Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA Sdr. A DENGAN FRAKTUR METATARSAL DIGITI 3 PEDIS DEXTRA


DIRUANG DAHLIA RSUD BANYUMAS

INDANA LAZULFA
1811040079

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO


Sdr. A usia 24 tahun, dibawa ke IGD RSUD Banyumas pada tanggal 18 desember 2018 post
kecelakaan lalu lintas sepeda motor vs sepeda motor dengan keluhan nyeri pada tungkai kaki kanan.
Hasil pemeriksaan menunjukkan TD: 120/70 mmHg, nadi 74 x/menit, RR: 22 x/menit, suhu 36,3 ºC,
GCS E4 V5 M6, terdapat luka robek dan perdarahan pada punggung kaki kanan, kemudian dilakukan
perawatan luka dan hecting. Sdr.A mendapatkan terapi inj ATS 1500 iu, IVFD RL 20 tpm, inj Ketorolac
30mg I amp, ranitidine 50mg I amp, ceftriaxone 1gr I vial. Kemudian pasien dibawa keruang dahlia pada
tgl 18 desember 2018 pukul 20:20 WIB, pemeriksaan vital sign menunjukkan TD: 130/80 mmHg, nadi
80 x/menit, RR: 20x/menit, suhu 36,1ºC. Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 19 desember
2018 pukul 10.00 WIB, pasien mengatakan nyeri pada kaki kanannya, skala 8, nyeri seperti disayat-
sayat, bertambah nyeri saat digerakkan dan saat tersenggol kakinya, pasien juga mengatakan takut akan
menjalani operasi pada pukul 11.00, tampak banyak bertanya tentang operasi yang akan dijalaninya,
wajah tampak tegang, dan tangan pasien tampak meremas slimut. vital sign menunjukkan TD 120/60
mmHg, nadi 80 x/menit, RR: 21x/menit, suhu 36,2ºC.
pasien diantar ke IBS RSUD Banyumas untuk dilakukan tindakan operasi reposisi dan backslab dengan
anestesi spinal pada pukul 11.00.
Pada tanggal 20 desember 2018 kaki kanan pasien tampak terpasang backslab, pasien mengatakan nyeri
pada luka operasinya dengan skala 6, nyeri seperti disayat-sayat, bertambah berat saat daerah bekas op
tersenggol.
Luka operasi kurang lebih sepanjang 4cm, tampak basah, keluar cairan berwarna merah
saat ditekan. Pasien tampak kesulitan dalam bergerak, aktivitasnya dibantu oleh
keluarganya.

Riwayat kesehatan dahulu, pasien mengatakan baru pertama kali mengalami kecelakaan
sampai fraktur kemudian dioperasi, pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
DM.

Pemeriksaan penunjang radiologi rontgen menunjukkan adanya fraktur metatarsal digiti 3


pedis dextra.
pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hemoglobin L 13,0/iu, Eritrosit H 6,25, Leukosit
H 14,27, MCV L 64,2, MCH L 19,9, MCHC L 31,0%, Neutrofil H 78,63, Limfosit L
14,45, SGPT (ALT) H 69 iu/L. HBsAg Negatif, glukosa sewaktu 100 mg/dL.
PATHWAY KASUS
Trauma langsung

Tekanan eksternal > yg


dapat diserap tulang

Terputusnya kontinuitas jaringan


tulang & tulang rawan

Fraktur

Pergeseran Fragmen tulang Reposisi Fragmen tulang

Deformitas Melukai jaringan


sekitar Tindakan Bedah Ansietas

Keterbatasan
gerak sendi Respon Inflamasi Luka Insisi Operasi

Hambatan Mobilitas Fisik


Respon Inflamasi Luka Insisi Operasi

Pengeluaran Mediator kimia Port de entry mikroorganisme


prostaglandin dan bradikinin patogen

Mempengaruhi reseptor nyeri di


ujung saraf simpatis Risiko Infeksi

Nyeri Akut
DIAGNOSA
KEPERAWATAN PRE OPERASI

 Nyeri Akut b.d Agen Injury Fisik


Diagnosa ini ditegakkan atas dasar Sdr. A mengatakan
nyeri pada kaki kanannya, skala 8, nyeri seperti disayat-
sayat, bertambah nyeri saat digerakkan dan saat tersenggol
kakinya.

Ansietas b.d Ancaman Status Terkini


Diagnosa ini ditegakkan atas dasar Sdr. A mengatakan
takut, tampak banyak bertanya tentang operasi yang akan
dijalaninya, wajah tampak tegang, dan tangan pasien
tampak meremas slimut.
 Nyeri Akut b.d Agen Injury Fisik
POST OPERASI
Diagnosa ini ditegakkan atas dasar Sdr. A mengatakan
nyeri pada luka operasinya dengan skala 6, nyeri seperti
disayat-sayat, bertambah berat saat daerah bekas op
tersenggol.

