0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
173 tayangan20 halaman
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan agama Islam di Minangkabau sejak masuknya Islam pada abad ke-7 hingga berkembangnya gerakan Islam kaum Padri pada abad ke-19 yang berhadapan dengan kaum adat. Islam masuk secara damai di Minangkabau melalui pengaruh ulama dan mubaligh. Kerajaan Pagaruyung juga bercorak Islam sejak Sultan Alif memeluk agama Islam pada abad ke-16.
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan agama Islam di Minangkabau sejak masuknya Islam pada abad ke-7 hingga berkembangnya gerakan Islam kaum Padri pada abad ke-19 yang berhadapan dengan kaum adat. Islam masuk secara damai di Minangkabau melalui pengaruh ulama dan mubaligh. Kerajaan Pagaruyung juga bercorak Islam sejak Sultan Alif memeluk agama Islam pada abad ke-16.
Dokumen tersebut membahas sejarah perkembangan agama Islam di Minangkabau sejak masuknya Islam pada abad ke-7 hingga berkembangnya gerakan Islam kaum Padri pada abad ke-19 yang berhadapan dengan kaum adat. Islam masuk secara damai di Minangkabau melalui pengaruh ulama dan mubaligh. Kerajaan Pagaruyung juga bercorak Islam sejak Sultan Alif memeluk agama Islam pada abad ke-16.
1. ANGGOTA : 2. AGEL RESTI MELANDARI 3. REGI SARI NINGSIH 4. EGGIA NANDA DEWSA 5. INDRI SUSTIA RAHMI 6. HANIFAH RIFNOLA 7. NOVIA ROZADI Sejarah dan Pembaruan Islam di Minangkabau
• Agama Islam sudah menjadi agama orang-orang
Minangkabau dengan terjalinnya adat dan agama maka kebudayaan menjadi dominan dalam kehidupan orang Minangkabau, sehingga masyarakat Minangkabau berbentengkan adat yang bersendikan kepada agama Islalam. • Aliran agama Islam yang masuk ke daerah ini adalah mula- mula mazhab syafi`I, Dengan kembalinya Haji Piabang, Haji Sumanik, dan Haji Muskin dari tanah Mekkah pada permulaan Abad ke XIX, yang melihat dari dekat kemajuan yang dicapai oleh kaum Wahabi dibawa dalam usaha memurnikan agama Islam, maka berkembang di Minangkabau mazhab Hambali atau aliran Wahabi. • Di Minangkabau perkembangan mazhab Hambali dikenal dengan “gerakan Islam kaum putih atau orang-orang Padri” negara Islam (Darull Islam) yang hendak didirikan oleh aliran Islam kaum putih di Minangkabau, dengan memusatkan kekuatan dalam satu tangan mendapat tantangan hebat dari ulama-ulama syiah pemangku- pemangku adat, pada satu pihak yang memuncak menjadi perang saudara (1804-1830). Masuknya Agama Islam ke Minangkabau
• Para ahli sejarah sampai saat ini belum mempunyai
kesepakatan mengenai waktu yang tepat masuknya Islam ke Minangkabau. Hal ini terutama karena belum ditemukannya bukti-bukti sejarah tertulis di Minangkabau. Peninggalan sejarah berupa bangunan, seperti masjid, batu nisan lainnya, maupun catatan tertulis lainnya tidak dapat memberikan kepastian. • Beberapa sumber yang dapat dipercaya dan lebih memberikan kepastian terutama berasal dari luar Minangkabau. • Berdasarkan berita dari China, Hamka (1976) mengatakan bahwa pada tahun 684 M sudah didapati suatu kelompok masyarakat Arab di Minangkabau. • Hal ini berarti bahwa 42 tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, orang Arab sudah mempunyai perkampungan di Minangkabau. Sehubungan dengan itu Hamka memperkirakan bahwa kata “Pariaman”, nama salah satu kota di pesisir barat Minangkabau berasal dari bahasa Arab, “barri aman” yang berarti tanah daratan yang aman sentosa. • Selanjutnya diduga pula bahwa orang-orang Arab ini di samping berdagang juga berperan sebagai mubaligh- mubaligh yang giat melakukan dakwah Islam, sehingga pada waktu itu diperkirakan sudah ada orang Minangkabau yang memeluk agama Islam. • Sejalan dengan itu, M.D. Mansur (1970), juga menyimpulkan bahwa pada abad ke- 7 agama Islam sudah dikenal di Minangkabau Timur, mengingat pada waktu itu telah ada hubungan dagang antara Cina di Asia Timur dan Arab di Asia Barat melalui Selat Malaka. • Pada waktu itu di Asia Barat, dengan Damaskus sebagai pusat, sedang berkuasa Daulat Umayyah. Mereka sekaligus juga menguasai hubungan perdagangan antara Timur (China) dan Barat (Laut Tengah). Walaupun demikian, dakwah Islam pada waktu itu belum pesat dan kemudian berhenti dan akhirnya lenyap sama sekali akibat larangan yang dilakukan oleh Dinasti T’ang dari China yang merasa kepentingannya di Minangkabau terancam oleh Khilafah Umayyah. • Adanya hubungan dagang laut yang langsung antara Minangkabau sebagai produsen lada dengan Timur Tengah dilihat China akan merugikannya sebagai pemasok lada. Pengaruh politik Khilafah Umayyah dengan pengaruh ideologinya dipandang akan meruntuhkan wibawa dan kepentingan ekonomi China sebagai “Pemimpin Asia” waktu itu. Proses Islamisasi di Minangkabau
• Menjelang Islam masuk, adat yang aslinya animistik,
dinamistik, dan naturalistik yang sudah berakulturasi dengan unsur-unsur Hindu-Buddha adalah satu-satunya pedoman hidup bagi masyarakat Minangkabau. Setelah itu datanglah agama Islam yang juga menuntut kepatuhan yang lebih ketat. • Proses islamisasi bejalan secara damai melalui pengaruh yg tidak dipaksakan dan berhasil dg baik. Pengajian agama diberikan kpd org dewasa dan ulama serta Kitab Suci Al Quaran diajarkan kpd anak- anak dan berhasil dijadikan bahan bacaan bagi putra-putri Minangkabau. • Sehingga, jarang org Minangkabau yg buta aksara Al Quran walaupun pd umumnya tidak dapat menulisnya dan tdk mengerti isinya. Mereka belajar ini melalui surau, masjid dan rumah-rumah tempat mengaji. • Surau di Minangkabau merupakan pusat penyiaran agama bagi seluruh masyarakkat. Perkembangan tradisi adat juga dikembangkan krna kaum adat tdk memiliki lembaga pendidikan. Perkembangan islam di Minangkabau • Para mubaligh menyebarkan islam di Minangkabau dgn jalan menanamkan budi dan memperlihatkan akhlak baik kpd masyarakat. Masyarakat Minangkabau yg terkesan dgn sifata mubaligh islam itu kemudian mengikutinya. • Setelah banyak mempelajri ttg islam, banyak jga masyarakat Minangkabau yg ikut menyebarkan islam ke daerah lainnya. • Syekh Burhanudin merupakan salah satu murid Syekh Abdurrauuf Singkil dari Aceh datang dan bermukim di Ulakan Pariaman. Dalam usaha meresapkan ajaran islam, Syekh Burhanudin lebih menunjukannya kpd anak2 yg bermain di halam surau yg didirikannya. • Cara yg dilakukan oleh Syekh Burhanudin ini yaitu dg ikut bermain dgn anak2 trsbut, awalnya dgn membaca bismillahirrahmanirrahim disetiap akan bermulai bermain. Sehingga membuat anak2 trsbt penasaran dgn apa yg dibacanya. • Melalui bermain bersama ini, tanpa disadari ajaran islam mulai tertanam di lubuk hati anak2 itu. Tingkah laku dan budi pekerti anak2 sedikit demi sedikit diperbaiki menurut moral islam. • Ketika semakin banyak orang yang datang belajar agama kpd Syekh Burhanudin, sehingga satu surau tdk mampu lagi menampung murid- murid yg hendak belajar. Kemudian didirikan lagi satu surau sebagai tempat khusus menampung murid-murid dalam menuntut ilmu agama. • Pengaruh Syekh Burhanudin di Minangkabau mjd besar sekali. Para tuanku dan guru agama terpenting di daerah Darek pd akhir abad ke 18 hampir semuanya belajar di Ulakan. • Di Pamansiangan, Luhak Agam, kemudian didirikan pula pusat pengajian aliaran Syattariah dg pemimpinnya Tuanku Pamansiangan. • Tuanku Nan Tuo merupakan orang terpandai dari Luhak Agam yang masih belajar di Ulakan kepada Syekh Burhanudin. • Tuanku Nan Tuo berasal dari Koto Tuo, Ampek Angkek Canduang yang terpengaruh dgn aliran Thariqat Naqsabandiyah. Dia menganggap aliran ini dekat dg ajaran Sunnah Al Jamaah dan mudah diterima masyarakat. • Kampung Koto Tuo ini akhirnya berkembang mjd pusat pengajaran fiqih islam dan Al Quran serta Hadist. Masalah hukum, kepercayaan dan seluruh aspek kehidupan sosial juga dipelajari. • Perkembangan islam pada masa itu diwarnai dg perbedaan pendapat yg cukup mendasar sampai memasuki awal abad ke 19, ketika di Pandai Sikek muncul Kaum Paderi yg menganut paham Wahabi di bawah pimpinan Haji Miskin. • Pengikut Haji Miskin adalah murid2 Tuanku Nan Tuo yg memang sudah berkeinginan utk mengadakan pembaharuan di Minangkabau. • Haji Miskin dan pengkutnya mendapati praktik keagamaan di Minangkabau yg sangat mengkhawatirkan sprt guru agama masih berkhidmat kpd kuburan, sabung ayam mjd menu harian, judi merajalela dsb. • Gerakan yg dilakukan kaum Paderi dimulai dg menata kekuatan. Mereka mulaimenebar pengaruh, termasuk dg cara kekerasan yg membawa mereka dalam perselisihan panjang dg kaum adat. • Belanda yg sdg melakukan perluasan pengaruhnya mendapat jalan dg mendukung kaum adat, shngg gerakan agama kemudian berubah mjd perlawanan menantang masuknya pengaruh dan kekuasaan Belanda di Minangkabau yg terkenal dg Perang Paderi. • Meskipun akhirnya Kaum Paderi kalah, tetapi banyak trjd perubahan dalam praktik keagamaan di Minangkabau. Kerajaan Pagaruyung Islam
• Secara perlahan agama islam memasuki kehidupan kaum
bangsawan di istana Pagaruyung, raja yg sebelumnya beragama Budha beralih memeluk islam. Mansoer (1970), memperkirakan raja yg pertama memeluk islam adalah Sultan Alif yg berkuasa sekitar tahun 1560. • Baru setelah Sultan Alif dan keluarga beragama islam, Minangkabau dapat dipandang menjadi daerah islam. • Setelah Sultan Alif wafat digantikan oleh Yang Dpertuan Raja Begawang II yg nerupakan kemenakan raja Bagewang I yg sebelumnya menjadi raja ketika kerjaan masih bercorak Budha Bhairawa. • Raja selanjutnya adalah Sultan Abdul Jalil. Dalam masa pemerintahannya raja inilah surat menyurat sudah mempergunakan cap/stempel yg bertuliskan huruf Arab. • Pada masa kekusaannya Sultan Abdul Jalil berhubungan dengan kerajaan Negeri Sembilan di Malaisya dan dialah yg mengangkat raja disana. • Kerajaan pagaruyung diperintah berdasarkan Adat dan Syarak sprti dirumuskan dalam pepatah “Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah, sampai saat datangnya pemurnian agama islam di Minangkabau yg dilakukan oleh Haji Miskin, Haji Piobang, dan Haji Sumanik. • Setelah tiga org itu pulang ke Minangkabau dimulailah usaha pemurnian ajaran agama melalui “Gerakan Paderi” yg berhdapan dgn Nan Dipatuan Rajo Alam Pagaruyung yg terakhir, Arifin Muning Syah Alam, bertempat tinggal di Gudam. • Gerakan Paderi yg dipimpin oleh “Harimau Nan Salapan: meluas sampai keTnah Datar, mereka mendapat perlawanan yg sengit, krna Tanah Datar adalah pusat dari kedudukan Raja Pagaruyung. • Keluarga raja dan dan para penghulu masih mempunyai wibawa besar di mata rakyat. Namun peristiwa yg sangat mengejutkan penduduk yaitu terjadi pembunuhan keluarga raja di Pgaruyung oleh kaum paderi. Hanya Raja Arifin Muning Alam Syah dan seorang cucunya dapat melarikan diri dari kepungan dan pembunuhan Kaum Paderi. TERIMAKASIH