PPT DHF Lapkas
PPT DHF Lapkas
DENGUE HAEMORRHAGIC
FEVER (DHF)
Oleh:
Muhammad Kabir S.Ked
090610053
Pembimbing:
dr. Faisal MN, Sp. PD
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
• Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
demam akut yang disebabkan oleh virus dengue serta
memenuhi kriteria WHO untuk DBD. DBD adalah
salah satu manifestasi simptomatik dari infeksi virus
dengue.
Epidemiologi
• Setiap tahun, di seluruh dunia dilaporkan angka kejadian
infeksi dengue sekitar 20 juta kasus dengan angka mortalitas
sebesar 4000 jiwa
• Prevalensi pasien dengan usia pada umumnya di bawah 15
tahun. Penelitian di Pusat Pendidikan Jakarta, Semarang,
Yogya dan Surabaya menunjukkan bahwa DHF dan DSS juga
ditemukan pada usia dewasa, dan terdapat kecenderungan
peningkatan jumlah pasiennya.
• Sampai saat ini DBD telah ditemukan di seluruh provinsi di
Indonesia dan menetap sepanjang tahunya.
Etiologi
Pemeriksaan radiologis
1. Pada foto thorak didapati efusi pleura, terutama
pada hemitoraks kanan tetapi apabila terjadi
perembesan plasma hebat.
Diagnosa Banding
1. Belum / tanpa renjatan :
– Campak
– Infeksi bakteri / virus lain (tonsilo faringitis, demam dari
kelompok pnyakit exanthem, hepatitis, chikungunya)
2. Dengan renjatan
Demam thyfoid
Malaria
Renjatan septik oleh kuman gram negatif lain
3. Dengan perdarahan
Leukemia
ITP
Anemia Aplastik
Terapi
• bersifat suportif dan simtomatis
• ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat
kebocoran plasma dan memberikan terapi substitusi
komponen darah bilamana diperlukan.
• Terapi nonfarmakologis tirah baring dan pemberian
makanan dengan kandungan gizi yang cukup, lunak
dan tidak mengandung zat atau bumbu yang
mengiritasi saluran cerna.
• Sebagai terapi simptomatis, antipiretik berupa
parasetamol, obat simptomatis untuk mengatasi
keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat
antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena
berisiko terjadinya perdarahan pada saluran cerna
bagaian atas (lambung/duodenum).
• Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam
terapi cairan khususnya: pertama adalah jenis cairan
dan kedua adalah jumlah serta kecepatan cairan yang
akan diberikan.
Indikasi Rawat
• Penderita TDBD derajat I dengan panas 3 hari atau
lebih dianjurkan untuk dirawat
• TDBD derajat I disertai: hiperpireksia atau tidak mau
makan atau muntah-muntah atau kejang-kejang atau
Ht cenderung meningkat, trombosit cenderung
turun, atau trombosit < 100.000/mm3
• Seluruh derajat II, III, IV
• Indikasi pulang
– Keadaan umum baik dan masa kritis berlalu (> 7
hari sejak panas).
– Tidak demam selama 48 jam tanpa antipiretik
– Nafsu makan membaik
– Secara klinis tampak perbaikan
– Hematokrit stabil
– Tiga hari setelah syok teratasi
– Jumlah trombosit >50.000/uL dengan
kecenderungan meningkat
Protokol 1. Penanganan Tersangka
( Probable )
DD / DBD Dewasa tanpa syok
Keluhan DBD
(Kriteria WHO 1997)
Observasi
Rawat jalan Rawat Inap
Periksa Hb, Ht dan
leuko, tromb/ 24 jam ( Protokol 2 )
Protokol 2. Pemberian cairan pada tersangka DBD
dewasa di ruang rawat
Suspek DBD
Perdarahan Spontan dan Masif (-)
Syok (-)
1500 + 20 X ( BB dalam kg – 20 )
Contoh :
BB 50 kg : 1500 + 20 X ( 50 – 20)
= 1500 + (20 x 30)
= 1500 + 600
= 2100 ml
PERBAIKAN
24-48 jam MEMBURUK SYOK
KASUS DBD :
Perdarahan Spontan dan Masif : - Epistaksis tidak terkendali
- Hematemesis melena
Syok (-) - Perdarahan otak
Kristaloid 20 – 30 MNT
7 ml/kg/jam dalam 1 PERBAIKAN
jam
PERBAIKAN PERBURUKAN
Kristaloid
5 ml/kg/jam dalam 1
jam
PERBAIKAN
Kristaloid
3 ml/kg/jam dalam 1 STABIL 24 – 48 JAM
jam
Komplikasi
• Perdarahan gastrointestinal masif, ensepalopati,
edema paru, DIC, dan efusi pleura.
Prognosis
• Angka kematian kasus di Indonesia secara
keseluruhan <3%. Angka kematian DSS di RS 5-10%.
Kematian meningkat bila disertai komplikasi. DBD
akan berlanjut menjadi syok atau penderita dengan
komplikasi sulit diramalkan.