Risiko Infeksi
Diagnosa ini ditegakkan atas dasar terdapat luka operasi
pada punggung kaki kanannya sepanjang 4cm, tampak masih
basah, saat ditekan keluar cairan berwarna merah keruh, dan
pasien mengatakan nyeri.

Hambatan Mobilitas Fisik b.d Gangguan Muskuloskeletal


Diagnosa ini ditegakkan atas dasar Sdr. A kesulitan untuk
mobilisasi secara mandiri, kaki kanan terpasang backslab.
Nyeri Akut
INTERVENSI
 Monitor TD, S, N, RR
 Monitor TTV (Tekanan darah, Rasional: perubahan tanda-tanda vital mengindikasikan
nadi, respirasi, suhu) adanya perubahan pada beberapa organ yang
berhubungan dg status kesehatan klien.
 Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
 Ajarkan Teknik relaksasi napas  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dalam Rasional: menanyakan skala nyeri pada pasien dengan
menjelaskan skala angka nyeri (wong-Baker )
 Kolaborasi pemberian analgetik
0 = tidak nyeri
(Ketorolac 30mg)
1-3 = nyeri ringan
4-6 = nyeri sedang
7-10 = nyeri berat
pengelolaan nyeri yang baik tergantung dari pengkajjian
nyeri yang akurat. Pengkajian yang akurat pada nyeri
adalah hal yang penting untuk memastikan nyeri dikelola
secara efektif (Mackintosh, 2007)
 Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam
Rasional: Tehnik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu bentuk
intervensi asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri,
terutama nyeri yang bersifat akut dan sedang (McCloskey, 2000).

 Kolaborasi pemberian analgetik (Ketorolac 30mg)


Rasional: Ketorolac 30 mg mampu menghasilkan efek analgesik yang
baik untuk pengobatan postoperatif pada fraktur (urizar, 2002).
Ansietas

 Kaji untuk tanda verbal  Kaji untuk tanda verbal dan non verbal kecemasan
dan non verbal Rasional:
kecemasan Semakin mendekati waktu operasi, stressor yang diterima
 Instruksikan klien untuk pasien akan semakin banyak. Berbagai stessor dari dalam
menggunakan Teknik maupun luar diri pasien, seperti tidak mengetahui konsekuensi
relaksasi nafas dalam pembedahan, takut pada pembedahan itu sendiri, ketakutan
akan hal yang tidak diketahui, misalnya keuangan, tanggung
jawab keluarga, nyeri, konsep diri, dan bahkan adanya
perubahan secara fisik, seperti meningkatnya denyut jantung,
tekanan darah, frekuensi nafas, maupun secara psikologis
sehingga dapat merugikan pasien itu sendiri yang berdampak
pada pelaksanaan operasi (Muttaqin dan Sari, 2009, hlm.74)
 Instruksikan klien untuk menggunakan Teknik relaksasi nafas dalam
Rasional:
Melakukan relaksasi nafas dalam dapat meningkatkan ventilasi
paru dan meningkatkan oksigenasi darah. Hal ini dikarenakan nafas
dalam merupakan suatu usaha untuk inspirasi dan ekspirasi sehingga
berpengaruh terhadap peregangan kardiopulmonal (Izzo, Sica, &
Black, 2008, hlm.138).
Peregangan kardiopulmonal dapat meningkatkan baroreseptor
yang akan merangsang saraf parasimpatis sehingga dapat
menurunkan ketegangan, kecemasan, serta mengendalikan fungsi
denyut jantung sehingga membuat tubuh rileks (Muttaqin, 2009,
hlm.9)
POST OPERASI
Nyeri Akut

 Monitor TD, S, N, RR
 Monitor TTV (Tekanan darah, Rasional: perubahan tanda-tanda vital mengindikasikan
nadi, respirasi, suhu) adanya perubahan pada beberapa organ yang
berhubungan dg status kesehatan klien.
 Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
 Ajarkan Teknik relaksasi napas  Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
dalam Rasional: menanyakan skala nyeri pada pasien dengan
menjelaskan skala angka nyeri (wong-Baker )
 Kolaborasi pemberian analgetik 0 = tidak nyeri
(Ketorolac 30mg) 1-3 = nyeri ringan
4-6 = nyeri sedang
7-10 = nyeri berat
pengelolaan nyeri yang baik tergantung dari pengkajjian
nyeri yang akurat. Pengkajian yang akurat pada nyeri
adalah hal yang penting untuk memastikan nyeri dikelola
secara efektif (Mackintosh, 2007)
 Monitor
Rasional: Tehnik relaksasi nafas dalam merupakan salah satu bentuk
intervensi asuhan keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri,
terutama nyeri yang bersifat akut dan sedang (McCloskey, 2000).

 Kolaborasi pemberian analgetik (Ketorolac 30mg)


Rasional: Ketorolac 30 mg mampu menghasilkan efek analgesik yang
baik untuk pengobatan postoperatif pada fraktur (urizar, 2002).
Risiko Infeksi

 Amati adanya tanda-tanda  Amati adanya tanda-tanda infeksi


infeksi Rasional: Infeksi luka operasi dapat ditandai dengan
adanya kemerahan, inflamasi, terasa hangat/panas, nyeri,
 Lakukan perawatan luka/ ganti
dan suhu sekitar 38°C selama 30 hari setelah operasi (Razavi,
balut
2005).
 Kolaborasi pemberian
antibiotic (Ceftriaxone 1g)
 Lakukan perawatan luka/ ganti balut
Rasional: balut luka adalah prosedur perawatan luka
dengan mengganti balutan yang telah kotor atau sudah
waktunya untuk diganti yang baru. Tindakan di atas
 Kolaborasi pemberian antibiotic
bertujuan mencegah infeksi, mempercepat penyembuhan
(Ceftriaxone 1g)
dan memberikan rasa nyaman pada
Rasional: Ceftriaxon lebih dapat
pasien. Semakin baik perawatan luka dilakukan maka
digunakan untuk mengurangi risiko
infeksi luka operasi bisa dikendalikan. (Wysocki ,1989 dalam
infeksi luka operasi dibandingkan
Potter & Perry,
menggunakan Cefotaxim (Woodfield,
2005)
2003)
Hambatan Mobilitas Fisik

 Kaji tingkat mobilisasi pasien (tingkatan 0-4) secara berkala


Rasional: Menunjukkan perubahan tingkatan mobilisasi setiap
 Kaji tingkat mobilisasi pasien
hari
(tingkatan 0-4) secara
berkala
 Bantu pasien untuk  Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk
perpindahan (sesuai tinggi, berdiri, berjalan.
kebutuhan) Rasional: Memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan
mobilitas
 Dorong pasien
mempertahankan postur
tegak dan duduk tinggi,
berdiri, berjalan. Latihan dalam batas terapeutik diantaranya latihan aktif
meliputi menarik pegangan di atas tempat tidur, fleksi dan
 Latihan ROM aktif/pasif ekstensi kaki, dan latihan rentang gerak atau menahan
beban bagi sendi yang sehat, pada ekstremitas yang
diimobilisasi dilakukan latihan isometrik, latihan kuadrisep dan
pengesetan gluteal untuk menjaga kekuatan otot besar yang
penting untuk berjalan (Brunner & Suddarth, 2002).
KOMPLIKASI

 Komplikasi local dini


 Sindrom kompartemen

 Komplikasi lanjut
 Infeksi, nonunion, delayed union, malunion, kekakuan sendi.

 Pada Sdr.A komplikasi yang muncul saat ini yaitu risiko terhadap infeksi.
PROGNOSIS

Sdr. A datang pd tgl 18 desember 2018 dengan luka robek pada punggung
kaki kanan, mengatakan nyeri dengan skala 8, dan hasil rongent
menunjukkan fraktur metatarsal digiti 3 pedis dextra.
 Tgl 18 desember 2018, TD: 120/70 mmHg
 Tgl 19 desember 2018, TD: 130/80 mmHg, Hb 13,0, Leukosit 14,27.
Dilakukan Tindakan Operasi reposisi dan backslab.
 Tgl 20 desember 2018, TD: 120/60 mmHg, terpasang backslab pada kaki
kanan, nyeri berkurang (skala 6), tidak ada tanda-tanda infeksi pada luka
operasi.
Soal Kasus

1. Seorang laki-laki usia 24 tahun dibawa ke IGD RSUD Banyumas


dengan luka robek dan fraktur pada metatarsal digiti 3 pedis dextra,
kemudian dilakukan tindakan operasi reposisi dan pemasangan
backslab. Pasien bertanya kepada perawat, berapa lama ia akan
sembuh dari frakturnya setelah dioperasi? Jawaban perawat yang
tepat atas pertanyaan tersebut adalah…
a. Tergantung bagaimana kondisi pasien
b. Sekitar 3 minggu - 4 bulan
c. Sekitar 4 bulan - 6 bulan
d. Tergantung pada perawatan luka dan ada tidaknya tanda-tanda
infeksi
e. Sekitar 6 bulan - 1 tahun
2. Seorang laki-laki usia 24 tahun post op fraktur metatarsal digiti 3
pedis dextra. Pasien mengatakan nyeri pada luka operasinya, skala
6 dengan kualitas seperti disayat-sayat, panjang luka kurang lebih
4cm, tampak basah, keluar cairan berwarna merah keruh saat
ditekan. Vital sign menunjukkan TD 120/60 mmHg, nadi 80
x/menit, RR: 21x/menit, suhu 36,2ºC. Tindakan keperawatan pada
kasus tersebut adalah…
a. Lakukan perawatan luka
b. Ajarkan Teknik relaksasi nafas dalam
c. Kolaborasi pemberian analgetik
d. Kolaborasi pemberian antibiotic
e. Kaji adanya tanda-tanda infeksi
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai