Anda di halaman 1dari 21

Sensitivity of Bacterial Isolates in

Odontogenic Abscesses and Clinical


Response to Clindamycin
Marlina Puspita Sari
08/264582/KG/08254
Pembimbing: drg. Rahardjo, Sp. BM.

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Gadjah Mada
2013
PENDAHULUAN

• Abses infeksi oral  odontogenik (apikal maupun marginal)


• Komplikasi  pelebaran intrakranial, retrofaringeal, atau
pleumonary.
• Abses odontogenik disebabkan oleh bakteri aerob (kokus
gram positif) dan anaerob (kokus gram positif dan batang
gram negatif).
• Perawatan: drainase pus, penghilangan sumber infeksi, dan
pemberian antibiotik  phenoxymethyl-penicillin (penicillin
V) atau amoxicillin jangka pendek dan dosis tinggi.
• Telah dilaporkan adanya peningkatan resistensi bakteri
anaerob trhdp penicillin dan hipersensitif terhadap penicillin
• SOLUSInya????
• Clindamycin  mempunyai aktivitas perlawanan yg tinggi
terhadap bakteri kokus gram positif dan hampir semua bakteri
anaerob  berpotensi untuk mengatasi infeksi odontogenik.
• Clindamycin dapat mencapai konsentrasi adekuat pada
Gingival Crevicular Fluid (GCF) dalam beberapa jam.
Clindamycin juga terkonsentrasi dalam PMN  mekanisme
pertahanan sekunder.
METODE PENELITIAN

• 150 pasien dengan abses akut fasial atau oromaksilofasial < 1


minggu, berasal dari odontogenik, dan adanya pus saat aspirasi.
• Pasien tidak diikutsertakan apabila: abses terbuka ke kavitas oral
atau ke kulit, sensitif terhadap clindamycin, hamil, menyusui,
telah mengkonsumsi antibiotik atau obat-obatan antiinflamasi
dalam 7 hari sebelumnya, memiliki riwayat ulkus
gastroduodenal, penyakit usus kronis, sering diare periodik, atau
kondisi medis yang serius (penyakit ginjal atau hati), gangguan
koagulasi, diabetes tipe II selama 5 tahun sebelumnya, penyakit
immunocompromised, memiliki budaya negatif, atau tidak
adanya pus saat aspirasi.
• Pasien memenuhi syarat  menandatangani informed consent.
• Sebelumnya juga dilakukan:
Hitung darah lengkap, tingkat sedimentasi eritrosit, tekanan
darah
Radiografi periapikal dan panoramik
Pengambilan pus untuk kultur.
• Kriteria respon klinis:
Ada atau tidaknya pus
Ada atau tidaknya perubahan suhu tubuh dan tekanan darah
Hitung sel darah putih (WBC)
• Ada atau tidaknya efek samping dan medikasi tambahan selama
penelitian juga dicatat.
• 30 menit sebelum operasi pasien diberi clindamycin. Setiap
pasien menerima jumlah dan jenis anestesi yang sama, juga
prosedur bedah yang sama.
• Setelah operasi dilakukan rawat jalan, pasien diminta untuk
kembali pada hari ke 1, 2, 3, dan 7 setelah operasi untuk
penilaian respon klinis.
• Tidak dapat diuji apabila: menggunakan < 10 dosis medikasi
sebelum kunjungan ke-3 atau kurang dari 80% medikasi pada
hari ke-7; melalaikan 2 atau lebih dosis medikasi berturut-turut
selama 7 hari atau tidak kembali untuk evaluasi pada hari ke-3.
Pengambilan sampel bakteri:
• Mukosa atau kulit yang intact didesinfeksi dengan povidon
iodium 10% dengan kasa steril lalu diaspirasi dengan jarum
suntik steril.
• Sampel diproses di Departemen Bakteriologi dalam ruang
anaerob. Pengecatan gram dilakukan pada hasil smear abses.
• Kultur bakteri aerob dan fakultatif anaerob diinokulasikan dalam
brain-heart infusion agar, sedangkan kultur bakteri anaerob
diinokulasikan dalam Schaedler agar base, disuplemen dengan
darah domba defibrinated 5%, hemin 0.005% dan menadione
0.0005%. Semua cawan petri dibuat duplikasinya.
• Setelah inokulasi, cawan petri aerob dipindahkan dan diinkubasi
pada suhu 37°C selama 18-24 jam. Cawan petri Schaedler Blood
Agar ditempatkan dalam jar anaerob dengan gas generating kit
dan indikator anaerob lalu diinkubasi pada suhu 37°C selama 3-5
hari.
• Jika pola garisan menghasilkan lebih dari satu koloni, masing-
masing jenis koloni dikarakeristikkan.
• Bakteri diidentifikasi berdasarkan karakteristik pertumbuhan,
karakteristik koloni, morfologi sel, reaksi pengecatan gram, dan
biochemical dan fermentation asssay.
• Kemampuan antibiotik terhadap bakteri diuji dengan metode disk
diffusion.
• Minimal inhibitory concentration (MIC) ditatapkan berdasarkan
sesuai kriteria menurut National Committee of Clinical
Laboratory Standards
HASIL:

Demografi Pasien
• 150 pasien  80 laki-laki dan 70 wanita
• Rata-rata usia  20-29 tahun.
• Usia minimal  18 tahun
• Usia maksimal  74 tahun

