Anda di halaman 1dari 32

Laporan Kasus

Bagian/ SMF Ilmu Kesehatan Mata


RSUD dr.Zainoel Abidin Banda Aaceh
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala

PTERIGIUM
Riski Nanda
1107101030058

Pembimbing
dr. Firdalena Meuthia, Sp.M
Dari hasil penelitian G Gazzard dari
Singapore National Eye Center, yang
melakukan penelitian di daerah Riau,
didapatkan bahwa prevalensi
pterigium pada usia di atas 21 tahun
adalah 10% sedangkan di atas 40
tahun adalah 16,8%.
Recurrence rate pascaoperasi
pterigium di Indonesia adalah 35–
52%. Dari hasil penelitian di RS Cipto
Mangunkusumo didapatkan bahwa
recurrence rate pada pasien berusia
kurang dari 40 tahun adalah 65% dan
pada pasien berusia lebih dari 40
tahun adalah 12,5%.

“Pterigium merupakan suatu
pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva
yang bersifat degeneratif dan invasif.
Pertumbuhan ini biasanya terletak pada
celah kelopak bagian nasal ataupun
temporal konjungtiva yang meluas ke
daerah kornea.”
Pterigium
pertumbuhan fibrovaskuler konjungtiva yang bersifat degeneratif
dan invasif. Menurut Hamurwono, pterigium merupakan
konjungtiva bulbi patologik yang menunjukkan penebalan berupa
lipatan berbentuk segitiga yang tumbuh menjalar ke kornea
dengan puncak segitiga di kornea. Pterigium berasal dari bahasa
Yunani, yaitu pteron yang artinya wing atau sayap
•Faktor Genetik
Faktor resiko

Radiasi Faktor
Ultraviolet lain Faktor Genetik
Ultraviolet/mutagen
untuk p53 tumor
suppressor gene
pada limbal basal Patofisiologi
stem cell
Pterigium

transforming growth
sel-sel bermigrasi terjadi
factor-beta overproduksi degenerasi
dan angiogenesis.
dan menimbulkan degenerasi elastoic dan
kolagenase meningkat kolagen dan proliferasi
terlihat jaringan jaringan
subepitelial granulasi
fibroveskular
vaskular
Klasifikasi pterigium dibagi beberapa kelompok yaitu:

Berdasarkan 1). Progresif


pterigium (disebut 2). Regresif
perjalanan
cap dari pterigium:
penyakit
pterigium)
Klasifikasi Berdasarkan luas pterigium
1). Derajat I : jika hanya terbatas pada limbus kornea
2). Derajat II : jika sudah melewati limbus tetapi tidak melebihi dari 2 mm
melewati kornea
3). Derajat III : jika telah melebihi derajat 2 tetapi tidak melebihi pinggir pupil
mata dalam keadaan cahaya (pupil dalam keadaan normal
sekitar 3-4 mm)
4). Derajat IV : jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan
Klasifikasi Berdasarkan pemeriksaan pembuluh darah dengan slitlamp

T1 (atrofi): pembuluh darah episkleral jelas terlihat

T2 (intermediate): pembuluh darah episkleral sebagian terlihat

T3 (fleshy, opaque): pembuluh darah tidak jelas


Pterigium; jaringan
fibrovaskular
konjungtiva
berbentuk segitiga
dengan puncak di
kornea
Pterigium grade
III, di mana
pterigium telah
melewati kornea
lebih dari 2mm,
namun belum
melewati pupil.
Tatalaksana
Prinsip penanganan pterigium dibagi Tindakan bedah juga
2, yaitu cukup dengan pemberian
obat-obatan jika pterygium masih
dipertimbangkan pada
derajat 1 dan 2, sedangkan tindakan pterigium derajat 1 atau 2
bedah dilakukan pada pterygium yang yang telah mengalami
melebihi derajat 2. gangguan penglihatan
Teknik Pembedahan
✘Teknik Bare Sclera

✘Teknik Autograft Konjungtiva

✘Cangkok Membran Amnion


Prosedur
Conjunctiva
Autograft
KOMPLIKASI

✘Infeksi, reaksi benang, diplopia, scar kornea, conjungtiva graft longgar, dan komplikasi
yang jarang termasuk perforasi bola mata, vitreous hemorrhage atau retinal detachment

✘ Penggunaan mytomicin C post dapat menyebabkan ectasia atau melting pada sklera
dan kornea

✘ Komplikasi yang terbanyak pada eksisi pterigium adalah rekuren pterigium post operasi.
Simple eksisi mempunyai tingkat rekuren yang tinggi kira-kira 50-80 %. Dapat dikurangi
dengan teknik conjungtiva autograft atau amnion graft.

✘ Komplikasi yang jarang adalah malignant degenerasi pada jaringan epitel di atas
pterigium.
Prognosis Penglihatan dan kosmetik pasien
setelah dieksisi adalah baik
IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. Y
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : IRT
Alamat : Ule kareng, Banda Aceh
MRS : 01 November 2017
KU Mata kanan kabur

KT Mata kiri dan kanan perih, silau,


Mata tidak nyaman kiri dan kanan
± 3 bulan yang lalu penderita mengeluh
penglihatan mata kanan kabur, terlihat
RPS adanya lemak pada mata sebelah kiri dan
kanan sejak 1 tahun yang lalu, perih (+),
berair (-), silau saat melihat (+). Seminggu
yang lalu, penglihatan dirasakan semakin
kabur. Lalu os datang ke poliklinik mata
RSUD Zainoel Abidin.
RPD Tidak ada riwayat penyakit

Tidak ada riwayat penggunaan obat


RPO

Riwayat kedua orang tua memakai


RPK kacamata (+)
Tidak ada riwayat pterigium
ringan/ 110/70 80x/ 20x/ 36,7°C
GCS 15 mmHg menit menit (Aksila)
VOD: VOS:
6/12 6/9
PH: 6/6
PH: 6/6
Visus 6/12 6/9

PH : 6/6 PH : 6/6
Kedudukan Bola Mata Orthoforia

Gerakan Bola Mata

Segmen Anterior

silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Palpebra superior Hiperemis (-) edema (-) Hiperemis (-) edema (-)

Palpebra inferior Hiperemis (-) edema (-) Hiperemis (-) edema (-)

Konjungtiva tarsus superior Papil (-) folikel (-) Papil (-) folikel (-)

Konjungtiva tarsus inferior Papil (-) folikel (-) Papil (-) folikel (-)

Konjungtiva bulbi Injeksi (-) Injeksi (-)

Kornea Terdapat jaringan fibrovaskular dari tepi limbus Sedang jernih


hingga tepi kornea
Bilik Mata Depan Sedang
Sedang, jernih

Iris kripta iris normal


Kripta iris normal

Pupil bulat, RC (+)


Bulat, RC (+)

Lensa jernih
Jernih
Pemeriksaan Slitlamp

Cilia Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan


Konjungtiva Injeksi (-) Injeksi (-)
Kornea Terdapat jaringan Jernih
Coa fibrovaskular pada tepi Darah (-) pus (-)

Iris kornea Warna coklat,kripta iris


lensa Darah (-) pus (-) normal
Warna coklat,kripta jernih
iris normal
jernih
Foto Klinis

OD OS
Diagnosa
Pterigium OD grade I +
pinguekula OS
Tatalaksana
Pengobatan tidak diperlukan karena bersifat rekuren, terutama
pada pasien yang masih muda. Bila pterygium meradang dapat
diberikan steroid atau suatu tetes mata dekongestan. Lindungi
mata yang terkena pterygium dari sinar matahri, debu dan udara
kering dengan kacamata pelindung. Bila terdapat tanda radang
beri air mata buatan bila perlu dapat diberikan steroid. Bila
terdapat delen (lekukan kornea) beri air mata buatan dalam
bentuk salep. Bila diberi vasokonstriktor maka perlu control dalam
2 minggu dan bila telah terdapat perbaikan pengobatan
dihentikan.
1 Pterigium merupakan suatu
pertumbuhan fibrovaskular
konjungtiva yang bersifat
3 Prinsip penanganan pterigium
dibagi 2, yaitu cukup dengan
pemberian obat-obatan jika
degeneratif dan invasif. pterygium masih derajat 1 dan 2,
Pertumbuhan ini biasanya sedangkan tindakan bedah
terletak pada celah kelopak dilakukan pada pterygium yang
bagian nasal ataupun melebihi derajat 2. Tindakan bedah
juga dipertimbangkan pada
temporal konjungtiva yang pterigium derajat 1 atau 2 yang
meluas ke daerah kornea telah mengalami gangguan
penglihatan
Kesimpulan 4
2 Faktor resiko
Prognosis Penglihatan dan kosmetik pasien
setelah dieksisi adalah baik
Ultraviolet
Faktor
genetik
Faktor lain
thanks!
Any questions?

Anda mungkin juga menyukai