih demam, dan
mengalami kejang, kejang terjadi seluruh
tubuh, satu kali, kejang pada seluruh tubuh
dan berlangsung sekitar 15-20 menit, kejang
berhenti sendiri tanpa diberi obat, kejang
kemudian berulang 2 kali di RS, setelah
kejang kedua pasien kemudian tidak sadar.
Saat dirujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin,
pasien sudah tidak mengalami kejang lagi.
28
Riwayat Penyakit Dahulu
• Anak pernah sakit demam sebelumnya (-), kejang (-), kembung (-)
• Riwayat kuning saat lahir (-)
• Riwayat diare kronik sebelumnya (-)
• Riwayat trauma (-)
• Riwayat memakan makanan yang basi atau beracun (-)
• R/penggunaan obat/zat psikoaktif(-)
• R/retardasi mental/gangguan mental (-)
• R/kejang demam usia 2.5 bulan, tidak berobat
• R/penyakit TB (-)

Riwayat Penyakit Keluarga

• Tidak ada sakit demam pada keluarga, riwayat gangguan mental di


keluarga(-), R/kejang di keluarga (-), tidak ada anggota keluarga
yang menderita sakit serupa
29
Riwayat Kehamilan

• Riwayat Antenatal :
• Ibu rutin memeriksakan kehamilan, 6 kali selama
ibu mengandung. Selama hamil ibu tidak pernah
mengalami tekanan darah tinggi, mual/muntah
hebat (-), nyeri kepala hebat (-). Ibu juga
mendapatkan obat/vitamin dari bidan, vaksin
tetanus (+), Ibu tidak pernah memeriksakan ke
dokter spesialis dan USG.

30
Riwayat Natal

• Spontan/tidak spontan : Sectio Caesaria


• Nilai APGAR : ibu tidak tahu
• Berat badan lahir : 4500 gram
• Panjang badan lahir : ibu tidak ingat
• Lingkar kepala : ibu tidak ingat
• Penolong : Dokter Spesialis
• Tempat : di RSUD Ratu Zalecha
• Riwayat neonatal : bayi tidak pernah
kuning, tidak pernah demam.
• Sebelumnya ataupun kejang, namun kepala
bayi menurut ibu terlihat sangat besar sejak
usia 4 bulan.
31
Riwayat
• Angkat Perkembangan
kepala : ibu tidak ingat
• Tiarap: ibu tidak ingat
• Merangkak : ibu tidak ingat
• Duduk : ibu tidak ingat
• Berdiri : ibu tidak ingat
• Berjalan : 1 tahun
• Saat ini : Anak hanya bisa berbaring
Riwayat Imunisasi
• Ibu mengaku tidak memberikan imunisasi pada anaknya karena
takut apabila penyakit anaknya bertambah parah

Makanan

• 0-6 bulan: anak mendapatkan ASI ekslusif, anak menyusu kuat.


Anak minum cukup sering, sehari > 10 kali anak minum ASI.

32
 Ket : Laki-laki
 Perempuan
 Sakit
 Meninggal

No Nama Umur L/P Keterangan


1 Tn.Husni 30 thn L Sehat
2 Ny.Rusmini 27 thn P Sehat
3 An.M.Ihsan 9 thn L Sehat
4 An.Dimas 4.5 thn L Sakit
33
Riwayat Sosial Lingkungan

• Penderita tinggal bersama ayah, ibu, dan 1


orang kakaknya di rumah terbuat yang dari kayu
berukuran 12x4.5 m2 dengan 2 kamar, terdapat 4
jendela dan ventilasi yang cukup. Pasien tidur di
kamar terpisah dengan orang tuanya. Pasien
untuk pengairan sehari hari menggunakan air
PDAM dan untuk MCK terdapat WC di dalam
rumah. Untuk kebersihan, sampah diletakkan di
depan rumah dan di ambil oleh petugas rumah
setiap hari. Rumah berdempetan dengan rumah
sebelah. 34
 Keadaan Umum: Tampak sakit berat
 Kesadaran : Stupor, PCS : 2-3-4

 Tanda vital :
 Respirasi : 28 x/menit
 Nadi : 165x/menit
 Suhu : 38,8oC
 Berat badan : 11 kg
 Panjang badan: 69 cm
 Lingkar kepala: 65 cm (hidrosefalus)
35
• Warna : sawo matang
• Sianosis : tidak ada
• Pucat : tidak ada
• Hemangiom : tidak ada
Kulit •

