Anda di halaman 1dari 101

Millenium Development Goals (MDGs)/

tujuan pembangunan milenium (2015):


Mengentaskan kemiskinan ekstrim dan kelaparan
Pendidikan dasar untuk semua
Kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan
Mengurangi tingkat kematian anak
Meningkatkan kesehatan ibu
Memerangi HIV/AIDS dan malaria

Kelestarian lingkungan

Mengembangkan kemitraan untuk pembangunan


SDKI 2012 Menurut angka kematian bayi berdasarkan
daerah tempat tinggal. bahwa ada 40 kematian bayi di
pedesaan per 1.000 kelahiran hidup, yang bila kita
bandingkan dengan angka kematian kota merupakan
jumlah yang tinggi, yakni hanya 26 kematian per 1.000
kelahiran anak,“
Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012, angka kematian ibu mencapai
359 per 100 ribu kelahiran hidup. Dalam survei yang
sama, lima tahun lalu, angka kematian ibu hanya 228
per 100 ribu kelahiran hidup.
angka kematian bayi hasil SDKI 2012
adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup dan
kematian balita adalah 40 kematian per 1.000
kelahiran hidup. Sama dengan pola SDKI 2007,
 Angka kematian anak turun dari 44 kematian per
1.000 kelahiran hidup pada SDKI 2007 menjadi 40
kematian per 1.000 kelahiran hidup pada SDKI 2012.
 Target MDG tahun 2015 yaitu untuk AKB 23/1000
kelahiran hidup, AKBA 32/ 1000 kelahiran hidup, AKI
102/1000 kelahiran hidup
JAWA TENGAH

10 besar daerah dengan kematian Ibu tertinggi tahun


2014 di Jawa Tengah:
 Kabupaten Brebes : 73 Kasus
 Kabupaten Tegal : 47 Kasus
 Kabupaten Grobogan : 43 Kasus
 Kabupaten Pemalang : 40 Kasus
 Kabupaten Pekalongan : 39 Kasus
 Kabupaten Cilacap : 36 Kasus
 Kota Semarang : 33 Kasus
 Kabupaten Banyumas : 33 Kasus
 Kabupaten Kudus : 26 Kasus
 Kabupaten batang : 23 Kasus
Berikut ini daftar 10 besar daerah dengan kematian Bayi
tertinggi tahun 2014 di Jawa Tengah
 Kabupaten Grobogan : 406 Kasus
 Kabupaten Brebes : 348 Kasus
 Kabupaten Cilacap : 284 Kasus
 Kabupaten Tegal : 263 Kasus
 Kabupaten Banyumas : 258 Kasus
 Kota Semarang : 252 Kasus
 Kabupaten Pemalang : 210 Kasus
 Kabupaten Kebumen : 208 Kasus
 Kabupaten Blora : 204 Kasus
 Kabupaten Banjarnegara : 204 Kasus
penyebab langsung kematian ibu
diantaranya adalah:
 Perdarahan
 Eklampsia
 Infeksi termasuk tetanus,
 Partus lama Abortus
Penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia diantaranya :
 Asfiksia
 Berat bayi baru lahir rendah
 Tetanus neonatorum
 Masalah pemberian makanan
 Gangguan hematologik
 Infeksi dan lain-lain
Sejarah program imunisasi di Indonesia

 Th 1856 Imunisasi cacar di Pulau Jawa


 Th 1972 Dimulai prog imunisasi BCG
 Th 1974 Indonesia bebas Cacar ( WHO )
Di mulai prog imunisasi TT bumil
 Th 1976 Imunisasi DPT
 Th 1977 Pengembangan prog imunisasi
Lanjutan

 Th 1980 Di kembangkan imunisasi polio


& campak
 Th 1982 Imunisasi DT unt anak sekolah
 Th 1992 Prog imunisasi Hepatitis B
 Th 1995 Imunisasi Heb B diberikan kpd
bayi di negara endemis tinggi
 Th 1997 Imunisasi heb B diberikan
kepada semua bayi di semua negara seluruh
dunia
Difinisi
 Imunisasi 
Suatu usaha memberikan
kekebalan pada bayi , anak,
dan ibu hamil terhadap
penyakit tertentu

 Cara untuk meningkatkan


kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen,
shg bila ia terpajan pada
antigen yang serupa tidak
terjadi penyakit
Pengertian imunisasi

 Imunisasi adalah suatu cara untuk


meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif
terhadap suatu antigen sehingga bila kelak
terpajan antigen serupa tidak terjadi penyakit
(Depkes, 2008).
 Imunologi adalah ilmu yang sangat komplek
mempelajari tentang sistem kekebalan tubuh.
Tujuan
 Memberikan kekebalan kepada bayi, anak, dan ibu
hamil
 Untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu
 Mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyekit
yang dapat dicegah dengan imunisasi
 Jika sakit tidak terlalu parah dan dapat mencegah
gejala yg dpt menimbulkan kecacatan atau
kematian
 Meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
penyakit
Rasional perlunya imunisasi
 Sistem kekebalan tubuh tidak dapat menolak /
melindungi segala macam penyakit
 Boster unt menjaga agar efektifitas antibodi tetap
tinggi
 Imunisasi dpt mencegah terjadinya penyakit tertentu
atau kecacatan akibat penyakit
 Klien yang tidak di imunisasi terjadi ancaman
terhadap kesehatan
Pengertian dasar
Imun
Reaksi antigen antibodi yang merupakan
mekanisme perlawanan tubuh terhadap penyakit

Antigen
Sejenis protein yang bila dimasukkan ke dalam
tubuh akan menimbulkan reaksi kekebalan .
Antigen berasal dari protein kuman
Lanjutan
Antibodi
Bahan yang timbul sebagai akibat reaksi tubuh
terhadap adanya rangsangan dari luar oleh antigen

Vaksin
Racun/suspensi kuman ( virus / bakteri ) yang
dilemahkan / dimatikan untuk menimbulkan
imunitas
Sistem Kekebalan :
1. Sistem kekebalan humoral
 Melibatkan antara lain sel lymphosit B yang
memprodukasi antibodi

2. Sistem humoral seluler


 Dimana yang berperan adalah sel lymphosit T yang
berfungsi memperkuat penghancuran benda asing
Ada 2 jenis imunisasi yaitu
 Imunisasi aktif adalah suatu sistim kekebalan yang berasal
dari luar tubuh dimana tubuh anak sendiri membuat zat
anti yang akan bertahan selama bertahun-tahun..
 Imunisasi pasif adalah suatu sistem kekebalan dimana
tubuh tidak membuat sendiri zat anti,
 karena sistem kekebalan diperoleh dari luar tubuh dengan
cara penyuntikan bahan atau serum yang telah
mengandung zat anti
Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
dasar

1. Tuberkulosis
 Disebabkan Mycobacterium tuberculosa
Gejala:
 Badan lemah
 Berat badan menurun
 Demam
 Berkeringat malam hari
 Batuk terus menerus
 Nyeri dada
 Kadang – kadang batuk darah
2. Poliomyelitis

 Disebabkan oleh : satu dari tiga virus yang


berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2 atau 3.
Gejala :
 Lumpuh Layu akut
 Pada anak berumur < 15 tahun
 Demam dan nyeri otot
 Kematian bisa terjadi karena kelumpuhan
 Otot pernapasan
 Penyebaran melalui tinja yang terkontaminasi
Anak dengan poliomyelitis
3. Difteri

 Disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae


Gejala:
 Gelisah
 Aktifitas menurun
 Radang tenggorokan,
 Hilang nafsu makan
 Demam ringan,
 Dalam 2-3 hari timbul selaput
putih kebiru - biruan pada tenggorokan
dan tonsil
Anak dengan Dipteri
4. Pertusis

 Disebabkan bakteri Bordetella pertussis. Disebut juga


batuk rejan atau batuk 100 hari.
Gejala :
 Pilek,
 Mata merah,
 Bersin,
 Demam
 Batuk yang ringan
 Batuk ringan yang lama-kelamaan batuk menjadi
parah dan menimbulkan batuk menggigil yang cepat
dan keras.
Anak dengan pertusis
5. Tetanus

 Disebabkan oleh Clostridium Tetani


Gejala :
 Kaku otot pd rahang, disertai kaku pada leher,
 Kesulitan menelan
 Kaku otot perut,
 Berkeringat dan demam
 Pada bayi terdapat juga gejala tiba – tiba berhenti
menetek (sucking) antara 3 s/d 28 hari setelah lahir
 Gejala berikutnya adalah kejang hebat dan tubuh
menjadi kaku
Bayi dengan tetanus neonaturum
6. Campak
 Disebabkan oleh Virus Myxovirus Viridae Measles
 Gejala :
 Demam
 Bercak kemerahan
 Batuk, pilek
 Konjungtivitis (mata merah)
 Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher,
kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta
kaki.
Anak dengan campak
7. Hepatitis B

 Disebabkan oleh Virus Hepatitis B


Gejala :
 Demam, lemah, nafsu makan menurun
 Warna urin seperti teh pekat, kotoran menjadi
pucat (dempul)
 Warna kuning bisa terlihat pada mata ataupun
kulit.
Jenis imunisasi (vaksin)

 Vaksin : Produk biologis (bakteri, virus, toxoid)


yang dilemahkan / dimatikan atau rekombinan 
menimbulkan kekebalan specifik secara aktif thd
penyakit tertentu.
 Jenis – jenis vaksin program imunisasi di
Indonesia: BCG, Polio, Campak, Hepatitis B,
DPT/HB, TT, DT
Penggolongan Vaksin
1. Penggolongan berdasar asal antigen
(immunization essensial-).
a. Berasal dari bibit penyakit yang dilemahkan
contohnya adalah dari virus : polio (OPV), campak,
yellow fever/Hep.
b. Dari bakteri : BCG.
b. Berasal dari bibit penyakit yang dimatikan (inactivated)
 Seluruh partikel diambil contohnya bakteri : pertusis,
virus : IPV (inactivated Polio Vaccine) atau polio injeksi.
Lanjutan

Jenis Vaksin yang digunakan di Indonesia


1. Vaksin dari kuman hidup yang dilemahkan
/ Live attenuated
 Virus campak dalam vaksin campak
 Virus polio jenis sabin pada vaksin polio oral
 Kuman TBC dalam vaksin BCG
Lanjutan
2. Vaksin dari kuman yang di matikan/ inactivated
 Bakteri pertusis dalam DPT
 Virus polio janis salk dalam vaksin polio
injeksi

3. Vaksin dari racun / toksin kuman yang dilemahkan


 Di buat dari toksin ( racun ) yang
dihasilkan oleh bakteri  Toksoid ( TT),
Dipteri toksoid dalam DPT
lanjutan
4. Vaksin Polisakarida
 vaksin sub unit inactivated dg bentuk yang ubik
terdiri dari rantai panjang molekul gula yang
membentuk permukaan kapsul bakteri tertentu 
Vaksin pneumokokus, meningokokus, hemophilus
influensa type b.

5. Vaksin Rekombinan
Yaitu teknik rekayasa genetika
Vaksin Hep B dihasilkan dengan cara memasukkan suatu
segmen gen virus Hep B kedalam gen sel ragi shg
menghasilkan antigen permukaan hep B murni
lanjutan
Sebagian patikel diambil :
 Berdasarkan protein :
 Sub unit : aseluler pertusis
 Toksoid : DT
 Berdasarkan polisakarida
Murni : meningococcal
Gabungan : Hib (haemofilus Influenza type B)
Rekombinan (Rekayasa genetika) : Hepatitis B
1. Penggolongan berdasarkan sensitivitas
terhadap suhu

 Vaksin sensitive beku yaitu golongan vaksin yang


akan rusak terhadap suhu dingin dibawah 0°C
(beku) seperti Hepatitis B, DPT/ HB, DT, TT.
 Vaksin sensitive panas yaitu golongan vaksin yang
akan rusak terhadap paparan panas yang
berlebihan seperti BCG, Polio dan Campak.
Tata cara pemberian imunisasi
Sebelum melakukan imunisasi , perawat sebaiknya :
 Memberitahukan secara rinci ttg resiko vaksin dan
resiko bila tidak di imunisasi
 Periksa kembali persiapan unt melakukan
pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi ikutan yg
tidak di harapkan
 Baca dg teliti produk ( vaksin ) yang akan
diberikan
 Ada indikasi atau kontra thd vaksin yang
diberikan
Lanjutan
 Tanya jawab dg orang tua sebelum memberikan
 Periksa identitas penerima vaksin dan berikan
antipirektika bila di perlukan
 Periksa jenis vaksin yang akan diberikan
 Yakin bahwa vaksin yang diberikan sesuai jadwal
 Berikan vaksin dengan teknik yang benar
 Setelah pemberian vaksin beri petunjuk reaksi
yang akan terjadi
 Catat imunisasi secara rinci dalam rekam medis /
catatan klinis / KMS
 Periksa ststus imunisasi anggota keluarga
JENIS VAKSIN :
1. Hepatitis B PID (prefil injection
device)
 Merupakan vaksin virus rekombinan yang telah
inactivasikan dan bersifat non infectious, berasal dari
HbsAg yang dihasilkan dalam sel ragi.
Indikasi :
memberikan kekebalan aktif terhadap virus hepatitis.

 Kontra indikasi : hipersensitif terhadap Dosis

cara pemberian :
 sebelum digunakan vaksin dikocok dahulu agar suspensi
menjadi homogen. Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5ml
atau 1 buah HB PID secara intramuscular pada
anterolateral paha. Dosis pertama diberikan pada usia 0
sampai 7 hari, dosis berikutnya minimal 4 minggu.

 Efek samping : reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan


dan pembengkakan disekitar tempat penyuntikan. Reaksi
bersifat ringan hilang setelah 2 hari.
2. Vaksin BCG (Baccillus Calmete
Guerin)
 Adalah vaksin bentuk beku, kering yang mengandung
mycobacterium bovis hidup yang sudah dilemahkan
dari strain Paris no 1173.p2
Indikasi :
 Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
tuberculosa
Kemasan :
 Kemasan ampul, beku kering, 1 boks berisi 10 ampul
vaksin.
 Setiap 1 ampul vaksin dengan 4ml pelarut NaCL 0,9%
= 80 dosis, namun efektifitas pemakaian dilapangan 2-
3 dosis.
Dosis dan cara pemberian :

 Sebelum disuntikan vaksin BCG harus dilarutkan


terlebih dahulu dengan 4ml pelarut NaCL 0,9%.
Melarutka dengan cara menggunakan alat suntik steril
dengan spuit insulin
 Dosis pemberian 0,05ml sebanyak 1 kali untuk bayi
kurang dari 1 tahun.
 Disuntikan secara intrakutan dilengan kanan atas
(musculus deltoideus)
 Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan
sebelum lewat 3 jam.
Kontra indikasi :

 Adanya penyakit kulit yang berat/ menahun seperti eksim,


furunkulitis.
 Individu dengan gejala klinis AIDS tidak boleh di vaksin
BCG.
Efek samping :
 Imunisasi BCG tidak menyebabkan infeksi yang bersifat
umum seperti demam. 1 samapi 2 minggu akan timbul
indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah
menjadi pustule kemudian pecah menjadi ulkus. Luka
tidak perlu pengobatan akan sembuh secara spontan dan
akan menginggalkan tanda parut.
lanjutan
 Bila diberikan usia > 3 bulan  harus dilaks uji
tuberkulin/mantoux terlebih dahulu  bila BTA (Bakteri
Tahan asam)(+) tdk perlu di imunisasi
3. Vaksin DPT/ HB (Combo )
 Mengandung toksoid tetanus yang dimurnikan dan
pertusis yang inactivasi serta vaksin Hepatitis B yang
merupakan sub unit vaksin virus yang mengandung
HbsAg murni dan bersifat infeksi virus. Vaksin
Hepatitis B ini merupakan vaksin DNA recombinant
yang berasal dari HbsAg yang diproduksi melalui
teknologi DNA recombinant pada sel ragi.
Indikasi :
 memberikan kekebalan aktif terhadap bakteri, tetanus,
pertusis dan Hepatitis B.

