Anda di halaman 1dari 40

 Vertigo merupakan keluhan yang sering

dijumpai  rasa berputar, rasa oleng,


tak stabil (giddiness, unsteadiness) atau
rasa pusing (dizziness).
 Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV) adalah gangguan
keseimbangan perifer dengan gejala
vertigo yang datang tiba-tiba pada
perubahan posisi kepala.
Nama : Ny. DM
Tanggal lahir/ usia
: 16 Februari 1981/ 37 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Cibiuk GG. Rahayu IV RT 02/10
No 19 Pasawahan, Dayeuh Kolot
Status : BPJS
No. Rekam Medik : SA-181027
Tanggal masuk IGD: 30 Januari 2018, pukul 15:54 WIB
Ruang rawat : Bhayangkara
DPJP : Gian Gunarti Paramitha, dr., Sp.S,
M.Kes
Keluhan utama : Pusing berputar

Anamnesis khusus :
• Pusing berputar sejak 2 hari SMRS, semakin lama semakin
memberat.
• Pusing bertambah bila berpindah posisi dan membuka
mata.
• Mual +, muntah +, 1 hari pasien muntah hingga 5-6 x,
sebanyak 1 gelas aqua, berisi makanan, tidak ada darah.
• Pasien menyangkal adanya demam, telinga
berdengung, penglihatan ganda atau pun keringat
dingin.
Riw. Kebiasaan : Beberapa hari
sebelumnya pasien mengaku kurang
tidur karena anaknya sakit.

Riwayat trauma/terjatuh -
Riwayat kejang dan penurunan
kesadaran –
Riwayat keluhan serupa –
Riwayat Diabetes Melitus
disangkal

Riwayat penyakit jantung


disangkal

Riwayat TB atau
pengobatan TB
disangkal
Kesan umum : kesadaran Compos Paru & dada :
Mentis, tampak sakit sedang Inspeksi : pengembangan simetris
Tanda vital : Palpasi : fremitus raba kiri sama
TD : 140/80 mmHg dengan kanan
nadi : 96 kali/menit Perkusi : sonor/sonor
respirasi : 18 kali/menit Auskultasi : suara dasar vesikuler (+/+)
suhu : 36,0 o C suara tambahan (-/-)
VAS :0 Abdomen :
Kepala dan leher : Kepala : mata isokor Inspeksi : cekung, vena tidak tampak
+/+, RC +/+, nistagmus +/+ Palpasi : supel, nyeri tekan (+)
Leher : KGB -, JVP tidak meningkat epigastrium, hepar dan lien tidak
Ketiak dan lipat paha : pembesaran KGB (-) teraba
Jantung : Perkusi : timpani
Inspeksi : iktus cordis tidak tampak Auskultasi : bising usus (+) kesan normal
Palpasi : iktus cordis kuat angkat
Perkusi : kesan batas jantung tidak
melebar
Auskultasi : BJ I-II reguler, bising (-)
 Kesan Umum dan Fungsi Luhur
› Kepala : dbn
› Kesadaran / GCS : compos mentis / E4 V6 M5
› Cara berbicara dan bahasa : dbn
› Fungsi psikosensorik : dbn
› Fungsi psikomotorik : dbn
 Tanda Rangsangan Selaput Otak
› Kaku Kuduk : (-)
Tanda Brudzinski I : (-)
› Tanda Lasegue: (-/-) Tanda Brudzinski II : (-)
› Tanda Kernig : (-/-) Tanda Brudzinski III : (-)
Tanda Brudzinski IV : (-)
 Saraf Otak
› Nervus I – Nervus XII  t.a.k
 Sistem Sensorik  t.a.k
 Sistem Otonom  t.a.k
 Sistem Motorik dan Refleks  t.a.k
 Persisten Vomiting ec Vertigo Perifer dd
IVB
Darah Rutin
• Hemoglobin : 13,9 gr/dl
• Hematokrit : 43 %
• Leukosit : 12.100 /mm3
• Trombosit : 261.000 /mm3

Kimia Darah
• GDS : 108 mg/dl
 Persistent Vomiting ec Vertigo Perifer
• Infus 2A + Neurobion 20 tetes
makro/menit
Tatalaksana • Inj. Difenhidramin 1 x 1 amp
umum • Inj. Ranitidin 2 x 1 amp

• Konsul Gian Gunarti Paramitha, dr., Sp.S,


M.Kes :
Tatalaksana • Inj. Ondansentron 2 x 8 mg
khusus • Betahistin tab 3 x 1 tab
31/1/2018 1/2/2018 2/2/2018
Tanggal
(08:00 WIB) (08:45 WIB) (10:00 WIB)

Hari rawat 1 2 3
Muntah -, pusing Muntah -, pusing berkurang
Subjektif Muntah -, pusing berkurang
berkurang
TD 130/80 100/70 120/80

Nadi 86 x/mnt 80 x/mnt 81 x/mnt


RR 20 x/ mnt 19 x/ mnt 17 x/ mnt
Suhu 36,5 36,7 36,5
Vas 0 0 0

Kesadaran E4V6M5 E4V6M5 E4V6M5

R. patologis - - -

R. fisiologis + + +

Persistent Vomiting ec Persistent Vomiting ec Vertigo Persistent Vomiting ec Vertigo


Diagnosis
Vertigo Perifer Perifer Perifer
 Profil lipd :
Kol. Total: 112
Infus 2A + Neurobion  20 HDL : 34
tetes makro/menit LDL : 57
Infus 2A + Neurobion  20
Inj. Difenhidramin 1 x 1 amp Trigliserida : 105
tetes makro/menit
Inj. Ranitidin 2 x 1 amp As. Urat : 3,3
Inj. Difenhidramin 1 x 1 amp
Inj. Ondansentron2 x 8 mg Infus 2A + Neurobion  20
Terapi Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
(prn) tetes makro/menit
Inj. Ondansentron 2
Betahistin tab 3 x 1 Inj. Difenhidramin 1 x 1 amp
x 8 mg (prn)
Eperison 2 x1 Inj. Ranitidin 2 x 1 amp
Betahistin tab 3 x 1
Cek profil Lipid, As. Urat, Inj. Ondansentron2 x 8 mg
EKG (prn)
Betahistin tab 3 x 1
BLPL
 Quo ad Vitam : ad bonam
 Quo ad functionam : ad bonam
 Quo ad Sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Labyrinth membranosa di dalam
labyrinth ossea
Alat vestibuler terletak di telinga dalam
(labirin).

Labirin secara umum adalah telinga


dalam, tetapi secara khusus dapat
diartikan sebagai alat keseimbangan.

Labirin  labirin tulang dan labirin


membrane.

Labirin membrane terletak dalam labirin


tulang dan bentuknya hampir menurut
bentuk labirin tulang.

Antara labirin membrane dan labirin


tulang terdapat perilimf, sedang endolimf
terdapat didalam labirin membrane
Labirin juga dapat dibagi kedalam dua
bagian yang saling berhubungan, yaitu:
• Labirin anterior  kokhlea yang berperan
dalam pendengaran.
• Labirin posterior  tiga kanalis
semisirkularis, sakulus dan utrikulus.
Berperan dalam mengatur keseimbangan.
(di utrikulus dan sakulus sel sensoriknya
berada di makula, sedangkan di kanalis sel
sensoriknya berada di krista ampulanya)
Canalis
Crus semicircularis Superior
commune ossea Posterior
ossea
Vestibulum Lateralis

Cochlea

Fenestra ovalis Ampulla


Fenestra ossea
Ductus semicircularis
Crus commune membranosa Superior
membranosa Lateral
Ductus Poster
cochlearis ior

Saccu
endolympha
s
Ductusticus
Ductus Ampulla
endolymphaticus
reuniens Sacculus Utriculus
membranosa
Organ sensoris sistem
keseimbangan

 3 cristae ampullaris  sensitif thd putaran


kepala (angular acceleration)

 2 macula (macula utriculi dan macula


sacculi)  sensitif thd gravitasi, perubahan
posisi and gerakan linear
Benign Paroxysmal Positional Vertigo
(BPPV) adalah gangguan keseimbangan
perifer dengan gejala vertigo yang
datang tiba-tiba pada perubahan posisi
kepala.
AS :
penyebab
vertigo
tersering

Usia : diatas
Indonesia :
51 tahun,
30% dari
jarang Epidemiologi
kasus vertigo
dibawah 35
perifer
thn

Jenis kelamin
: wanita
lebih sering
50% idiopatik

Trauma
kepala

Infeksi telinga
tengah dan
dalam

Proses degeneratif

Pembedahan telinga
dalam
 TEORI KUPULOLITIASIS
 TEORI KANALOLITIASIS
TEORI
KANALOLITIASIS

Ketika kepala dalam posisi


Pada tahun 1980 Epley 
tegak, endapan partikel
teori kanalolitiasis, partikel
tersebut berada pada
otolith bergerak bebas
posisi yang sesuai dengan
didalam kanalis
gaya gravitasi yang paling
semisirkularis
bawah.

Cairan endolimfe mengalir


menjauhi ampula dan
menyebabkan kupula
membelok (deflected),
sehingga terjadilah
nistagmus dan pusing
TEORI
KAPULOLITIASIS

Pada tahun 1962 Horald


Schuknecht  partikel-partikel Teori ini menerangkan bahwa
basofilik yang berisi kalsium
kanalis semisirkularis posterior
karbonat dari fragmen otokonia
menjadi sensitif akan gravitasi
(otolith) yang terlepas dari
makula urtikulus yang akibat partikel yang melekat
berdegenerasi dan menempel pada kupula.
pada permukaan kupula.

Kanalis semisirkularis posterior


berubah posisi dari inferior ke
superior, kupula bergerak,
dengan demikian timbul
nistagmus dan keluhan pusing
(vertigo).
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang :
› Dix-Hallpike dan Tes kalori
Betahistin 
meningkatkan sirkulasi
darah di telinga dlm & Simptomatik, seperti
mempengaruhi fungsi anti emetik
vestibular melalui
reseptor H3
Reposisi
kanalit

Epley
Manuver
Semont
(Liberatory
manuver)

Anda mungkin juga menyukai