Anda di halaman 1dari 44

Open Fracture

Rahadhi Putera Harahap 120100409


M. Nasir Nasution 120100341
Ayu Sri Astuti Sihotang 120100292
Getsy Daony Sitanggang 120100291
Fakhrur Razi 120100128
Umar Ar Rasyidin Lubis 120100130
Gracia Pricilia 120100172
TINJAUAN PUSTAKA
Fraktur Terbuka

 Fraktur terbuka : fraktur dimana terdapat hubungan


fragmen fraktur dengan dunia luar, baik ujung fragmen
fraktur tersebut yang menembus dari dalam hingga ke
permukaan kulit atau kulit dipermukaan yang
mengalami penetrasi suatu objek yang tajam dari luar
hingga kedalam.
 Fraktur terbuka sering timbul komplikasi berupa infeksi
berasal dari flora normal di kulit ataupun bakteri
pathogen khususnya bakteri gram (-).
Klasifikasi
Etiologi

 Fraktur terbuka disebabkan oleh energi tinggi trauma.


 Tingkat keparahan cidera fraktur terbuka berhubungan
langsung dengan lokasi dan besarnya gaya yang
mengenai tubuh.
Diagnosis

Anamnesis
 Biasanya penderita datang dengan suatu trauma
(traumatik, fraktur) diikuti dengan ketidakmampuan
untuk menggunakan anggota gerak.
 Pertimbangkan fraktur tidak selamanya terjadi di
daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah
lain.
Pemeriksaan fisik

Perhatikan adanya:
 Syok, anemia atau perdarahan.
 Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak,
sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam rongga
toraks, panggul dan abdomen.
 Fraktur predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.
Pemeriksaan lokal

Inspeksi (Look)
 Bandingkan dengan bagian yang sehat.
 Perhatikan posisi anggota gerak.
 Keadaan umum penderita secara keseluruhan.
 Ekspresi wajah karena nyeri.
 Lidah kering atau basah.
 Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan.
 Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup
atau fraktur terbuka.
 Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari.
 Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi dan kependekan.
 Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain.
 Perhatikan kondisi mental penderita.
 Keadaan vaskularisasi.
Pemeriksaan lokal
Palpasi (Feel)
 Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya
mengeluh sangat nyeri.
 Temperatur setempat yang meningkat.
 Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan
oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang.
 Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara
hati-hati.
 Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri
radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan
anggota gerak yang terkena.
 Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal
daerah trauma , temperatur kulit.
 Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui
adanya perbedaan panjang tungkai.
Pemeriksaan lokal

 Pergerakan (Move)
 Pergerakan dengan mengajak penderita untuk
menggerakkan secara aktif dan pasif sendi proksimal
dan distal dari daerah yang mengalami trauma.
 Pada pederita dengan fraktur, setiap gerakan akan
menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak
boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti
pembuluh darah dan saraf.
Pemeriksaan Neurologis

 Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf


secara sensoris dan motoris serta gradasi kelelahan
neurologis, yaitu neuropraksia, aksonotmesis atau
neurotmesis.
Pemeriksaan Radiologis

 Diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta


ekstensi fraktur.
 Gunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi
sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
Tatalaksana

 Prinsip penanganan fraktur terbuka :


 Semua fraktur terbuka dikelola secara emergensi.
 Lakukan penilaian awal akan adanya cedera lain yang
dapat mengancam jiwa.
 Pemberian antibiotik.
 Lakukan debridement dan irigasi luka.
 Lakukan stabilisasi fraktur.
 Pencegahan tetanus.
 Lakukan rehabilitasi ektremitas yang mengalami fraktur
 Perawatan lanjutan dan rehabilitasi fraktur terbuka :
 Hilangkan nyeri.
 Mendapatkan dan mempertahankan posisi yang memadai
dan flagmen patah tulang.
 Mengusahakan terjadinya union.
 Mengembalikan fungsi secara optimal dengan
mempertahankan fungsi otot dan sendi dan pencegahan
komplikasi.
 Mengembalikan fungsi secara maksimal dengan fisioterapi.
Tindakan Pembedahan

 Fiksasi Internal
 Selama operasi, fragmen tulang yang pertama
direposisi (dikurangi) ke posisi normal
kemudian diikat dengan sekrup khusus atau
dengan melampirkan pelat logam ke
permukaan luar tulang.
 Karena fraktur terbuka mungkin termasuk
kerusakan jaringan dan disertai dengan cedera
tambahan, mungkin diperlukan waktu sebelum
operasi fiksasi internal dapat dilakukan dengan
aman.
Tindakan Pembedahan

 Fiksasi Eksternal
 Fiksasi ini digunakan untuk menahan tulang tetap
dalam garis lurus.
 Pin atau sekrup ditempatkan ke dalam tulang yang
patah di atas dan di bawah tempat fraktur.
 Kemudian fragmen tulang direposisi.
 Pin atau sekrup dihubungkan ke sebuah lempengan
logam di luar kulit.
 Perangkat ini merupakan suatu kerangka stabilisasi
yang menyangga tulang dalam posisi yang tepat.
Luka Kompleks (Complex
Wounds)
Berdasarkan jumlah jaringan lunak yang hilang, luka-luka
kompleks dapat ditutupi dengan menggunakan metode yang
berbeda, yakni :
 Lokal Flap
 Jaringan otot dari ekstremitas yang terlibat diputar untuk
menutupi fraktur. Kemudian diambil sebagian kulit dari
daerah lain dari tubuh (graft) dan ditempatkan di atas luka.
 Free Flap
 Beberapa luka mungkin memerlukan transfer lengkap
jaringan. Jaringan ini sering diambil dari bagian punggung
atau perut. Prosedur free flap membutuhkan bantuan dari
seorang ahli bedah mikrovaskuler untuk memastikan
pembuluh darah terhubung dan sirkulasi tetap berjalan.
Komplikasi

 perdarahan, syok septik kematian


 septikemi, toksemia oleh karena infeksi piogenik
 tetanus
 gangren
 kekakuan sendi
 perdarahan sekunder
 osteomielitis kronik
 delayed union
STATUS PASIEN
Identitas Pasien

Nama : R
Umur : 63 Tahun (05/07/1954)
Jenis Kelmain : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Karya Ujung Kompleks
Helvetia, Medan
No RM : 72.74.71
Tgl Masuk RS : 1 Desember 2017
Anamnesis

Keluhan Utama : Luka robek pada kaki kanan


Riwayat Penyakit Sekarang
 Hal ini dialami pasien 3 jam sebelum masuk rumah sakit
dikarenakan kecelakaan lalu lintas. Kejadian ini dialami
pasien ketika sedang dibonceng sepeda motor,
kemudian ditabrak sepeda motor lain dari arah
berlawanan, sepeda motor tersebut menabrak bagian
kaki kanan pasien. Kemudian pasien terjatuh dari
sepeda motor. Kemudian pasien langsung dibawa ke IGD
RSUP H Adam Malik
 
Anamnesis

Pasien mengaku dalam kondisi tersadar saat terjatuh.


Pasien mengaku tidak sempat pingsan ataupun muntah.
Pasien juga tidak merasakan adanya mual, namun
mengeluhkan adanya pusing.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat jatuh : Disangkal
Riwayat kepala terbentur : Disangkal
Riwayat patah tulang : Disangkal
Riwayat trauma pada kaki : Disangkal
Riwayat operasi kaki : Disangkal
Riwayat Hipertensi: Disangkal
Riwayat Kencing manis: Disangkal
Riwayat Alergi Obat : Disangkal
Riwayat Alergi makanan : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Alergi Obat : Disangkal
Riwayat Alergi Makanan : Disangkal
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak kesakitan, dan merintih
Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4V5M6)

Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 98x/ menit
RR : 20x/ menit
Suhu : 36,7oC
Primary Survey

 A : Airway Clear, Snoring(-), Gargling (-),


Crowing(-), C Spine Control
 B : RR 20x/ menit, O2 2 Liter/Menit Via
nasal canule
 C : Akral Hangat, CRT <2”, Nadi 98x/menit,
TD 110/70
 D : AVPU (Alert)
 E : Undress, Log Roll, Cegah Hipotermi
SECONDARY SURVEY

 STATUS GENERALISATA
 Kepala : Dalam batas normal
 Leher : Dalam batas normal
 Dada : Dalam batas normal
 Abdomen : Dalam batas normal
 Ekstermitas : Luka Terbuka pada kaki kanan
STATUS LOKALISATA
 Ekstermitas Bawah kanan
  Regio Cruris
 PEMERIKSAAN FISIK
 LOOK : Swelling (+), Jejas (-), Deformity (-),
 FEEL : Pain (+), NVD (+), A. Dorsalis Pedis,
A. Tibialis Posterior
 MOVE : ROM dalam batas normal
 Regio Pedis
 PEMERIKSAAN FISIK
 LOOK : Swelling (-), Jejas (-), Deformity (-)
 FEEL : Pain (+)
 MOVE : ROM Dalam batas normal
Foto Klinis
Foto Klinis
Pemeriksaan Radiologi

Hasil X-Ray Genu AP/L kiri


 Tampak fraktur avulsi
1/3 proksimal os tibia
kanan disertai fraktur
inkomplit
 Tampak defek jaringan
lunak daerah genu kanan
 Tak tampak dislokasi
maupun penyempinan
celah sendi.
Pemeriksaan Radiologi

Hasil X-Ray Cruris kanan


AP/L
 Tampak fraktur avulsi
pada 1/3 proksimal os
tibia kanan disertai
fraktur komplit
 Tampak defek jaringan
lunak daerah genu kanan
Pemeriksaan Radiologi

Hasil X-Ray Pedis kanan


AP/Oblique
 Tak tampak fraktur
destruksi, lesi litik
maupun blastik
 Tak tampak dislokasi
maupun penyempitan
celah sendi
Diagnosis Kerja

Open (R) Tibia Fracture +


Lacerated Wound O/t (R)
Pedis
Terapi

 Pembidaian menggunakan tongkat tiga sisi yang


melewati 2 sendi untuk immobilisasi, untuk selanjutnya
dilakukan x-ray
 O2 2-4 l/menit Via nasal canul
 IVFD Ringer Lacatate
 Terapi awal : Analgesik kuat bisa menggunakan
ketorolak 30 mg IV single dose
 Rujuk Spesialis Bedah Ortopedi untuk tindakan
operatif Internal Fixation
DISKUSI
Teori Kasus
Definisi
Fraktur terbuka adalah fraktur dimana Pada pasien ditemukan luka terbuka
terdapat hubungan fragmen fraktur pada regio cruris kanan dengan adanya
dengan dunia luar, baik ujung fragmen bone expose
fraktur tersebut yang menembus dari
dalam hingga ke permukaan kulit atau
kulit dipermukaan yang mengalami
penetrasi suatu objek yang tajam dari
luar hingga kedalam
Etiologi
Fraktur terbuka disebabkan oleh energi Pasien mengalami Kecelakaan lalu lintas
tinggi trauma, paling sering dari pukulan saat naik sepeda motor, pasien di tabrak
langsung, seperti dari jatuh atau oleh sepeda motor lainnya dari arah
tabrakan kendaraan bermotor. Dapat yang berlawan, kaki kanan pasien
juga disebabkan oleh luka tembak, tertabrak sepeda motor tersebut,
maupun kecelakaan kerja. sehingga pasien terjatuh dari pasien.
Teori Kasus
Klasifikasi
Menurut Gustilo dan Anderson, fraktur Berdasarkan pemeriksaan fisik dan
terbuka dibagi menjadi 3 kelompok : fungsi, kasus ini terklasifikasi
  fraktur grade IIIB
Grade I
Grade II
Grade III
III A
III B
III C
Diagnosis
Diagnosis dilakukan tergantung pada Pasien datang dengan keluhan
kondisi pasien yang datang utama nyeri di lengan atas kiri dan
1. Anamnesis siku kiri, hal ini dialami 5 hari yang
Biasanya penderita datang dengan lalu, sebelum masuk rumah sakit.
suatu trauma (traumatik, fraktur) Pasien jatuh terpeleset di kamar
diikuti dengan ketidakmampuan mandi saat mandi. Pasien jatuh
untuk menggunakan anggota gerak. dengan posisi tangan kiri menahan
badan saat jatuh ke lantai.
Teori Kasus
2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, Pemeriksaan Lokal (Ekstremitas Atas
perlu diperhatikan adanya : Sinistra)
a. Syok, anemia atau perdarahan.
b. Kerusakan pada organ-organ lain, Look:
c. Fraktur predisposisi, misalnya Didapatkan luka terbuka regio cruris
pada fraktur patologis. kanan pasien dengan lebar 10cm
Ditemukan Bone Expose
Pembengkakan dijumpai
3. Pemeriksaan Lokal Deformitas Tidak di jumpai
Inspeksi (Look)  
Palpasi (Feel) Feel
Pergerakan (Move) Nyeri Tekan (+)
  NVD (+) A. Dorsalis Pedis, A. Tibialis
4.Pemeriksaan Neurologis Posterior,
  CRT <2 “
5. Pemeriksaan Radiologis
 Move
Pegerakan pasif dan aktif dalam batas
normal
Tidak ada keterbatasan bergerak
Teori Kasus
Tatalaksana
Prinsip penanganan fraktur terbuka :  Primary Survey
 O2 2-4 l/menit Via nasal canule
a. Semua fraktur terbuka dikelola secara
 IVFD Ringer Lactate
emergensi.  Ketorrolac 3o mg/ 8 jam
b. Lakukan penilaian awal akan adanya  Ceftriaxone 1 g/12 jam
cedera lain yang dapat mengancam jiwa.  Tetagam
 Pemasangan Bidai
c. Pemberian antibiotik.  Debridement
d. Lakukan debridement dan irigasi luka.
e. Lakukan stabilisasi fraktur.
f. Pencegahan tetanus.
g. Lakukan rehabilitasi ektremitas yang
mengalami fraktur
KESIMPULAN

R, perempuan, 63 tahun di diagnosis dengan Open (R) Tibia


Fracture + Lacerated wound O/t (R) pedis dan di
tatalaksana dengan O2 2-4l/menit via nasal canule, IVFD
Ringer Lactate, Ketorolac 30 mg/ 8 jam, Ceftriaxone 1 g/
12 jam, Tetagam, Pemasangan Bidai pada kaki kanan, dan
Debridement.

Anda mungkin juga menyukai