Kontra indikasi :
• hipersensitifitas terhadap komponen vaksin, reaksi
berat terhadap dosis vaksin kombinasi sebelumnya atau
bentuk-bentuk reaksi sejenis lainnya.
 Adanya gangguan neurogical abnormality sebaiknya
jangan diberikan dalam bentuk kombinasi tapi
diberikan secara terpisah yaitu memberikan vaksin DT
(bukan DPT) serta
Hepatitis B.

Dosis dan cara pemberian :


 pemberian secara intramuscular 0,5 ml sebanyak 5
dosis. Dosis 1 pada usia 2bulan, dosis selanjutnya
dengan interval 4 minggu.

Efek samping :
 reaksi local atau sistemik yang bersifat ringan.
Bengkak, nyeri penebalan kemerahan pada bekass
suntikan. Kadang terjadi reaksi umum demam lebih
38,5°C, muntah.
4. Vaksin Polio
 Tujuan untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit poliomyelitis
 Ada 2 kemasan :
1. Vaksin dari virus polio yang dimatikan ( vaksi
Salk ) dg pemberian disuntikkan , dosis 0,5 ml / sub
cutan
2. vaksin dr virus polio yang hidup dan di lemahkan (
Virus Sabin ) di berikan secara oral dalam bentuk cair
( OPV : oral polio aksin )
Indikasi :
memberikan kekebalan aktif terhadap poliomilitis.
Kontra indikasi :
pada individu yang menderita imundefisiensi.tidak
ada efek yang berbahaya yang timbul akibat
pemberian pada anak yang sedang sakit. Namun bila
ada keraguan missal menderita diare maka dosis
ulangan dapat diberikan setelah sembuh.
4. Vaksin Polio
 Tujuan untuk mendapatkan kekebalan terhadap
penyakit poliomyelitis
 Ada 2 kemasan :
1. Vaksin dari virus polio yang dimatikan ( vaksin
Salk ) dg pemberian disuntikkan , dosis 0,5 ml / sub
cutan
2. vaksin dr virus polio yang hidup dan di lemahkan (
Virus Sabin ) di berikan secara oral dalam bentuk cair
( OPV : oral polio aksin )
Cara pemberian dan dosis :

 sebelum digunaka pipet penetes dipasangkan pada vial


vaksin. Diberikan secara oral. 1 dosis adalah 2 tetes
sebanyak 4 kali pemberian dengan interval setiap
dosis minimal 4 minggu.

 Efek samping : pada umunya tidak terjadi efek


samping.
5. Campak

 Merupakan vaksin virus hidup yang dilemahkan.


Setiap dosis mengandung tidak kurang dari 1000
infective Unit Virus Strain CAM 70 dan tidak lebih dari
100mcg residu kanmycin dan 30 mcg residu
erythromycin. Bentuk vaksin beku kering harus
dilarutkan dalam aquabides steril.
Indikasi :
 pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak

Kontra indikasi :
 anak yang mengalami malnutrisi, demam ringan,
infeksi ringan pada saluran nafas atau diare.
 Individu yang mengalami penyakit imundefisiensi
atau diduga menderita gangguan respon imun karena
leukemia, lymphoma.
Dosis dan cara pemberian :
 sebelum disuntikan dilarutkan dengan pelarut steril
yang telah tersedia.
 Dosis 0,5ml secara subcutan pada lengan kiri atas.
Pada usia 9 sampai 11 bulan.
 Vaksin campak yang sudah dilarutkan boleh
digunakan maksimal 8 jam.

Efek samping :
 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari. Yang dapat terjadi 8-12 hari
setelah vaksinasi.
KIPI
(Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
 Adlh insiden medik yg tjd stlh imunisasi (penyakit
& kematian) ~ 1 bln.
 Yang dilaporkan:
- abses di tmpt suntikan
- semua kasus limfadenitis BCG
- semua kasus kematian yang diduga krn
imunisasi
- semua kasus rawat inap ---
- insiden berat / tdk lazim ---
Rekomendasi utk prematur
 Respons imun kurang utk Hep B
 Apabila prematur > 2000 gr, maka pemberian
sesuai jadwal
 < 2000 gr  stlh mencapai BB / sktr 2 bl. Dpt
diberikan bersama DPt, OPV (IPV) dan Hib.
 DPt tdk dianjurkan diberikan < 6mgg:
- respon pertusis tdk optimal
- masih ada serum anti pertusis dr ibu smp 4
bl.
•Jadwal Imunisasi

Jadwal imunisasi
UMUR VAKSIN

0 - 7 hari HB 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT/HB1,Polio2

3 bulan DPT/HB2, Polio3

4 bulan DPT/HB3, Polio4

9 bulan Campak
Imunisasi anak sekolah

IMUNISASI ANAK SEKOLAH PEMBERIAN IMUNISASI

Kelas 1 DT

Campak

Kelas 2 TT
Cara penyimpanan vaksin

 Semua vaksin disimpan dalam Lemari Es, bukan


freezer
 Vaksin sensitif beku : jauh dari evaporator
 Vaksin sensitif panas : dekat evaporator
 Jarak 1-2 cm tiap dus vaksin
 Cool pack : penahan dingin
 Pemantau suhu
 Pelarut : disimpan disuhu ruang, sehari sebelum
dipakai disimpan dalam LE  suhu sama.
 Istilah cold chain (rantai vaksin) berarti
bahwa semua peralatan dan prosedur yang diperlukan
agar secara pasti vaksin terproteksi dari suhu dan
cahaya yang tidak tepat saat transportasi sejak dari
pabrik hingga diberikan ke pasien.

 Pengawasan cold chain, vaksin diperlukan untuk


memastikan bahwa telah dilakukan transportasi dan
penyimpanan vaksin sesuai dengan rekomendasi
pabrik.
Hal-hal yang penting diperhatikan
dalam menyimpan vaksin :
 vaksin akan rusak bila temperatur terlalu
tinggi atau terkena matahari langsung, seperti
vaksin polio, oral, BCG dan campak.
 kerusakan dapat terjadi bila terlalu dingin
atau beku, seperti: toksoid difteri, toksoid
tetanus, vaksin pertusis (DPT dan DT),
Hepatitis B dan vaksin influensa.
 vaksin polio boleh membeku dan mencair
tanpa membahayakan potensinya.
lanjutan
 Vaksin yang sudah dilarutkan lebih cepat rusak. Sekali
potensi vaksin hilang akibat panas atau beku maka
potensinya tidak dapat dikembalikan walaupun
temperature sudah disesuaikan kembali.
 potensi vaksin hanya bisa diketahui dengan
pemeriksaan laboratorium. Pada beberapa vaksin
apabila rusak akan terlihat perubahan fisik, contoh :
vaksin DPT apabila pernah beku akan terlihat
gumpalan anti gen yang tidak bisa larut lagi walau
sudah dikocok sekuat-kuatnya.
(IDAI, 2005)
Catatan :

 waktu penyimpanan menggambarkan rekomandasi


maksimal
 pada setiap tahapan rantai pendngin maka
transportasi vaksin dilakukan pada temperature 0°C
sampai 8°C
Beberapa hal yang perlu diperhatikan :

 Vaksin yang sanagat tidak stabil pada temperatur


ruangan : vaksin polio oral, pelarut vaksin Campak.
 Vaksin yang harus dilindungi dari sinar matahari :
vaksin Polio Oral, pelarut vaksin BCG, pelarut vaksin
MMR.
 Vaksin yang tidak boleh beku : DPT, DT, Pertusis,
Toksoid Tetanus, Hib, Hepatitis A dan B, Influensa
dan penemokokus.
 Cairan pelarut tidak boleh beku, botol dapat pecah
dan adjuvant akan rusak. (IDAI, 2005)
Lemari es RCW 50 EK
tingkat Puskesmas.

Thermostat. Thermometer

Freeze watch.

Atau.

Atau. DPT BCG BCG


TT
DPT BCG Polio
TT
Hept B Polio
Campak DT

Hept. B Campak Polio DT


Volume untuk
vaksin = 24 Lt.
Freeze Tag.

Grapik kartu suhu.

Vaksin Heat Sensitive. Vaksin freeze Sensitive.


Harus selalu berdekatan Cool pack. Cold pack.
Harus selalu berjauhan
dengan evaporator. dengan evaporator.
Epi cold chain Okt 2003
Faktor yang berhubungan dengan cakupan
imunisasi
Faktor fasilitas/petugas/kader:
 Adanya posyandu / tidak
 Jarak yang harus ditempuh menuju pkm/posyandu
 Adanya petugas kesehatan/kader yang
mendampingi
 Tingkat pengetahuan petugas/kader
 Semangat kuratif >< promotif/preventif
 Pendanaan ? (b’hub. dgn sosial ekonomi & progr2
tambahan di posyandu)
 Kurangnya pelatihan2 lanjutan bagi kader/petugas
kesehatan
 Malas membuat pencatatan dan pelaporan
Faktor ibu/keluarga:
 Kondisi sosial ekonomi
 Latar belakang pendidikan ibu/ayah
 Pengetahuan ibu ttg manfaat imunisasi
 Usia ibu
 Paritas/jumlah anak
 Pekerjaan ibu/orang tua
 Pengalaman negatif ttg KIPI
 Waktu tunggu dan kepuasan
 Pada saat diimunisasi, bayi sedang sakit
 Tinggal bersama keluarga besar/extended family
 Pengambil keputusan dalam keluarga, misal ibu
mertua
Faktor lingkungan:
 Keyakinan/tradisi tertentu pada golongan tertentu
 Adanya wabah, misal: wabah demam berdarah 
anak2 tidak diimunisasi karena takut lebih panas
 Kurangnya dukungan dari
kecamatan/pkm/PKK/kelurahan/sekolah, dsb.
 Semangat kuratif
Faktor kebijakan kesehatan:
 Rantai dingin yang buruk
 Suplai imunisasi yang buruk/terlambat
 Kurangnya supervisi dari sub/dinas yang terkait
 Kurangnya sosialisasi ttg imunisasi pada masyarakat
 Kurangnya pelatihan utk kader/petugas kesehatan
Herd Immunity
Mekanisme:
1. Semakin banyak yang ter-imunisasi, semakin sedikit
yang terinfeksi, maka semakin sedikit pula orang
yang tidak ter-imunisasi yang akan tertular.
Penyakit: polio, hepatitis B, rubella
Mekanisme:
2. Bayi yang ter-imunisasi menularkan
sekreta yang sedikit mengandung
bakteri atau virus sehingga tidak
cukup menimbulkan infeksi pada
bayi/anak lain.
Penyakit: cacar, invasive-
pneumococcal (bakteri)
Vaksin Non-PPI ( Non-Program pengembangan
imunisasi )

1. MMR ( Measles, Mump, Rubella )


 Tujuan  untuk mencegah penyakit campak,
gondongan, dan rubella
 Mengandung virus hidup yg dilemahkan
 Disimpan pada temperatur 2-8 oc
 Vaksin kering dan setelah dicampur harus
digunakan dalam waktu 1 jam
Lanjutan MMR

 Dosis pemberian 0,5 ml / IM/SC


 Diberikan pada umur 12-18 bulan
Kontra indikasi pemberian MMR :
1. Anak dg penyakit keganasan
2. Anak dg alergi berat
3. Anak mendapat vaksin hidup dilemahkan harus di
tunda 4 mgg lagi
4. Anak setelah tranfusi darah harus di tunda 3 bulan
lagi
2. Vaksin Haemophillus Influenza tipe b

 Vaksin Hib (Haemophillus influenza tipe b) terbuat


dari vaksin konjugasi dengan membran protein luar
dari Neisseria meningiditis yang disebut PRP-OMP
 Diberikan pada bayi/ anak umur lebih dari 2 bulan
3. Vaksin Varisela
 Tujuan : memberikan kekebalan terhadap penyakit
varisela
 Merupakan virus hidup yang dilemahkan varisela-
zoster bentuk bubuk kering
 Disimpan dalam suhu 2-8 oc
 Cara pemberian mulai usia 10 tahun, dosis 0,5 ml / SC
 Kontra indikasi :Demam tinggi, penyakit keganasan
4. Vaksin Demam tifoid
 Tujuan : untuk memberikan kekebalan terhadap
penyakit tifoid
 Komposisi : tiap ml mengandung salmonella typhi 1
milyar kuman
 Kemasan vial 50 ml, Dengan pelarut fenol 5 mg
 Penyimpanan pada suhu 2-8 0c
 Waktu kedaluarso : 18 bulan
 Dosis : 0,5 ml / SC
Dosis pemberian vaksin demam tifoid
PT.Bio Farma

Umur Dosis I ( ml ) Dosis II ( ml )


Dewasa 1,0 1,0
6-12 tahun 0,1 0,1
2-12 tahun 0,5 0,5
1-2 tahun 0,2 0,4
5. Vaksin Kotipa Bio Farma
 Tujuan untuk memberikan kekebalan terhadap
penyakit kolera, demam tifoid dan paratifoid A,B,C
 Komposisi tiap ml mengandung Vibrio cholera
serotipe Ogama dan inaba masing-2 4 milyar
kuman salmonella typhi , para typhi A<B<C
masing-2 0,5 milyar kuman dan fenol 5 mg,
dimatikan dg pemanasan
 Penyimpanan 2-8 oc
 Kedaluarsa 18 bulan
Dosis Vaksin Kotipa PT Bio Farma
Umur Dosis I ( ml ) Dosis II ( ml )

Dewasa 1,0 1,0


6-12 tahun 0,1 0,1
2-12 tahun 0,5 0,5
1-2 tahun 0,2 0,4
6. Vaksin Hepatitis A
Tujuan : memberikan kekebalan terhadap penyakit
hepatitis A
Vaksin di buat dari virus yang dimatikan , Vaksin
yang tersedia di indonesia adalah Havrix, Vaqta,
Avaxim
Dosis pemberian kemasan avaxim :
Dewasa : 1 flakon (1ml) berisi 1440 EIU
( Elisa International Unit
Anak-2 : 1 flakon (0,5 ml) berisi 720 EIU
Cara pemberian dosis tunggal secara IM di daerah
deltoid atau paha lateral
Boster 6 bulan kemudian
Efek samping adalah nyeri ringan pada daerah
suntikan, demam ringan, kemerahan ringan
7. Vaksin Influenza
Tujuan : memberikan kekebalan pada tubuh
terhadap penyakit influenza
Mengandung virus yang tidak aktif
Vaksin disimpan pada suhu 2-8 oc tdk boleh beku
Di rekomendasikan pada lansia >65 th, pada org
dewasa dg penyakit kronis , anak dg penyk jantung
bawaan
Penghuni rumah perawatan
Dosis 0,5 ml / IM
Efek samping demam ringan, lemas
TBC

TUBERKULOSIS (TBC)
DIFTERI
DIPTERI
PERTUSIS
PERTUSIS
TETANUS DAN TETANUS NEONATORUM

TETANUS DAN TETANUS NEONATORUM


Polio
CAMPAK

CAMPAK
HEPATITIS

HEPATITIS B
Aku Anak Sehat

Anda mungkin juga menyukai