Anda di halaman 1dari 19

KELOMPOK 2

Argumen Mahluk Hidup Dari Darat


Berasal Dari Air
ANGGOTA
Winda Dwi A (1100101)
Rama Cahyati (11008103)
Irma Nurhidayah (110081
Isna Ristiyana (110081
Turaningsih (11008131)
Affifah Yuudhalinggar (110081
Hartoyo (11008157)
Dwiniati solikhah (110081
Dongeng tentang Transisi dari
Air ke Darat
Evolusionis mengasumsikan invertebrata laut yang
muncul pada periode Kambrium berevolusi menjadi ikan
dalam waktu puluhan juta tahun. Tetapi sebagaimana
invertebrata-invertebrata Kambrium tidak memiliki nenek
moyang, juga tidak ditemukan mata rantai transisi yang
menunjukkan bahwa evolusi terjadi antara jenis-jenis
invertebrata ini dengan ikan. Perlu dicatat bahwa
invertebrata dan ikan memiliki perbedaan struktural yang
sangat besar. Invertebrata memiliki jaringan keras di luar
tubuh mereka, sedangkan ikan adalah vertebrata dengan
jaringan keras di dalam tubuh. "Evolusi" sebesar itu tentu
akan melalui miliaran tahap, dan seharusnya ada miliaran
bentuk transisi yang menunjukkan tahapan-tahapan
tersebut.
Menurut skenario hipotetis "dari laut ke darat", sejumlah ikan merasa
perlu meninggalkan laut menuju daratan karena masalah makanan.
Pernyataan ini "didukung" dengan gambar-gambar spekulatif seperti ini.
Evolusionis telah menggali lapisan-lapisan fosil selama kurang
lebih 140 tahun untuk mencari bentuk-bentuk hipotetis
tersebut. Mereka telah menemukan jutaan fosil invertebrata dan
jutaan fosil ikan; tetapi tidak pernah menemukan satu bentuk
peralihan pun antara invertebrata dan ikan.
Ahli paleontologi evolusionis, Gerald T. Todd, mengakui fakta ini
dalam artikel "Evolusi Paru-Paru dan Asal Usul Ikan":
Ketiga subdivisi ikan bertulang muncul pertama kali dalam
catatan fosil pada saat yang kira-kira bersamaan. Secara
morfologis mereka telah sangat beragam, dan mereka memiliki
tubuh yang sangat terlindung. Bagaimana mereka berasal mula?
Apa yang memungkinkan mereka sangat beraneka ragam?
Bagaimana mereka semua memiliki pelindung tubuh yang kuat?
Dan mengapa tidak ada jejak bentuk-bentuk peralihan
sebelumnya?
Skenario evolusi beranjak selangkah lebih jauh dan
menyatakan bahwa ikan, yang berevolusi dari
invertebrata, kemudian berubah menjadi amfibi. Akan
tetapi, skenario ini juga tidak memiliki bukti. Tidak ada
satu fosil pun yang menunjukkan bahwa pernah
terdapat makhluk separo ikan - separo amfibi. Dengan
enggan, kenyataan ini dibenarkan oleh Robert L.
Carrol, seorang evolusionis terkenal, penulis buku
Vertebrate Paleontology and Evolution: "Kami tidak
memiliki fosil peralihan antara ikan rhipidistian
(favoritnya untuk 'nenek moyang' tetrapoda) dan
amfibi-amfibi awal."
Dua orang ahli paleontologi evolusionis, Colbert
dan Morales, berkomentar mengenai tiga
kelompok utama amfibi: katak, salamander dan
caecilian:
Tidak ada bukti keberadaan amfibi Paleozoik
yang menggabungkan sifat-sifat yang
diperkirakan dimiliki satu nenek moyang yang
sama. Katak, salamander dan caecilian paling
tua sangat mirip dengan keturunan mereka yang
masih hidup.
Sampai sekitar 50 tahun yang lalu, evolusionis meyakini
bahwa makhluk semacam ini benar-benar pernah ada.
Ikan ini disebut 'Coelacanth' dan diperkirakan berumur
410 juta tahun. Coelacanth diajukan sebagai bentuk
transisi dengan paru-paru primitif, otak yang telah
berkembang, sistem pencernaan dan peredaran darah
yang siap untuk berfungsi di darat, dan bahkan
mekanisme berjalan yang primitif. Penafsiran-penafsiran
anatomis ini diterima sebagai kebenaran yang tidak
diperdebatkan lagi di kalangan ilmuwan hingga akhir
tahun 1930-an. Coelacanth dianggap sebagai bentuk
peralihan sesungguhnya yang membuktikan transisi
evolusioner dari air ke darat.
Namun pada tanggal 22 Desember 1938, terjadi sebuah
penemuan yang sangat menarik di Samudera Hindia. Di
sana berhasil ditangkap hidup-hidup salah satu anggota
famili Coelacanth, yang sebelumnya diajukan sebagai
bentuk transisi yang telah punah 70 juta tahun lalu! Tak
diragukan lagi, penemuan prototipe Coelacanth "hidup"
ini menjadi pukulan hebat bagi para evolusionis.
Seorang ahli paleontologi evolusionis, J.L.B. Smith,
mengatakan bahwa ia tak akan sekaget ini jika bertemu
dengan seekor dinosaurus hidup.
Fosil Coelacanth yang berumur 410 juta tahun. Evolusionis
menyatakan bahwa ikan ini adalah bentuk transisi yang
membuktikan perpindahan dari air ke darat. Sampel-sampel
hidup dari ikan ini telah berhasil ditangkap berkali-kali sejak tahun
1938.
Inilah contoh tepat untuk menunjukkan seberapa jauh para
evolusionis berspekulasi.
Bukti Coelacanth hidup memperlihatkan sejauh mana
evolusionis dapat mengarang skenario khayalan
mereka. Bertentangan dengan klaim mereka,
Coelacanth ternyata tidak memiliki paru-paru primitif
dan tidak pula otak yang besar. Organ yang dianggap
oleh peneliti evolusionis sebagai paru-paru primitif
ternyata hanya kantong lemak. Terlebih lagi, Coelacanth
yang dikatakan sebagai "calon reptil yang sedang
bersiap meninggalkan laut menuju daratan", pada
kenyataannya adalah ikan yang hidup di dasar samudra
dan tidak pernah mendekati kurang dari 180 meter di
bawah permukaan laut.
Penyu Selalu Menjadi Penyu
Teori evolusi bukan hanya tidak mampu menjelaskan kelompok-
kelompok utama makhluk hidup seperti ikan dan reptil. Mereka
juga tidak dapat menerangkan asal usul spesies dalam kelompok-
kelompok tersebut. Misalnya penyu, yang merupakan spesies
reptil. Catatan fosil menunjukkan, penyu muncul secara tiba-tiba,
sudah dengan tempurungnya yang unik. Sebuah kutipan dari
sumber evolusionis: "...hingga per-tengahan Zaman Triassic
(sekitar 175.000.000 tahun lalu), anggota-anggota kelompok
penyu telah banyak jumlahnya dan memiliki karakteristik dasar
penyu. Mata rantai antara penyu dan cotylosaurus, nenek
moyang hipotetis penyu, hampir tidak ada sama sekali".
(Encyclopaedia Brittanica, 1971, v.22, hal. 418)
Tidak ada perbedaan antara fosil penyu kuno dengan anggota
spesies ini yang hidup di masa kini. Ringkasnya, penyu tidak
pernah "berevolusi"; mereka tetap penyu karena diciptakan
demikian.
Mengapa Transisi dari Air ke Darat Tidak Mungkin

Evolusionis menyatakan bahwa suatu ketika, spesies yang hidup


di air naik ke darat dan berubah menjadi spesies darat. Ada
sejumlah fakta yang sangat jelas menunjukkan kemustahilan
transisi seperti itu:
1. Keharusan membawa beban tubuh: makhluk penghuni air
membawa beban tubuh mereka tanpa masalah. Tetapi, bagi
sebagian besar binatang darat, 40% energi mereka habis
hanya untuk membawa beban tubuh mereka. Makhluk hidup
yang berpindah dari air ke darat harus mengembang-kan
sistem otot dan kerangka baru (!) secara bersamaan agar
dapat memenuhi kebutuhan energi ini. Suatu hal yang tidak
mungkin terjadi melalui mutasi kebetulan.
2. Daya tahan terhadap panas: suhu daratan dapat
berubah dengan cepat dan naik-turun dalam rentang
yang lebar. Makhluk hidup di darat memiliki
mekanisme tubuh yang dapat menahan perubahan-
perubahan suhu yang besar itu. Akan tetapi, suhu
lautan berubah secara perlahan dan perubahan
tersebut tidak terjadi dalam rentang yang terlalu
lebar. Organisme hidup dengan sistem tubuh sesuai
temperatur laut yang konstan akan membutuhkan
suatu sistem perlindungan agar perubahan suhu di
darat tidak akan membahayakan. Sangat tidak masuk
akal bahwa ikan mendapatkan sistem tersebut
melalui mutasi acak segera setelah mereka naik ke
darat.
3. Penggunaan air: air dan kelembaban yang penting
untuk metabolisme harus digunakan sehemat
mungkin karena kelangkaan sumber air di darat.
Sebagai contoh, kulit harus dirancang agar dapat
mengeluarkan air sejumlah tertentu, sekaligus
mencegah penguapan berlebihan. Karenanya,
makhluk hidup di darat memiliki rasa haus
karakteristik yang tidak dimiliki organisme air. Di
samping itu, kulit tubuh hewan air tidak sesuai untuk
habitat non-air.
4. Ginjal: organisme air dapat dengan mudah
membuang zat-zat sisa dalam tubuh mereka
(terutama amonia) dengan penyaringan, karena
banyaknya air dalam habitat mereka. Di darat, air
harus digunakan sehemat mungkin. Itulah sebabnya
hewan darat memiliki sistem ginjal. Berkat ginjal,
amonia disimpan dengan cara mengubahnya menjadi
urea dan hanya membutuhkan sejumlah kecil air
untuk membuangnya. Di samping itu, beberapa
sistem baru dibutuhkan untuk membuat ginjal
berfungsi. Singkatnya, agar perpindahan dari air ke
darat dapat terjadi, makhluk hidup tanpa ginjal harus
membentuk sistem ginjal secara tiba-tiba.
5. Sistem pernapasan: ikan "bernapas" dengan
mengambil oksigen yang terlarut dalam air yang
mereka alirkan melewati insang. Mereka tidak
mampu hidup lebih dari beberapa menit di luar air.
Agar mampu hidup di darat, me-reka harus
mendapatkan sistem paru-paru yang sempurna
secara tiba-tiba.
Tentu saja mustahil bahwa semua perubahan fisiologis
yang dramatis ini dapat terjadi pada organisme yang
sama, pada saat bersamaan, dan secara kebetulan.

Anda mungkin juga menyukai