Turgor : cepat kembali
Kelembaban : cukup
• Ikterik : tidak ada
• Crazy pavement dermatosis : tidak ada
• Baggy pant : tidak ada

36
• Kepala : Bentuk : makrosefali
• Bulging fontanella : (+)
• Venektasi : (+)
• Rambut : Warna : hitam
• Tebal/tipis : tipis
• Jarang/tidak (distribusi) : distribusi merata
• Alopesia : tidak ada
• Wajah : Old face : tidak ada
• Edem : tidak ada

Kepala
• Mata :Palpebra : tidak ada
• Alis & bulu mata : tidak mudah dicabut
• Konjungtiva : tidak anemis
• Sklera : tidak ikterik
• Pupil : Diameter : 5 mm/3 mm
• Simetris :anisokor, normal
• Sunset Eye : (+)
• Reflek cahaya : +/+ langsung ,+/+ tidak langsung,-
respon
• lambat
• Kornea : jernih
• Gerakan bola mata : sulit dievaluasi
37
• Telinga : Bentuk: simetris
• Sekret: tidak ada
• Nyeri: sulit dievaluasi
• Hidung : Bentuk : simetris
• Pernafasan cuping hidung : tidak ada
• Epistaksis : tidak ada
• Sekret : minimal
• Mulut :Bentuk : simetris
• Bibir : mukosa bibir kering, pucat (-),
sianosis(-)

Kepala • Gusi : - tidak mudah berdarah


• - pembengkakan tidak ada
• Lidah : Bentuk : simetris
• Tremor/tidak : tidak tremor
• Kotor/tidak : tidak kotor
• Warna : merah muda
• Faring : hiperemis : tidak ada
• Membran/pseudomembran : tidak ada
• Tonsil : hiperemis : tidak ada
• Membran/pseudomembran : tidak ada
• Pembesaran : tidak ada
38
• Vena Jugularis : Pulsasi :
tidak terliha
• Tekanan : tidak meningkat
Leher • Pembesaran kelenjar leher
tidak ada
:

• Massa : tidak ada


• Tortikolis : tidak ada

39
• Paru
• Inspeksi : Bentuk : simetris,
retraksi (-)
• Retraksi : tidak ada
• Dispnea : tidak ada
• Pernafasan : torakoabdominal
• Iga gambang : tidak ada
• Palpasi : simetris
• Auskultasi : Suara Napas Dasar : Suara napas
vesikuler

Thorax • Suara Napas Tambahan : Rhonki (- /-)


• Wheezing (-/-), stridor inspiratoar (-)

• Jantung
• Inspeksi : Iktus : tidak terlihat
• Palpasi : Apeks : tidak teraba
• Thrill : tidak ada
• Auskultasi :
• Frekuensi : 112 x/menit, irama : reguler
• Suara dasar : S1 dan S2 normal
• Suara tambahan : bising (-)
40
•Inspeksi :Bentuk : datar
• Palpasi :Hati : tidak
membesar
Abdomen • Lien : tidak teraba
• Ginjal : tidak teraba
• Massa : tidak teraba
• Perkusi : timpani
• Auskultasi : bising usus (+) normal

41
•Superior :edema (-),
parese (-), sianosis
(-), akral hangat (+)
Ekstremitas
•Inferior : edema (-),
parese (-), sianosis
(-), akral hangat (+)
42
Lengan Tungkai
Tanda
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan (-) (-) (-) (-)
Tonus Hipotoni Hipotoni Hipotoni hipotoni
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus (-) (-) (-) (-)
Refleks BPR () BPR () APR() APR()
Fisiologis TPR() TPR() KPR() KPR()
Refleks Hoffman (+) Hoffman (+) Babinski (+) Babinski (+)
patologis Tromner(+) Tromner(+) Chaddok (-) Chaddok (-)
Sensibilitas Sde Sde Sde Sde
Tanda
Kaku kuduk (+), kernig sign (-)
meningeal
43
 N. I (olfaktorius) : penciuman sde
 N. II (opticus) : visus sde
 N. III (occulomotorius : Gerakan bola mata sde
 Refleks cahaya (+)
 N. IV (trochlearis) : reflex pupil isokor
 N. V (trigeminus) : sulit di evaluasi, Refleks kornea (+)
 N. VI (abduscen) : pergerakan bola mata tidak bisa ke
segala arah
 N. VII. (fasialis) : pasien tidak bisa bengekspresikan
wajahnya, Meringis (-) Membuka dan
menutup mata (+); Uji pengecapan sde
 N. VIII (vestibulopharingeus) : sde
 N. IX (glossopharingeus) : refleks muntah (-) ;Uvula di sentral
 N. X (vagus) Afonia (+)
 N. XI (accessorius) : tonus otot bahu lemah
 N. XII (hipoglossus) : sde
44
Genitalia •laki-laki, dalam batas normal

Anus •Ada, dalam batas normal

45
Pemeriksaan 15/02/2016 16/02/2016 19/02/2016 23/02/2016 Nilai Rujukan Satuan
Hematologi
Hemoglobin 9.8 9,5 9.9 9,50-14,0 g/dl
Leukosit 13,3 8,4 9,6 4.0 – 10.5 Ribu/ul
Eritrosit 5,63 5,35 5,45 4.50 – 5.50 Juta/ul
Hematokrit 32,8 31.5 32,3 32.0 – 44.0 Vol%
Tombosit 295 192 385 150 – 356 Ribu/ul
RDW-CV 16,4 16,4 16,8 11.5 – 14.7 %
MCV, MCH, MCHC
MCV 58,3 59 59,2 80.0 – 97.0 Fl
MCH 17,4 17,7 18,1 27.0 – 32.0 Pg
MCHC 29,8 30,1 30,7 32.0 – 38.0 %
ESR
Hitung Jenis
Basofil% 0.0-1.0 %
Eosinofil% 1.0-3.0 %
Gran % 30,6 42,6 38,0 50.0 – 70.0 %
Limfosit % 56,5 41,9 50,9 25.0 – 40.0 %
Monosit% 3.0-9.0 %
Basofil# <1 Ribu/ul
Eosinofil# <3 Ribu/ul
MID% 12,9 15,5 11,1 4.0 – 11.0 %
Gran # 3,60 3,60 2.50 – 7.00 Ribu/ul
Limfosit # 7,5 3.5 4,9 1.25 – 4.0 Ribu/ul
Retikulosit 2,1 0.5-2,0 % 46
KIMIA DARAH
Gula darah
GDS 145 <200 Mg/dL
Elektrolit
Natrium 141 133.1 135-146 Mmol/I
Kalium 4,6 4.5 3,4-5,4 Mmol/I
Klorida 117 101.0 95-100 Mmol/I
Hati
SGOT 221 138 0-46 U/l
SGPT 108 148 0-45 U/l
Ginjal
Ureum 25 12 10-50 mg/dL
Kreatinin 0,4 0,3 0,7-1,4 mg/dL
Malaria
CRP <1.35 Mg/l
PROTHROMBIN TIME
PT 13,6 8,8 9,9-13,5 detik
INR 1,18 0,78
CONTROL NORMAL PT 11,4 11,4
APTT 24,6 28,0 22,2-37,0 detik
CONTROL NORMAL 26,1 26,1
APTT
Albumin 4,8 1/160 47
 Kesimpulan:
Obstruksi
Hidrosefalus ec SOL
supratentorial

48
 Nama : An. Dimas Aditya
 Jenis kelamin : laki-laki
 Umur : 7 bulan
 Berat badan : 11 kg
 Keluhan utama : Demam naik turun dan kepala membesar
 Uraian :anak rujukan dari RSUD Ratu Zalecha dengan diagnosis Hidrocephalus pro
VP.Shunt. Febris (+), penurunan kesadaran (+). R/Sefalgia, Konvulsi(+)
 Keadaan umum: tampak sakit berat
 Keasadaran : komposmentis, GCS:E2V2M4
 Denyut nadi : 168 kali permenit, regular, kuat angkat
 Pernafasan : 38 kali/menit
 Suhu : 38,6 0C
 Kulit : kelembaban cukup, pucat (-), ikterik (-)
 Kepala : Hidrosefali, venektasi (+), bulging fontanella (+)
 Mata : refleks cahaya (+/+) ,pupil isokor (2.mm/2 mm),refleks kornea (+) Sunset Eyes (+/+)
 Telinga : simetris, dbn
 Mulut : simetris, dbn
 Thorax, paru : simetris, iga gambang (-), retraksi (-) Sn.vesikuler, rh(-/-),Wh(-/-)
 Jantung : dbn
 Abdomen : datar, organomegali (-), BU (+) normal
 Ekstremitas : akral hangat, edema (-/-), parese (-)
 Susunan saraf :gangguan nervus kranialis
 Genitalia : (+) laki-laki, dbn
49
 Anus : (+), dbn
Hidrosefalus pro VP.Shunt + susp
Massa Intrakranial

50
 Rawat PICU
 IVFD D51/2 NS 56 cc/jam
 Inj.ceftriaxon 2x450 mg/hari
 Inj.fenitoin 2x50 mg (iv)dosis (5.8
mg/kgBB/hari)
 Inj.Paracetamol infuse 4 x 200 mg
 Manitol 20% drip dalam 1 Jam (0,5
mg/kgBB/hari)35cc9 tts/menit
 Dexamethason 0,6 mg/kgBB/hari (±10
mg/hari)4 x 2.5 mg/hari
 Monitoring kejang/kesadaran
 Raber dengan bedah saraf
51
Pasien kemudian dilakukan operasi VP shunt pada tanggal 11 Desember 2015 dan dilakukan pemeriksaan analisa cairan otak.

Pasien kemudian dialih rawat ke bagian bedah


saraf pada tanggal 24 Maret 2016. Pasien juga
dilakukan pemasangan EVD pada tanggal 24
Maret 2016. Pasien lalu juga dilakukan operasi
tumor removal dan vp shunt pada tanggal 28
Maret 2016. Saat ini pasien dirawat di ruang PICU
RSUD Ulin Banjarmasin

52
Pasien kemudian dilakukan operasi VP shunt pada tanggal 11 Desember 2015 dan dilakukan pemeriksaan analisa cairan otak.

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad functionam : dubia ad malam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam

53
Pasien kemudian dilakukan operasi VP shunt pada tanggal 11 Desember 2015 dan dilakukan pemeriksaan analisa cairan otak.

Vaksinasi
Segera berobat bila sakit (saat demam dan
kejang mulai terjadi)
Jaga kesehatan lingkungan

54
Date S, O, A Planning therapy
17-03-16 S : Demam (+) naik turun - Inj. Ceftriaxone 2x500 mg
Kejang (-) - Inj. Dexa 3x1,5 mg
O: PCS E2V2M4 - Inj.fenitoin 2x50 mg (iv)
N: 150x/mnt, T: 39,10C, RR: 32x/menit -Inj.paracetamol infuse 4 x 200
LK: 65 cm mg
Sunset phenomenon (+) - Pro tumor removal
A : Hidrosefalus obstruktif ec SOL
supratentorial
18-03-16 S : Demam (+) naik turun - Inj. Ceftriaxone 2x500 mg
Kejang (-) - Inj. Dexa 3x1,5 mg
O: PCS E2V2M4 - Inj.fenitoin 2x50 mg (iv)
N: 133x/mnt, T: 37,90C, RR: 24x/menit -Inj.paracetamol infuse 4 x 200
LK: 65 cm mg
Sunset phenomenon (+) - Cek Lab DR
A : Hidrosefalus obstruktif ec SOL - Pro tumor removal
supratentorial
19-03-16 S : Demam (+) naik turun - Inj. Ceftriaxone 2x500 mg
Kejang (-) - Inj.fenitoin 2x50 mg (iv)
O: PCS E2V2M4 - Inj.paracetamol infuse 4 x 200
N: 110x/mnt, T: 38,70C, RR: 40x/menit mg
LK: 65 cm - Pro tumor removal
Sunset phenomenon (+)
A : Hidrosefalus obstruktif ec SOL
supratentorial
55
Date S, O, A Planning therapy
20-03-16 S : Demam (+) naik turun - Inj. Ceftriaxone 2x500 mg
Kejang (-) - Inj.fenitoin 2x50 mg (iv)
O: PCS E2V2M4 - Inj.paracetamol infuse 4 x 200
N: 120x/mnt, T: 380C, RR: 36x/menit mg
LK: 65 cm - Pro tumor removal
Sunset phenomenon (+)
A : Hidrosefalus obstruktif ec SOL
supratentorial
21-03-16 S : Demam (+) naik turun - Inj. Ceftriaxone 2x500 mg
Kejang (-) - Inj.fenitoin 2x50 mg (iv)
O: PCS E4V3M5 - Inj.paracetamol infuse 4 x 200
N: 120x/mnt, T: 36,80C, RR: 26x/menit mg
LK: 65 cm - Pro tumor removal
Sunset phenomenon (+)
A : Hidrosefalus obstruktif ec SOL
supratentorial
22-03-16 S : Demam (-) - Inj. Ceftriaxone 2x500 mg
Kejang (-) - Inj.fenitoin 2x50 mg (iv)
O: PCS E4V3M5 - Inj.paracetamol infuse 4 x 200
N: 136x/mnt, T: 37,40C, RR: 36x/menit mg
LK: 65 cm - Pro tumor removal + vp shunt
Sunset phenomenon (+) (Konfirmasi bedah saraf untuk
A : Hidrosefalus obstruktif ec SOL alih rawat dan rencana operasi)
supratentorial
56
Date S, O, A Planning therapy
23-03-16 S : Demam (-) - Inj. Ceftriaxone 2x500 mg
Kejang (-) - Inj.fenitoin 2x50 mg (iv)
O: PCS E4V3M5 - Inj.paracetamol infuse 4 x 200
N: 140x/mnt, T: 37,30C, RR: 34x/menit mg
LK: 65 cm - Pro tumor removal + vp shunt
Sunset phenomenon (+) (Konfirmasi bedah saraf untuk
A : Hidrosefalus obstruktif ec SOL alih rawat dan rencana operasi)
supratentorial
24-03-16 S : Demam (-) - Inj. Ceftriaxone 2x500 mg
Kejang (-) - Inj.fenitoin 2x50 mg (iv)
O: PCS E4V3M5 - Inj.paracetamol infuse 4 x 200
N: 142x/mnt, T: 370C, RR: 36x/menit mg
LK: 65 cm - Pro tumor removal + vp shunt
Sunset phenomenon (+) - Ahli rawat bedah saraf
A : Hidrosefalus obstruktif ec SOL - Dilakukan pemasangan EVD
supratentorial
25-03-16 S : Demam (-) -IVFD D5 ¼ NS 20 tpm
Kejang (-) - Inj. Ceftriaxone 1x200 mg
O: PCS E4V3M5 - Aspirasi LCS via EVD 50-75
N: 154x/mnt, T: 36,80C, RR: 29x/menit cc/hari
LK: 64 cm - Ukur lingkar kepala tiap hari
A : post EVD ai Hidrosefalus obstruktif ec - Pro tumor removal + vp shunt
SOL infratentorial (28/3/16)

57
Date S, O, A Planning therapy
26-03- S : Demam (-) -IVFD D5 ¼ NS 20 tpm
16 Kejang (-) - Inj. Ceftriaxone 1x200 mg
O: PCS E4V5M6 - Aspirasi LCS via EVD 50-
N: 140x/mnt, T: 370C, RR: 32x/menit 75 cc/hari
LK: 64 cm - Ukur lingkar kepala tiap
A : post EVD ai Hidrosefalus obstruktif hari
ec SOL infratentorial - Pro tumor removal + vp
shunt (28/3/16)
27-03- S : Demam (-) -IVFD D5 ¼ NS 20 tpm
16 Kejang (-) - Inj. Ceftriaxone 1x200 mg
O: PCS E4V5M6 - Aspirasi LCS via EVD 50-
N: 154x/mnt, T: 36,80C, RR: 29x/menit 75 cc/hari
LK: 64 cm - Ukur lingkar kepala tiap
A : post EVD ai Hidrosefalus obstruktif hari
ec SOL infratentorial - Pro tumor removal + vp
shunt (28/3/16)

58
Date S, O, A Planning therapy
28-03- S : Demam (-) -IVFD D5 ¼ NS 20 tpm
16 Kejang (-) - Inj. Ceftriaxone 1x200 mg
O: PCS E4V5M6 - Aspirasi LCS via EVD 50-
N: 144x/mnt, T: 36,50C, RR: 36x/menit 75 cc/hari
LK: 63 cm - Ukur lingkar kepala tiap
A : post EVD ai Hidrosefalus obstruktif hari
ec SOL infratentorial - Dilakukan tumor removal
+ vp shunt
29-03- S : Demam (-) -IVFD D5 ¼ NS 20 tpm
16 Kejang (-) - Inj. Ceftriaxone 1x200 mg
O: - Ukur lingkar kepala tiap
N: 148x/mnt, T: 36,90C, RR: 40x/menit hari
LK: 61 cm
A : post tumor removal + vp shunt ai
Hidrosefalus obstruktif ec SOL
infratentorial

59
60
ANAMNESIS
-demam Didapatkan adanya
-kepala membesar gejala dan tanda
sejak usia 4 bulan tekanan intrakranial
-kejang 3x yang meninggi yang
- Kedua bola mata mengarah ke diagnosis
pasien juga menghadap hidrosefalus
ke bawah

61
Kasus Teori

• Pasien didapatkan • Kejang merupakan suatu


gejala akhir dari peningkatan
adanya kejang tekanan intrakranial. Gejala ini
sebanyak 3 kali jarang ditemukan pada pasien
dengan hidrosefalus.
Persentase terjadinya kejang
pada pasien dengan
hidrosefalus adalah sekitar 5%

62
Makrosefali
PEMERIKSAAN FISIK mengesankan sebagai
Pasien dengan jenis kelamin salah satu tanda bila
laki-laki berusia 7 bulan
didapatkan lingkar kepala
ukuran lingkar kepala
pasien berukuran 65 cm. lebih besar dari dua
deviasi standar di atas
ukuran normal, atau
persentil 98 dari
kelompok usianya.

Didapatkan hasil melebihi persentil 98 dari kelompok usianya.

63
65 cm

Didapatkan hasil
melebihi persentil 98
dari kelompok
usianya.

64
Didapatkan kepala
membesar

65
bulging
fontanella

66
Sunset
Phenomenon

67
 Pasien lalu dilakukan operasi external
ventricular drain (EVD) pada tanggal 24
Maret 2016

Kateter dapat ini,


Pada pasien dimasukkan ke dalam ventrikel
setelah dilakukan lateralEVD,
pemasangan dan
dapat digunakan
dilakukan aspirasiuntuk mengeluarkan
cairan cairan serebrospinal
cairan serebrospinal via EVD
dengan tujuan untuk mengurangi
sebanyak tekanan intrakranial
50-75 cc/hari.
Prinsip dalam pengobatan hidrosefalus, yaitu :
Mengurangi produksi cairan serebrospinal.
Mempengaruhi hubungan antara tempat produksi
cairan serebrospinal dengan tempat absorbsi.
Pengeluaran likuor (CSS) kedalam organ
ekstrakranial. 68
 Pasien lalu juga dilakukan operasi tumor
removal dan vp shunt pada tanggal 28
Maret 2016.

Prinsip dari shunting : membentuk suatu hubungan antara


cairan serebrospinal (ventrikel atau lumbal) dan rongga
tempat drainase (peritoneum, atrium kanan, pleura).

Pada anak-anak lokasi drainase yang terpilih adalah


rongga peritoneum, mengingat ia mampu menampung
kateter yang cukup panjang sehingga dapat menyesuaikan
pertumbuhan anak, serta resiko terjadinya infeksi berat
relatif lebih kecil dibandingkan dengan rongga atrium
jantung. 69
 Telah dilaporkan suatu kasus hidrosefalus obstruktif + SOL
infratentorial pada An. D berjenis kelamin laki-laki yang
berusia 7 bulan yang dirawat di ruang PICU RSUD Ulin
Banjarmasin. Diagnosis hidrosefalus obstruktif + SOL
infratentorial ditegakkan berdasarkan anamnesis, hasil
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (CT Scan).

 Pasien dilakukan pemasangan EVD pada tanggal 24 Maret


2016. Pasien lalu juga dilakukan operasi tumor removal dan
vp shunt pada tanggal 28 Maret 2016. Saat ini pasien dirawat
di ruang PICU RSUD Ulin Banjarmasin.

70
71

Anda mungkin juga menyukai