CA. SINONASAL
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Ilmu THT
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia
Oleh :
Preseptor :
Dr. dr. Indra Zachreini Sp.THT-KL(K)
BAB 1
LATAR BELAKANG
Tumor sinonasal adalah penyakit di mana terjadinya pertumbuhan
sel (ganas) pada sinus paranasal dan rongga hidung.
Karsinoma sinonasal banyak terjadi di negara berkembang. Di
bagian Asia, keganasan sinonasal adalah peringkat kedua yang
paling umum setelah karsinoma nasofaring. Pria yang terkena 1,5
kali lebih sering dibandingkan wanita,dan 80% dari tumor ini terjadi
pada orang berusia 45-85 tahun. Sekitar 60-70% dari keganasan
sinonasal terjadi pada sinus maksilaris dan 20-30% terjadi pada
rongga hidung sendiri.Diperkirakan 10-15% terjadi pada sel-sel
udara ethmoid (sinus), dan 1% ditemukan di sinus frontal dan
sphenoid. Karsinoma sel skuamosa adalah jenis yang paling banyak
terjadi (70%), disusul oleh karsinoma tanpa differensiasi dan tumor
asal kelenjar (Rosen dan Adam, 2007).
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Suku : Aceh
DM (-)
Hipertensi (-)
A. Status Generalisata :
Pinna
Dan lain-lain
Canalis Aurikularis
Membran Timpni
Nasal eksternus
Deformitas _ +
Hematoma + +
Pembengkakan _ +
Hiperemis _ _
Krepitasi _ _
Lain-lain _ _
Cavum oris
Bibir oedem
Faring
Tonsil
Dendritus
Sulit dinilai
Ct-scan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Foto thorax
biopsi
DIAGNOSIS BANDING
1. Neuroblastoma penciuman
VI DIAGNOSI KERJA
Ca. Sinonasal
VIII PROGNOSIS
sebelah kiri 5%
nodul jam
Inj. Chrome i
gr amp/ 12
jam
1/1/19 S: os mengeluh nyeri di Lab IVFD Nacl
RL)
Inj. Vit K 1
Amp/ hari
T: Afebris terapi
A: ca. sinonasal
P:
P: 3,50 Tranexamat
1 g/12jam
A: ca sinonasal Inj.
Inj. Crome 1
amp/12 jam
Inj. Vit K 1
amp/12j
BAB 3
virus Inhalan
TUMOR spesifik
SINONASA
usia L
Jenis
kelamin
Sinar ion/
radiasi Alkohol
Penggunaan
tembakau dan
olahannya
KLASIFIKASI TUMOR
•Papiloma skuamosa
•Papiloma Inversi
•Displasia Fibroma
•Angiofibroma Nasofaring
Juvenile
PEMERIKSAAN
ANAMNESIS
FISIS
PEMERIKSAAN
STAGING
PENUNJANG
1. ANAMNESIS
Gejala Nasal
Gejala Orbital
Gejala Oral
Gejala Fasial
Gejala Intrakranial
Riwayat Pekerjaan/Lingkungan
Riwayat Lifestyle
Rhinoscop
Inspeksi Palpasi
y
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4. STAGING (T.N.M.)
SINUS MAKSILLARIS
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tumor terbatas pada mukosa sinus maksilaris tanpa erosi dan
T1
destruksi tulang.
Tumor menyebabkan erosi dan destruksi tulang hingga palatum
T2 dan atau meatus media tanpa melibatkan dinding posterior sinus
maksilaris dan fossa pterigoid.
Tumor menginvasi dinding posterior tulang sinus maksilaris,
T3 jaringan subkutaneus, dinding dasar dan medial orbita, fossa
pterigoid, sinus etmoidalis.
Tumor menginvasi bagian anterior orbita, kulit pipi, fossa pterigoid,
T4a fossa infratemporal, fossa kribriformis, sinus sfenoidalis atau
frontal.
Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita, duramater, otak,
T4b fossa kranial medial, nervus kranialis selain dari divisi maksilaris
nervus trigeminal V2, nasofaring atau klivus.
Kavum Nasi dan Ethmoidal
Tx Tumor primer tidak dapat ditentukan
T0 Tidak terdapat tumor primer
Tis Karsinoma in situ
Tumor terbatas pada salah satu bagian dengan atau
T1
tanpa invasi tulang
Tumor berada di dua bagian dalam satu regio atau
T2 tumor meluas dan melibatkan daerah nasoetmoidal
kompleks, dengan atau tanpa invasi tulang
Tumor menginvasi dinding medial atau dasar orbita,
T3
sinus maksilaris, palatum atau fossa kribriformis.
Tumor menginvasi salah satu dari bagian anterior
orbita, kulit hidung atau pipi, meluas minimal ke fossa
T4a
kranialis anterior, fossa pterigoid, sinus sfenoidalis atau
frontal.
Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita, dura,
T4b otak, fossa kranial medial, nervus kranialis selain dari
Kelenjar Getah Bening Regional (N)
Nx Tidak dapat ditentukan pembesaran kelenjar
N0 Tidak ada pembesaran kelenjar
N1 Pembesaran kelenjar ipsilateral ≤3 cm
Pembesaran satu kelenjar ipsilateral 3-6 cm, atau multipel
N2 kelenjar ipsilateral <6 cm atau metastasis bilateral atau
kontralateral < 6 cm
N2a Metastasis satu kelenjar ipsilateral 3-6 cm
Metastasis multipel kelanjar ipsilateral, tidak lebih dari 6
N2b
cm
Metastasis kelenjar bilateral atau kontralateral, tidak lebih
N2c
dari 6 cm
N3 Metastasis kelenjar limfe lebih dari 6 cm
Metastasis Jauh (M) 3,7
Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
jaringan sinus paranasal dan jaringan sekitar hidung. Pria terkena 1,5 kali lebih
sering dibandingkan wanita, dan 80% dari tumor ini terjadi pada orang berusia 45-
85 tahun. Sekitar 60-70% dari keganasan sinonasal terjadi pada sinus maksilaris dan
20-30% terjadi pada rongga hidung sendiri. Diperkirakan 10-15% terjadi pada sinus
sphenoid.
Penyebabnya multifaktorial salah atunya Paparan asap hasil
sisa industri, terutama debu kayu, merupakan faktor resiko
utama yang telah diketahui untuk tumor ganas
sinonasal.selain itu mengkonsumsi tembakau merupakan
salah satu faktor risiko dari karsinoma sinonasal ini. Efek
paparan ini mulai timbul setelah 40 tahun atau lebih sejak
pertama kali terpapar dan menetap setelah penghentian
paparan.
Tingkat rata-rata ketahanan hidup bagi pasien dengan tumor
sinus maksilaris sekitar 40% selama 5 tahun. Tumor yang
berada pada tahap awal memiliki angka kesembuhan hingga
80%. Pasien dengan tumor yang dioperasi dan dilakukan
terapi radiasi memiliki tingkat kelangsungan hidup kurang
dari 20%.