Anda di halaman 1dari 26

TYPHOID FEVER

KELOMPOK 2
DANIEL SIHOTANG 1751003
WELMY INDAPUTRI LEOKUNA 1751047
RIYANTY VIANICA SIBUEYA 1751098
JOSEPH HENOCK RUSKANDI 1751012
PUTRI LANGKUTOY 1751034
DEFINISI

■ Demam tifoid (Tifus abdominalis, Enterik fever, Eberth disease) adalah penyakit
infeksi akut pada usus halus (terutama didaerah illeosekal) yang disebabkan
bakteri Salmonella typhi dengan gejala demam (>380C) selama 7 hari atau lebih,
disertai gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran
■ Nama tifoid sendiri berasal dari gejala neuropsikiatrik yang umum ada pada
penyakit ini yaitu “τῦϕος” (Yunani) yang artinya stupor/sopor.
EPIDEMIOLOGI

o Negara berkembang (Indonesia) 96% kasus demam tifoid disebabkan oleh


Salmonella typhi, sisanya disebabkan oleh Salmonella paratyphi.
o 90% kasus demam tifoid terjadi pada umur 3 – 19 tahun
o Sebagian besar dari penderita (80%) yang dirawat di bagian Ilmu Kesehatan
Anak RSCM berumur di atas 5 tahun.
o Demam tifoid menduduki urutan kedua setelah gastroenteritis
EPIDEMIOLOGI
Faktor Risiko

Penderita carrier Pengetahuan kesehatan


kurang

Sanitasi lingkungan kurang mendukung

Kebiasaan makan yang Higiene yang


jelek jelek
ETIOLOGI

■ Samonella typhi termasuk bakteri famili


Enterobacteriaceae dari genus Salmonella
– Bentuk batang
– Gram negatif
– Tidak berspora
– Flagela Peritrich
– Motile
– Berkapsul
– tumbuh dengan baik pada suhu
optimal 37°C Bakteri Salmonella typhi
ETIOLOGI

■ Salmonella typhi dapat bertahan hidup lama dilingkungan kering dan beku, dapat
bertahan hidup beberapa minggu dalam air, es, debu, sampah kering, pakaian,
mampu bertahan disampah mentah selama 1 minggu
■ Berkembang biak dalam susu, daging, telur, atau produknya tanpa merubah warna
dan bentuknya.
■ Mati pada pemanasan suhu 54,4°C selama satu jam dan 60°C selama 15 menit.
Salmonella mempunyai karakteristik fermentasi terhadap glukosa dan manosa,
namun tidak terhadap laktosa atau sukrosa.
PATOFISIOLOGI
S. TYPHI
ALIRAN DARAH
(BAKTEREMIA RES (HATI DAN
Infeksi Feco – Oral PRIMER) LIMPA)

ALIRAN DARAH
LAMBUNG MATI (BAKTEREMIA
SEKUNDER)
ALIRAN GETAH BENING
HIDUP DAN
MESENTERIKA
USUS HALUS BERKEMBANG
BIAK

FOLIKEL
MULTIPLIKASI
INTESTINUM MULTIPLIKASI SEL
LOKAL
PMN

USUS
PATOFISIOLOGI

■ Ada beberapa faktor yang menentukan apakah kuman dapat melewati barier asam
lambung, yaitu
■ (1) Jumlah kuman yang masuk, Untuk menimbulkan infeksi, diperlukan S. Typhi
sebanyak 103 – 109 yang tertelan melalui makanan atau minuman
■ (2) Kondisi asam lambung, Keadaan asam lambung dapat menghambat
multiplikasi Salmonella dan pada pH 2,0 sebagian besar kuman akan terbunuh
dengan cepat. Pada penderita yang mengalami gastrektomi, hipoklorhidria atau
aklorhidria maka akan mempengaruhi kondisi asam lambung. Pada keadaan
tersebut S. Typhi lebih mudah melewati pertahanan tubuh.
PATOFISIOLOGI

■ Kuman yang tidak mati akan mencapai usus halus  mekanisme pertahanan lokal
berupa motilitas dan flora normal usus.
■ Tubuh berusaha menghanyutkan kuman keluar dengan kekuatan peristaltik usus.
■ Bakteri anaerob di usus juga akan merintangi pertumbuhan kuman 
menimbulkan suasana asam
■ Bila kuman berhasil mengatasi mekanisme pertahanan  melekat pada
permukaan usus  menembus epitel usus dan masuk
PATOFISIOLOGI

■ Kuman akan masuk kedalam organ sistem retikuloendotelial (hepar&limpa) 


pembesaran organ + nyeri tekan. Dari sini kuman akan masuk kedalam peredaran
darah, sehingga terjadi Bakteremia kedua yang simptomatis
■ Disamping itu kuman yang ada didalam hepar akan masuk kedalam kandung
empedu dan berkembang biak  kuman + asam empedu dikeluarkan dan masuk
kedalam usus halus  invasi epitel usus kembali  tukak pada mukosa diatas
plaque Peyeri  perdarahan & perforasi  peritonitis.
■ Pada masa bakteremia kuman mengeluarkan endotoksin yang sangat berperan
membantu proses radang lokal dimana kuman ini berkembang biak yaitu
merangsang sintesa dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan yang
meradang  zat pirogen mempengaruhi pusat termoregulator di hipothalamus 
demam
GEJALA KLINIK

■ Demam tifoid biasanya memberikan gambaran klinis yang ringan bahkan


asimtomatik. Masa tunas rata – rata 10 sampai 20 hari
■ Gejala prodromal: anorexia, letargia, malaise, dullness, continuous headache,
non productive cough, bradicardia.
■ Nyeri abdomen, pembesaran hati dan limpa, serta gangguan status mental.
■ Roseola spots ukuran ±16 mm pada kulit yang merupakan embolisasi basil
dalam kapiler kulit
GEJALA KLINIK

■ Masa tunas berlangsung antara 10-14 hari


■ Minggu pertama ditemukan demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia,
mual, muntah, obstipasi atau diare, tidak enak diperut, batuk, dan epitaksis
– Demam meningkat perlahan terutama pada sore dan malam hari.

– Minggu kedua gejala berupa demam, bradikardia relatif (peningkatan suhu 1 C


tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x per menit), lidah yang berselaput,
hepatomegali, slenmomegali, meteroismus, gangguan lesadaran (somnolen,
stupor, koma, delirium)
■ Masa inkubasi 10 -14 hari ■ Nyeri perut
■ Demam > 7 hari ■ Myalgia/atralgi
■ Demam yang makin tinggi terutama ■ Batuk
pada malam hari
■ Lidah tifoid (typhoid tongue) bagian
■ Lemah badan, nyeri kepala di frontal tengah lidah kotor, bagian pinggir lidah
hyperemis
■ Mual dan muntah
■ Dapat timbul kejang, ikterus, epistaksis
■ Anoreksia
■ Penurunan kesadaran
■ Gangguan defekasi (Obstipasi atau
Diare)
GEJALA KLINIK

■ Fase relaps adalah keadaan berulangnya gejala penyakit tifoid, akan tetapi
berlangsung lebih ringan dan lebih singkat.
■ Terjadi pada minggu kedua setelah suhu badan normal kembali.
– Basil dalam organ-organ yang tidak dapat dimusnahkan baik oleh obat
maupun oleh zat anti.
– Pada waktu penyembuhan tukak, terjadi invasi basil bersamaan dengan
pembentukan jaringan-jaringan fibroblas
PEMERIKSAAN PENUNJANG

■ Darah tepi perifer :


- leukopenia
- limfositosis relatif
- neutropeni
- anemia & trombositopenia ringan
■ Serologi : Widal (titer antibodi O)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

■ Kultur telah menjadi standar untuk diagnosis tifoid. Darah, sekresi usus (muntah
atau aspirasi duodenum), dan hasil tinja positif untuk Salmonella typhi pada sekitar
85% -90% pasien dengan demam tifoid dalam minggu pertama onset.
■ Selanjutnya sering ditemukan dalam urin dan feces dan akan tetap positif untuk
waktu yang lama tetapi kultur feses hanya menghasilkan sensitivitas kurang dari
50%, dan urin bahkan kurang sensitif.
■ Salmonella typhi juga dapat diisolasi dari cairan serebrospinal, cairan peritoneal,
kelenjar getah bening mesenterika, usus, faring, amandel, abses, dan tulang
PEMERIKSAAN PENUNJANG

■ TUBEX TF
• Tubex mendeteksi anti-Salmonella antibodi dari serum pasien
■ Typhidot
• Mendeteksi antibodi IgM dan IgG terhadap protein membran luar (OMP) dari
Salmonella typhi.
■ PCR
– mengidentifiksi kuman dalam darah dengan akurat, bahkan dalam jumlah
kuman yang amat sedikit
KOMPLIKASI

■ Intestinal :
– Perdarahan usus. Bervariasi dari mikroskopik sampai
terjadi melena  syok. Biasanya terjadi 14 sampai 21
hari setelah onset penyakit
– Perforasi usus.Timbul pada minggu ketiga atau lebih
dan sering terjadi pada distal ileum.
– Peritonitis. Ditemukan gejala akut abdomen yaitu
nyeri perut yang hebat dan defense muscular
KOMPLIKASI

■ Ekstraintestinal : ■ Intestinal :
– Kardiovaskuler  toxic – Perdarahan usus. Bervariasi dari
myocarditis. Toxin yang mikroskopik sampai terjadi
dikeluarkan oleh Salmonella melena  syok. Biasanya
menuju jantung  Rx imun  terjadi 14 sampai 21 hari
merusak otot jantung  setelah onset penyakit
menebal, bengkak, dan lemah – Perforasi usus.Timbul pada
 gejala gagal jantung minggu ketiga atau lebih dan
(takikardia, nadi dan bunyi sering terjadi pada distal ileum.
jantung yang lemah, hypotensi,
dan EKG yang abnomal) – Peritonitis. Ditemukan gejala
akut abdomen yaitu nyeri perut
-Paru  bronkitis kronis yang hebat dan defense
muscular
-Hepar  mild jaundice
-Neuropsikiatri  disorientasi,
delirium
PENATALAKSANAAN PENGOBATAN

■ Istirahat dan perawatan dengan


tirah baring untuk mempercepat
penyembuhan dan mencegah
komplikasi
■ Diet dan terapi penunjang dengan
diberi makanan lunak seperti bubur
saring untuk menghindari
komplikasi perdarahan saluran
cerna atau perforasi usus.
PEMBERIAN ANTI MIKROBA

■ Kloramfenikol 4 x 500 mg per hari ■ Ampisilin dan amoksisilin 50 – 150


PO. Demam akan turun rata2 mg/kgBB selama 2 minggu, tetapi
setelah 7 hari menurunkan panas lebih rendah
dibandingkan dengan kloramfenikol
■ Tiamfenikol 4 x 500 mg, demam
rata2 turun pada hari ke-5 sampai ■ Sefalosporin generasi ketiga 
ke-6 seftriakson 3-4 gr dalam dextrose
100 cc diberikan selama ½ jam
■ Kotrimoksazol dosis dewasa 2 x 2
perinfus sekali sehari selama 3 – 5
tablet (1 tab mengandung
hari.
sulfametoksazol 400 mg dan 80
mg trimetropin) diberikan selama 2
minggu
PENCEGAHAN

Anda mungkin juga menyukai