Pasien Assesability

• Dari 150 pasien yang terdaftar, 146 diantaranya dapat


dinilai, 2 pasien tidak datang pada hari ke-3, dan 2 pasien
tidak cocok dengan medikasinya.
Efektifitas Mikrobiologi

• Semua pasien memiliki Microorganism


Number of
isolates
nanah pada absesnya, dan di Eubacterium spp 3
Fusobacterium spp 2
ambil sampelnya saat
β-haemolytic Streptococcus 4
pemeriksaan. Jumlah Gram-negative rods 37
Gram-positive rods 69
mikroorganisme yang
Peptococcus spp 83
terisolasi dari 150 pasien Peptostreptococcus spp 51
Staphylococci spp 113
dapat dilihat pada Tabel 2.
Viridans-group of
Dari 426 yang diidentifikasi, Streptococcus 64
Total 426
181 diantaranya adalah
Table 2. Number of microorganisms isolated from
bakteri aerob dan 245 bakteri study patients.
anaerob.
• Semua mikroorganisme diuji kepekannya terhadap clindamycin.
mikroorganisme dianggap sensitif terhadap clindamycin jika
ukuran zonanya ≥ 17 mm.
• Menurut uji ini, semua strain aerob dan anaerob sensitif terhadap
clindamycin kecuali 1 mikroorganisme gram negatif batang
dengan zona hambat 10 mm.
• Pada kunjungan ke 7, hanya 1 pasien yang masih memiliki pus
pada absesnya dan ditemukan mengandung mikroorganisme
gram negatif batang. Dari 148 pasien, 147 diantaranya
dinyatakan sembuh.
• Tidak ada perubahan yg signifikan pada nilai WBC.
• Saat pemeriksaan 31% pasien memiliki nilai WBC tinggi, yaitu
≥ 10.000 /mm3. Pada 24 jam evaluasi, hanya 4% pasien yang
masih memiliki nilai WBC tinggi. Pada hari ke 7, 98% pasien
memiliki nilai WBC normal.
• Rata-rata tekanan darah sistolik pasien adalah antara 90-140
mmHg, dan tekanan diastoliknya antara 60-90 mmHg.
• Saat pemeriksaan rata-rata temperatur oral pasien adalah 37.72
°C dan pada hari ke-7 rata-rata temperatur oral pasien adalah
36.71 °C.
• Selama 5 jam di klinik setelah operasi tidak ada pasien yang
mengalami efek samping pengobatan.
• Pada kunjungan hari ke-2, dan ke- 3, 11 pasien melaporkan
adanya efek samping. Pada kunjungan hari ke-7, 4 pasien
melaporkan adanya efek samping.
• efek samping yang paling banyak terjadi adalah transient
leukopenia, terjadi pada 24 pasien (diantara 24 jam dan hari
ke7), mual pada 3 pasien, diare pada 1 pasien.
• 1 pasien menerima Amoxicillin setelah hari ke-7 untuk
mengatasi trismus kronis, pembengkakan, dan eritema. Tidak
ditemukan pus pada absesnya. Pasien benar-benar sembuh
setelah treatment dengan Amoxicillin selama 7 hari.
• Tidak ada pasien leukopenia yang menerima perawatan spesifik.
DISKUSI:

• Bakteri aerob dan anaerob adalah mikroflora normal di dalam


mulut, sehingga infeksi odontogenik umumnya juga akan
melibatkan mikroflora ini.
• Bakteri aerob: Staphylococcus sp pada 75.3%, Streptococcus sp
grup viridans pada 42.7% pasien, Streptococcus haemolyticus
pada 2.7% pasien.
• Bakteri anaerob: Peptococcus sp pada 55.3% pasien, bakteri
gram positif batang pada 46.0% pasien, Peptostreptococcus sp
pada 34.0% pasien, dan bakteri gram negatif batang pada 24.7%
pasien.
• Bakteri-bakteri tersebut telah dianggap sebagai mikroflora
komensal, namun terjadi peningkatan yang signifikan sehingga
bersifat patogenik dari adanya bakteri β-laktamase pada studi ini.
• Pada studi sebelumnya, penyaji menemukan 6.5% isolat yang
positif untuk β-laktamase.
• Beberapa studi menunjukkan adanya peningkatan insidensi
adanya bakteri penghasil β-laktamase dalam infeksi oral setelah
terapi penicillin.
• Cindamycin mencapai konsentrasi dalam darah dan GCF lebih
dari 1 mg/mL setelah mengkonsumsi clindamycin per-oral
dengan dosis yang sama dengan kasus dan dapat bertahan selama
beberapa jam.
• Mekanisme lainnya  stimulasi mekanisme pertahanan tubuh
host.
• Telah dilaporkan bahwa clindamycin menstimulasi kemotaksis,
dan fagositosis PMN.
• Pada akhir studi (hari ke-7), 149 dari 150 pasien telah dianggap
sembuh secara bakteriologi.
• Semua pasien menunjukkan adanya penurunan WBC pada awal
studi. Rata-rata temperatur tubuh juga menurun dan tidak ada
pasien yang menunjukkan perubahan yang bermakna pada
tekanan darah selama perawatan.
• Dengan adanya temuan ini maka dianggap bahwa perawatan
dengan obat antibakteri ini sukses.
KESIMPULAN:

Abses odontogenik merupakan infeksi


polimikrobial yang terdiri dari bakteri aerob dan
anaerob. Secara klinis maupun bakteriologi,
mengkonsumsi clindamicin 150 mg 4 kali sehari
efektif untuk mengobati pasien dengan abses
odontogenik yang membutuhkan pembedahan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai