Anda di halaman 1dari 20

TENSION TYPE

HEADACHE (TTH)
R. Widya Nurul Imam
21401101054
Latar Belakang
■ Nyeri merupakan gejala dan masalah yang cukup sering ditemukan
dalam bidang neurologis. Di antara keluhan nyeri yang sering kali
dijumpai di klinik adalah nyeri kepala (Price,2014).
■ Tension Type Headache (TTH) mewakili 70 % dari seluruh nyeri kepala.
TTH juga dikenal dengan nama-nama sebagai berikut: muscle
contraction headache, psychomyogenic headache,stress headache,
essential headache, idiopathic headache dan psycogenic headache
(Harsono,2005).
■ Sekitar 93% laki-laki dan 99% perempuan pernah mengalami nyeri
kepala. Sekitar 78% orang dewasa pernah mengalami TTH setidaknya
sekali dalam hidupnya. Tension type headache perlu mendapatkan
perhatian khusus karena keluhan yang ada pada penyakit ini dapat
mengganggu aktivitas keseharian dari penderita.
Definisi
■ Berdasarkan International Headache Society (IHS) pengertian Tension
type headache (TTH) adalah nyeri kepala bilateral yang menekan
(pressing/ squeezing), mengikat, tidak berdenyut, tidak dipengaruhi
dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat ringan hingga
sedang, tidak disertai (atau minimal) mual dan/ atau muntah, serta
disertai fotofobia atau fonofobia.
Etiologi
■ Secara umum diklasifikasikan sebagai berikut:
■ Organik, seperti: tumor serebral, meningitis, hidrosefalus, dan sifi lis.
■ Gangguan fungsional, misalnya: lelah, bekerja tak kenal waktu,
anemia, gout, ketidaknormalan endokrin, obesitas, intoksikasi, dan
nyeri yang direfleksikan.

■ Pencetus TTH antara lain: kelaparan, dehidrasi, pekerjaan/ beban


yang terlalu berat (overexertion), perubahan pola tidur, caffeine
withdrawal, dan fluktuasi hormonal wanita (Anurogo,2014).
Patofisiologi
Manifestasi klinis
■ Nyeri tersebar secara difus, intensitas nyerinya mulai dari ringan sampai sedang.
■ Waktu berlangsungnya nyeri kepala selama 30 menit hingga 1 minggu penuh. Nyeri
timbul sesaat atau terus menerus.
■ Lokasi nyeri pada awalnya dirasakan pasien pada leher bagian belakang kemudian
menjalar ke kepala bagian belakang selanjutnya menjalar ke bagian depan. Selain
itu, nyeri ini juga dapat menjalar ke bahu.
■ Sifat nyeri kepala dirasakan seperti berat di kepala, pegal, rasa kencang pada daerah
bitemporal dan bioksipital, atau seperti diikat di sekeliling kepala. Nyeri kepalanya
tidak berdenyut.
■ Pada nyeri kepala ini tidak disertai mual ataupun muntah.
■ Pada TTH yang kronis biasanya merupakan manifestasi konflik psikologis yang
mendasarinya seperti kecemasan dan depresi.
Manifestasi
■ Berdasarkan PERDOSSI kriteria diagnosis TTH Episodik Infrekuen sebagai berikut:
A. Paling tidak terdapat 10 episode serangan dengan rata rata<1hr/bln (<12hr/thn), dan
memenuhi kriteria B-D.
B. Nyeri kepala berlangsung dari 30 menit sampai 7 hari.
C. Nyeri kepala paling tidak terdapat 2 gejala khas:
1. Lokasi bilateral.
2. Menekan/mengikat (tidak berdenyut).
3. Intensitasnya ringan atau sedang.
4. Tidak diperberat oleh aktivitas rutin seperti berjalan atau naik tangga.
D. Tidak didapatkan:
1.Mual atau muntah (bisa anoreksia).
2.Lebih dari satu keluhan: fotofobia atau fonofobia.
E. Tidak ada yang lebih sesuai dengan diagnosis lain dari ICHD-3.
■ Disebut sebagai nyeri kepala TTH Episodik frekuen bila terjadi sedikitnya 10 episode yang
timbul selama 1–14 hari/bulan selama paling tidak 3 bulan (12– 180 hari/tahun) atau TTH
kronik bila nyeri kepala timbul > 15 hari per bulan, berlangsung > 3 bulan (≥180 hari/tahun).
Pericranial tenderness
■ Terapi farmakologi (PERDOSSI,2016)
■ Pada serangan akut diberikan Analgetik:
■ 1. Aspirin 1000 mg/hari,
■ 2. Asetaminofen 1000 mg/hari,
■ 3. NSAIDs (Naproxen 660-750 mg/hari, Ketoprofen 25-50 mg/hari,
asam mefenamat, ibuprofen 800 mg/hari, diklofenak 50-100
mg/hari).
■ 4. Kafein (analgetik ajuvan) 65 mg.
■ 5. Kombinasi: 325 aspirin, asetaminofen + 40 mg kafein.
Terapi
■ Sedangkan pada tipe kronis, adalah dengan:
■ Antidepresan Jenis trisiklik: amytriptiline, sebagai obat terapeutik maupun sebagai
preventif tension-type headache (table 2).
■ Antiansietas Golongan benzodiazepin dan butalbutal sering dipakai. Kekurangan
obat ini bersifat adiktif, dan sulit dikontrol sehingga dapat memperburuk nyeri
kepalanya
Terapi Non farmakologi
■ Terapi Terapi nonfarmakologis pada tension-type headache pilihannya adalah:
■ 1. Kontrol diet
■ 2. Terapi fisik
■ 3. Behaviour treatment
■ 4. Massage
Anamnesa
■ Tanggal 5 april 2018 pasien memeriksakan diri ke poli saraf RSUD Kepanjen dan
dilakukan anamnesis pukul 08.30 WIB.
■ Sumber : Autoanamnesa
■ Identittas pasien
■ Nama : Tn.S
■ Usia : 60 tahun
■ Jenis kelamin : Laki-laki
■ Tempat tanggal lahir : Malang, 10 mei 1958
■ Pekerjaan : Swasta
■ Alamat : Dusun jegong RT 5 RW 2 Jambangan Dampit, Malang.
■ Agama : Islam
■ Tanggal kunjungan RS : 5 april 2018
■ Keluhan utama
■ Nyeri kepala
■ Riwayat penyakit sekarang
■ Nyeri kepala dirasakan pasien sejak 5 hari sebelum dating ke poli syaraf. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk-tusuk pada kepala bagian kiri.Nyeri dirasakan terus
menerus pada satu sisi kepala. Tidak ada muntah. Pasien juga tidak ada
mengeluhkan pandangan ganda ataupun fotophobia. Tidak ada gangguan pada
pendengaran, tidak ada telinga berdengung, tidak ada fonophobia.
■ Ketika nyeri kepala nya muncul pasien juga merasakan badannya lemas dan tidak
bisa beraktivitas. Pasien mengaku keluhan muncul jika pasien kelelahan ataupun
banyak pikiran. Menurut pengakuan pasien dalam 1 bulan ini pasien mengalami
keluhan serupa ±7 kali dan berkurang dengan mengkonsumsi obat penghilang
nyeri.
■ Life style
■ Merokok 1 pack dalam sehari
SOAP
Date Subyektif Obyektif Assesment Planning
05/04/ Nyeri kepala dirasakan pasien sejak 5 TD: 140/80 Wdx: Pemeriksaan :
2018 hari. Nyeri dirasakan seperti ditusuk- Tension Type Headache Darah lengkap
N: 80x/mnt
tusuk pada kepala bagian kiri. Nyeri episodic frekuen.
Kimia darah
RR: 17x/mnt
dirasakan terus menerus pada satu sisi Ddx:
Tax:36,5°C Radiologi
kepala. 1. Migren
Refleks fisiologi : Tx:
Muntah (-) dBN 2. Nyeri Kepala Cluster
Pandangan ganda (-) Fotophobia (-) 3. Nyeri kepala sekunder. Paracetamol 500mg
Refleks poatologis :
negative 4. Hipertensi Diazepam 1 ml

Meningeal sign : Amitriptilin 5 mg


negatif Kafein 65 mg
Diagnosa
■ Diagnosa klinis
■ Chepalgia akut

■ Diagnosa topis
■ Temporal

■ Diagnosa etiologis
■ Psikogenik (Stress)
– Diagnosa Tension Type Headache (TTH)
■ Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis, pasien diduga
mengalami Tension Type Headache (TTH) episodic frekuen. Hal ini berdasarkan kriteria
sedikitnya 10 episode yang timbul selama 1–14 hari/bulan selama paling tidak 3 bulan
(12– 180 hari/tahun) (PERDOSSI,2016).
– Tatalaksana
■ Berdasarkan PERDOSSI 2016 tatalaksana farmakologi yang diberikan pada Tn. S adalah
pemberian Paracetamol berfungsi sebagai analgesik.
■ Diazepam berfungsi sebagai obat penenang yang biasa digunakan untuk gangguan psikis.
Amitriptilin berfungsi sebagai obat antidepresan yang bermanfaat untuk mengatasi
mengatasi depresi. Obat ini membantu untuk memperbaiki suasana hati (mood) dan
meringankan kecemasan serta kafein mampu meningkatkan efek analgesik.
■ Tatalaksana yang diberikan pada Tn. S secara non farmakologi adalah terapi psikis
berfungsi agar pikiran pasien lebih tenang untuk menunjang penyembuhan serta massage
untuk melemaskan otot-otot yang tegang
■ Kesimpulan
■ Tension-type Headache (TTH) adalah nyeri kepala yang menekan, mengikat, tidak
berdenyut, tidak dipengaruhi dan tidak diperburuk oleh aktivitas fisik, bersifat
ringan hingga sedang, tidak disertai/minimal mual dan/atau muntah, serta disertai
fotofobia/ fonofobia. Etiologi TTH adalah multifaktorial. Diagnostik klinis ditegakkan
berdasarkan kriteria International Classification of Headache Disorders (ICHD).
Pemeriksaan fisik dapat menjumpai pericranial tenderness. Penatalaksanaan
meliputi farmakologis dan nonfarmakologis. Prognosis baik.
■ 5.2 Saran
■ Pada pasien dengan kecurigaan tension type headache (TTH) sebaiknya dilakukan
pemeriksaan pericranial tenderness
Daftar Pustaka

■ Anurogo, Dito.2014. Tension Type Headache. Neuroscience Department, Brain and


Circulation Institute of Indonesia (BCII) Surya University: Indonesia
■ Harsono. Buku ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Jakarta: Gajah Mada University Press; 2005
■ PERDOSSI,2016. Panduan Praktik Klinis Neurologi. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonsia.
■ Price, Sylvia A., Lorraine. M. Wilson.2015. PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai