Anda di halaman 1dari 9

KASUS MENGENAI PROMOSI

MELALUI IKLAN COCA COLA YANG


TIDAK BERETIKA

Oleh Kelompok 3 :
1. Muhammad (16.0101.0136)
2. Meti Azumastuti (16.0101.0144)
3. Bagas Raharjanto (16.0101.0165)
PROFIL PERUSAHAAN

Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan salah satu produsen dan distributor


minuman ringan terkemuka di Indonesia. Di produksi dan di distribusikan produk-produk
berlisensi dari The Coca-Cola Company. Perusahaan memproduksi dan mendistribusikan
produk Coca-Cola ke lebih dari 400.000 outlet melalui lebih dari 120 pusat penjualan.
Coca-Cola Bottling Indonesia merupakan nama dagang yang terdiri dari perusahaan-
perusahaan patungan (joint venture) antara perusahaan-perusahaan lokal yang dimiliki oleh
pengusaha-pengusaha independen dan Coca-Cola Amatil Limited, yang merupakan salah
satu produsen dan distributor terbesar produk-produk Coca-Cola di dunia.
Coca-Cola Amatil pertama kali berinvestasi di Indonesia pada tahun 1992. Mitra
usaha Coca-Cola saat ini merupakan pengusaha Indonesia yang juga adalah mitra usaha
saat perusahaan ini memulai kegiatan usahanya di Indonesia. Produksi pertama Coca-Cola
di Indonesia dimulai pada tahun 1932 di satu pabrik yang berlokasi di Jakarta. Produksi
tahunan pada saat tersebut hanya sekitar 10.000 krat.
Latar Belakang Kasus

Tingginya tingkat persaingan di dunia periklanan ini tak jarang melanggar kode
etik yang telah ditentukan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), kode etik yang mengatur
tentang ketentuan-ketentuan iklan ideal untuk ditayangkan di Indonesia dengan sengaja
banyak dilanggar atau bahkan dilupakan. Kode etik yang merupakan cerminan dari
budaya bangsa sedikit demi sedikit mulai dianggap hanya sebuah formalitas. Maraknya
pelanggaran oleh perusahaan-perusahaan periklanan ini seolah mulai melemahkan
kontrol dari pihak KPI selaku pihak yang menertibkan atau memfilter iklan-iklan yang
akan ditayangkan.
Karena itu perlu tindakan tegas berupa sanksi dari pihak-pihak yang berwenang
terhadap pelanggar kode etik sangat diharapkan guna penertiban iklan-iklan yang
melanggar. Berikut merupakan pembahasan tentang analisis iklan-iklan yang dianggap
melanggar kode etik periklanan.
Kasus Promosi PT Coca Cola Yang Tidak
Beretika
Banyak yang harus dibenahi dalam strategi perencanaan dan pemasaran Coca
Cola agar bisa bersaing. Iklan merupakan hal yang sangat Taktis.
Demi menjaga loyalitas kalangan pelanggan, segala daya upaya pun dilakukan
para produsen. Yang terutama adalah makin memperkuat lini pemasaran. Langkah
seperti itulah yang kini tengah dilakukan PT Coca-Cola Indonesia. Lihat saja, mulai
Januari ini, industri minuman ringan terbesar di dunia itu mulai mengusung tagline
iklan terbaru bertajuk ”Hidup Ala Coca-Cola”.
Untuk mendukung program tersebut, anggaran yang disiapkannya pun tak
tanggung-tanggung. Hanya untuk belanja iklannya saja (selama tahun 2007), Coca-Cola
telah mengalokasikan dana sebesar Rp 50 miliar.
Ada sejumlah pertimbangan yang menjadi dasar perusahaan yang telah beroperasi
sejak 1927 itu memperbarui kampanye beriklannya. Di antaranya, menurut Arif Mujahidin
(Media Relations Manager Coca-Cola Indonesia), karena slogan yang lama bunyinya ”Yang
Segarnya Mantap Itu Coca-Cola” yang sudah berjalan sejak tahun 2004 dianggap sudah tak
sesuai lagi dengan tuntutan pasar.
Secara konsep, tagline yang baru itu merupakan kelanjutan dari slogan yang
sebelumnya. Dan sebenarnya pula, slogan yang lama tidaklah buruk-buruk amat. Malah
sebaliknya, menurut sejumlah pengamat di bidang ini, iklan tersebut terbilang berhasil menarik
awareness masyarakat konsumen, khususnya di kalangan anak-anak muda. Kekuatannya, di
antaranya, muncul dari sosok Jamie Aditya yang menjadi bintang dalam iklan itu, yang dinilai
sukses memerankan figur orang desa yang lugu tapi memiliki ”selera” layaknya anak-anak kota.
Sungguh, iklan tersebut memiliki konsep yang amat taktis, terutama di tengah-tengah iklim
persaingan antarproduk minuman ringan yang makin ketat seperti sekarang ini. Lewat slogan
tersebut, Coca-Cola tak cuma bertekad mempertahankan pangsa di kalangan anak-anak muda di
perkotaan, tapi juga mencoba memperluas pasar hingga ke pedesaan.
Nah, dengan tagline yang baru, tampaknya minuman ringan ini bersikeras makin
memperkokoh eksistensinya. Dengan kata lain, menurut Arif, produk ini akan semakin mendapat
tempat di kalangan remaja.
Itu sebabnya makna yang terkandung di dalam pesan iklan yang baru ini tak jauh dari
kehidupan pasarnya, yakni mendorong kalangan remaja agar senantiasa bersikap positif,
optimistis, dan menyadari bahwa kebahagiaan merupakan pilihan dalam menjalani hidup. Dengan
konsep ini, plus dukungan anggaran yang terbilang besar, ”Target penjualan di tahun ini akan
meningkatCoca cola tahun 2008 ini juga melakukan promosi, Salah satu strategi pemasaran yang
dianggap jitu adalah dengan memanfaatkan film-film sohor seperti James Bond 007. Berkenaan
dengan hal itu, The Coca-Cola Company meluncurkan Coca-Cola Zero Zero 7 dalam satu kampanye
pemasaran terintegrasi di lebih dari 50 negara seluruh dunia. Termasuk, Indonesia.
Produk minuman berasa mantan tanpa gula ini hadir dalam kemasan kaleng ukuran 250
mililiter dan 330 mililiter, serta botol plastik ukuran 1,5 liter. “Karakter James Bond sesuai dengan
tema Coca-Cola Zero.”
Prinsip Etika Bisnis Yang Digunakan
Oleh Perusahaan Coca Cola
1. Prinsip Tauhid (Kesatuan Atau Unity) QS, Al-Baqarah 21-22
PT Coca Cola Company tidak memperkenankan menggunakan asset
perusahaan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
2. Prinsip Keseimbangan dalam keadilan QS Al Maidah 8
Jika ada karyawan yang berperilaku tidak jujur terhadap karyawan lain, maka
karyawan tersebut wajib melaporkan ke atasan.
3. Prinsip Kebebasan Memilih Dan Berusaha Ikhtiyar
Karyawan boleh melakukan pekerjaan lain selain di perusahaan tetapi tidak
berkaitan dengan perusahaan.
4. Prinsip Tanggung Jawab QS Annisa 85
Karyawan harus memiliki sikap tanggung jawab terhadap perusahaan yaitu
menjaga rahasia informasi perusahaan.
5. Prinsip Kebaikan QS Al-Qashash 77
Menghargai rekan kerja dan pihak yang memiliki kepentingan atas
perusahaan.
SEKIAN DAN TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai