Anda di halaman 1dari 69

Pemeriksaan Fisik Sistem Respirasi

pada dewasa

Dr. H.Irvan Medison,SpP


Pemeriksaan fisik
Prosedur pemeriksaan untuk memperoleh data mengenai
tubuh dan keadaan fisik pasien untuk membantu
menegakkan diagnosis atau kondisi pasien.

• Dengan pemeriksaan fisik didapatkan diagnosis


strukturil, kelainan susunan jaringan
– Pemeriksaan fisik tidak dapat menentukan penyebab
dari suatu kelainan fisik
– Contoh;
• Diagnosis tb paru tidak dapat ditegakkan hanya dari
pemeriksaan fisik saja.
Anatomi toraks dan sistem respirasi

• Tiga tempat di permukaan dada yang dapat


dijadikan patokan dalam pemeriksaan fisik paru

Agulus sterni
Bagian yang menonjol dari sternum merupakan
pertemuan manubrium sterni , sternum dan iga
2
Menghitung sela iga mudah dari sini
Vertebre C 7
Yang paling menonjol
Sela iga 7
Tepat di bawah ujung skapula.
Garis – garis Pedoman pada
Pemeriksaan Paru

• Garis pedoman dinding


dada depan

1. Garis mid sternal:


2. Para sternal
3. Garis
Prosesus midclavicularis
xipoideus

4. Aris axilaris anterior


5. Garis axilaris posterior
Manubrium sterni Insisura suprasternal

Sternum Angulus sterni


Linia mid sternal

Tulang Iga 2

Sela iga 2
Prosesus xipoideus Tulang rawan iga
2
Costocondral
junctions
Angulus costalis
Manubrium sterni Insisura suprasternal

Sternum Angulus sterni


Linia mid sternal
Linia sternalis

Tulang Iga 2

Sela iga 2
Prosesus xipoideus Tulang rawan iga
2
Costocondral
junctions
Angulus costalis
Manubrium sterni Insisura suprasternal

Sternum Angulus sterni


Linia mid sternal
Linia sternalis

Linia parasternal

Tulang Iga 2

Sela iga 2
Prosesus xipoideus Tulang rawan iga
2
Costocondral
junctions
Angulus costalis
Manubrium sterni Insisura suprasternal

Sternum Angulus sterni


Linia mid sternal
Linia sternalis

Linia parasternal

Linia mid clavicula

Tulang Iga 2

Sela iga 2
Prosesus xipoideus Tulang rawan iga
2
Costocondral
junctions
Angulus costalis
Manubrium sterni Insisura suprasternal

Sternum Angulus sterni


Linia mid sternal
Linia sternalis

Linia parasternal

Linia mid clavicula

Linia axilaris Tulang Iga 2


anterior
Sela iga 2
Prosesus xipoideus Tulang rawan iga
2
Costocondral
junctions
Angulus costalis
Bagian samping dan belakang

Linia axilaris

A P
M
Proyeksi paru pada dinding dada
Anatomi paru
Pembagian lobus paru Pembagian paru sampai segmen
Fisiologi pernapasan
 Fisiologi pernapasan
 Dada mengembang – difragma
bergerak ke distal -- rongga torak
membesar – paru elastis
mengikuti pengembang rongga
torak – tekanan dalam paru lebih
kecil – udara masuk ke dalam
paru
Pemeriksaan fisik paru didasarkan pada:
• Adanya udara di dalam alat pernapasan
• Terjadinya arus udara di dalam saluran
pernapasan
• Adanya saluran udara yang menghubungkan
udara luar dengan alveolus
• Lapisan-lapisan yang berfungsi sebagai
penghalang
Udara dalam alat pernapasan
Adanya udara ini memungkinkan
dilakukan pemeriksaan Perkusi 
menghasilkan resonasi bunyi
getaran udara, tergantung pada
jumlah udara yang ada dalam paru
• Hiper sonor  Emfisema
• Sonor  Normal
• Redup  infiltat / Atelektasis
• Pekak  masa / cairan
Arus udara dalam saluran napas
• Trakea ----- bising trakeal
• Dapat didengan di leher depan
• Bronkus utama -----bising bronkial
Arus udara • Dapat didengan diantra kedua skapula
dalam • Bronkiolus & alveoli bising vesikuler
saluran • Dapat didengar di ruang inter kostal
pernapasan
menimbulkan • Bunyi diatas disebut bunyi bising
bunyi napas pokok
• Intensitas bunyi napas tergantung pada
kecepatan aliran udara, diameter saluran napas
Saluran napas

Adanya gangguan pada saluran napas


menyebabkan ganguan terhadah arus
keluar masuk udara pada suara napas
Penyempitan saluran napas bawah pada
penyakit paru obstruktif seperti asma dan
PPOK dapat timbul bunyi bising yang
disebut “ wheezing atau mengi
Lapisan Penghalang
• Getaran suara
– di salurkan melalui trakea bronkus ,
• jaringan paru 
– pleura 
» dinding torak.

• Pada dinding dada,


• getaran suara dapat diperiksa dgn
– Palpasi --- sebagai fremitus
– Auskultasi --- sebagai suara napas
• Emfisema --- getaran suara melemah
• Pneumonia --- getaran suara jadi keras
Hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan
Pemeriksaan Komunikasi
 Perkenalkan diri anda secara
formal
 Jelaskan apa yang akan anda
lakukan
 Tempatkan pasien pada posisi
yang benar (lihat apakah nyaman)
 Usahakan paparan (exposure)
pasien yang benar
 Jangan timbulkan nyeri pada
pasien- tanyakan tentang nyeri
sebelum melakukan pemeriksaan
fisik
• Anamnesis
– Bertujuan untuk mendapatkan informasi sebanyak
banyaknya mengenai sisakit dan penyakitnya.
– Pertanyaan disusun secara sistematis
• Keluhan utama
• Keterangan tentang penyakit yang diderita
• Keadaan penyakit yang pernah diderita
• Keterang tentang keluarga
• Keterangan sosial , ekonomi, lingkungan
• Riwayat pengobatan
• Gejala yang sering pada sistem respirasi
adalah:
Batuk Nafas menciut
Batuk berdahak Nyeri dada
Batuk darah Stridor
Sesak napas

 5 proses patofisiologi yang menyebabkan gejala


utama tersebut :
 Cairan intra alviolar
 Konsolidasi jaringan karena inflamasi, tumor, infiltrat seluler
lainnya.
 Perobahan volume paru atau anatomi toraks
 Perobahan dinamika pernapasan atau aliran udara
Keluhan utama yang sering pada sistem
respirasi
• Batuk
– Reflek fisologis terhadap iritasi saluran napas
( laring – bronkiolus )
– Iritan dapat berupa ( gas/ asap, aspirasi
makanan atau cairan)
– Cairan bersama batuk dapat berupa
• Mukus --- bronkitis
• Pus ----- pneumonia
• Sputum
– Bahan yang dikeluarkan dari paru , bronkus atau trakea
melalui mulut
– Sifat sputum ( jumlah, warna , bau ) petunjuk penting
tetang sifat penyakit paru
• Sputum yang banyak --- bronkiektasis
• Sputum purulen --- infeksi
• Dll

• Batuk darah ( hemoptisis)


– Ekspektorasi darah atau bahan bercampur darah
– Jumlah bervariasi dari ringan – berat (hemoptisis masif
)
 Nyeri dada
 Dapat berasal dari :
 Dinding dada  Oesopagus
 Jantung &  Pleura
pembuluh darah
besar

 Paru tidak dapat merasaan nyeri , penyakit paru dapat


menyebabkan nyeri apabila melibat struktur lain
biasanya pleura.
 Nyeri pleura
 Nyeri tajam atau tertusuk tusuk , timbul akibat
iritasi membran serosa pleura.
 Nyeri timbul akibat gesekan permukaan kedua
pleura ( hilang nya fungsi pelumas )
 Sesak napas
 Napas yang sulit atau memerlukan tenaga ekstra.
 Usaha tubuh untuk mengatasi kekurang O2 atau
kelebihan CO2 dalam tubuh.
 Dapat disebabkan oleh
 Metabolik
 Hematologik
 Kardiak
 Pulmoner

 Napas menciut ( whizing ) dan stridor


 Whizing : bunyi menciut akibat penyempitan
saluran napas bawah
 Stridor : timbul akibat penyempitan
saluran napas atas ( trakea / laring)
Pemeriksaan fisik sistem respirasi
+ Anamesis
+ Pemeriksaan fisik
+ Pemeriksaan penunjang

Diagnosis
Pemeriksaan fisik sistem respirasi

Pemeriksaan fisik Paru:


1. Inspeksi
2. Palpasi
3. Perkusi
4. Auskultasi
Inspeksi

• Kelainan dari alat


pernapasan
Pemeriksaa • Kelaianan alat diluar alat
n yang pernapasan yang
mengganggu pernapasan
dilakukan • Kelainan paru
dengan menyebabkan gejala diluar
paru
pengama • Jari tabuh
• Sianosis
tan • Edema muka
• Bendungan vena leher ,
Inspeksi dapat dilakukan dalam 2 fase
• Melihat torak dalam keadaan statis
• Melihat torak dalam keadaan dinamis
Pemeriksaan inspeksi dada dalam keadaan statis

Yang diperhatikan pada infeksi statis


– Bentuk dada
– kesimetrisan
1. Normal 5. Barrel chest
2. Pegion chest ( dada 6. Skoliosis
burung) / fectus 7. Kiposis
carinatus 8. Unilateral flettening
3. Funnel chest / fuctus 9. Unilateral
excavatus prominence
4. Flet chest
Pemeriksaan dada dalam keadaan bergerak /
dinamis
• Frekwensi napas
– Normal 16-24 kali / menit
– Bradypneu/ olygopneu < 16 kali / menit
– Tachypneu / polypneu > 24 kali / menit
– Apneu henti napas/ tidak bernapas

• Pernapasan tidak teratur


– Pada kelainan otak
– Asidosis
– Nyeri waktu bernapas
Jenis pernapasan patologis
1. Dyspneu
– Keluhan rasa sesak. Seseorang merasakan bernapas;
pada; latihan, obesitas, sakit jantung, sakit paru,
anemia, dll
2. Orthopneu
– Sesak napas waktu posisi tidur , berkurang kalau posisi
duduk, pada; penyakit jantung
3. Pernapasan Kussmaul
– Pernapasan cepat dan dalam , pada; asidosis
1. Pernapasan Cheyne stokes
– Pernapasan periodik bergantian antara pernapasan
cepat dan apneu pada ; peningkatan tekanan
intrakaranial, penyakit ginjal
2. Pernapasan Biot’s
– Pernapasan tidak teratur, pada trauma kapitis, tumor
otak, meningoensepalitis
3. Pernapasan Asmatik
– Ekspirasi memanjang disertai wizing., pada ;Asma
brronkial, PPOK
Palpasi
• fremitus;
– Dengan menempelkan telapak dan jari jari tangan pada
dinding dada. Seperti punggung, kemudian pasien
disuruh mengucapkan kata kata seperti 77, dengan nada
yang sedang. Secara simetris dibadingkan getaran yang
timbul.
– Selain itu dengan palpasi dapat menentukan kelainan di
perifer seperti kondisi kulit ; basah / kering, adanya
demam, arah aliran vena dikulit pada vena yang
terbendung, tumor, pembesaran KGB, deviasi trakea
– Dapat menentukan kelainan di dalam, seperti meraba
ictus cordis, adanya thriil (getaran) pada kelainan katup
Lokasi palpasi bagian depan
Lokasi palpasi belakang
Penilaian Fremitus
Meningkat pada: Menurun pada
• Infiltrat • Penebalan pleura
• Compressive ate- • Efusi pleura
lektasis • Pneumothorak
• Cavitas paru • Emfisema paru
• Obstruksi bronkus
Perkusi

• Dengan pemeriksaan ketok/ perkusi menggetarkan


udara dalam paru
• Penilaian
– Sonor
– Hipersonor
– redup
– Pekak
Teknik perkusi
• Ketukan biasanya dilakukan dengan
jari tengah tangan kanan yang
dilengkungkan di sendi ke dua.
• Tangan digoyangkan dengan sendi
pergelangan tangan sebagai engsel.
• Ketokan dilakukan di atas bagian
yang keras, seperti; clavicula, tulang
iga, sternum
• Di atas bagian yang lunak dipakai
landasan ( fleximeter), biasanya
dipakai jari tengah tangan kiri yang
diletakkan di dinding dada tegak
lurus atau sejajar dengan iga.
Pemeriksaan perkusi dilakukan secara
sistematis.
• Mulai dengan melakukan perkusi dari atas
kebawah
• Badingkan antari kiri dan kanan
• Pemeriksaan dapat dimulai di dada bagian
depan kemudian belakang
• Tentukan batas organ yang berdekatan dengan
paru
Lokasi perkusi depan
Pemeriksaan batas jantung
– Batas kiri 1 jari medial LMCS, sela iga 5
• Caranya perkusi mulai dari axilaris anterior kiri
setinggi mamae
– Batas atas sela iga 3 para sternal kiri
• Caranya; perkusi di daerah parasternal mulai
dari sela iga satu
– Batas kanan tengah sternum
• Caranya perkusi mulai dari axilaris anterior
kanan setinggi mamae, menuju sternum
Batas paru hati
1. Ketok mulai dari mama kanan menuju ke distal, perobahan dari
sonor ke redup merupakan batas paru hati, kira kira sela iga 6
2. Batas ini berobah pada waktu inspirasi dan ekspirasi, disebut
dengan peranjakan., biasanya sekitar 2 jari .
3. Batas paru hati meninggi pada , efusi pleura, infiltrat di kanan.
4. Batas paru hati menurun
pada emfisema.
Batas paru lambung
1. Ketukan dilakukan di derah axilaris kiri
dari atas ke arah bawah
2. Tentukan daerah perobahan sonor menjadi
timpani, biasanya sela iga 8
• Lebar mediastinum
– Biasanya pekak karena tidak mengandung udara
– Tidak melewati sternum
– Pelebaran mediastinum dapat ditemukan pada :
• pembesaran aorta,
• vena cava superios,
• tumor
• Daerah supraklavikula
“ Ismus Cronig,” daerah dipuncak paru, seluas ± 3 jari
bisanya sonor
– Mengecil bila ada TB ( sebelum ada Ro toraks)
Pemeriksaan perkusi paru bagian belakang
• Lakukan pemeriksaan perkusi
dari puncak paru terus ke
bawah berbatasan dengan
diafragma
• Lakukan perkusi dengan
membandingkan kiri dan kanan
• Batas paru belakang setinggi
vertebre torakal X- IX
Pemeriksaan pergerakan diafragma
 Suruh pasien ekspirasi dan tahan
napas
 Lakukan perkusi dari ujung skapula
ke arah distal sampai ketokkan
sonor jadi redup , tandai daerah tsb
 Suruh pasien inspirasi dan tahan
napas lanjutkan perkusi ke distal
sampai bunyi redup
 Daerah redup merupakan
perbatasan paru dengan diafragma.
Ukur perobahan tsb
Auskultasi

• Dapat dilakukan secara langsung dengan


telinga dan secara tak langsung
menggunakan alat bantu ( stetoskop)
• Dua tipe stetoskop:
– Tipe bell untuk nada rendah
– Tipe membran untuk nada tinggi
Lokasi auskultasi depan
Bunyi napas Pokok

• Bunyi napas pokok :


– Vesikuler
– Bronkial
– Bronkovesikuler
– trakeal
• Vesikuler
– Relatif lembut , nada rendah ,hampir tak terdengar.
Seperti bunyi ff…
– Didengar di bagian perifer paru
– Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi
perbanding ( I : E = 3:1)
– Inspirasi lebih keras dari ekspirasi
• Bronkial
– Bersifat keras, nada tinggi, kasar seperti
seperti bunyi kh…..
– Ekspirasi lebih keras dan lebih panjang dari
inspirasi ( I : E = 2:3)
– Normal dapat didengar di atas manubrium sterni
• Bronkovesikuler
– Bunyi campuran antar vesikuler dengan bronkial
– Rasio inpirasi dan ekspirasi sama ( 1 : 1)
– Normal dapat didengar di daerah bronkus utama
di sela iga I & II kiri dan kanan, dan di daerah
antara skapula ( belakang)
• Trakeal
– Bunyi sangat keras , nada tinggi sekali dan besar
– Ekspirasi lebih panjang dari inspirasi , lebih
mirip suara bronkial
– Dapat didengar di daerah trakea
– Bunyi ini tidak rutin diperiksa.
Lokasi pemeriksaan suara napas pokok yg bisa
didengar secara normal

bronkovesikuler

vesikuler
Bunyi napas abnormal
Pada umumnya bunyi napas abnormal dapat digolongkan pada
1. Bunyi napas pokok yang mengalami hantaran abnormal yaitu;bronkofoni, egofoni,
pectoriloguy , bunyi amforik dan bunyi melemah)
2. Bunyi napas tambahan yaitu; ronkhi basah (crackles) dan ronkhi kering (ronchus),
bising mengi (wheezing) dan bunyi gesekan pleura ( pleural frection)
3. Bunyi lain ; succio hyppocrates
– Bunyi berasal dari kelainan paru
• Kontinue
– ronki kering
– Wizing ( mengi)
• Egofoni
– Bunyi napas tambahan
• Obstruksi
– Wizing, stridor dan ronki kering
• Bunyi cairan
– Ronki basah ( cairan intra alvioler,
Bunyi napas pokok yang mengalami hantaran
abnormal

1. Bronkofoni
 Vokal sound ( suara biasa) didengar pada lapangan paru
terdengar kurang keras, kurang jelas dan jauh.
 Apabila terdengar lebih keras, pada pangkal telinga
pemeriksa disebut bronkofoni positif ;
 Biasanya pada infiltrat, atelektasis kompresif
2. Egofoni
 Bronkofoni yang terdengar nasal, biasanya oleh karena
atelektasis kompresif akibat efusi pleura.
 Didengar pada perbatasan cairan dan parenkim paru
3. Whisper pectoriloquy
– Terdengarnya bunyi bisikan bronkial pada bisikan di
daerah yang dalam keadaan normal tidak terdengar
bunyi jika berbisik. Ini menunjukan adanya konsolidasi
4. Bunyi Amporik
– Bunyi seperti meniup di depan mulut botol kosong
– Dapat dijumpai pada kavitas yang besar yang
berhubungan bronkus.
Bunyi napas tambahan

• Berasal dari paru


– Diskotinue ( ronkhi basah)
• Kasar
• Halus
– Kontinue
• Ronkhi kering
• Whizing
• Berasal dari pleura
– Gesekan pleura ( pleural friction)
– Succio Hipokrates
Bunyi tambahan berasal dari paru
1. Ronkhi basah ( crackles)
Akibat adanya eksudat/ cairan dalam bronkiolus atau alvioli
bisa juga bronkus atau tarakea
Bunyi pedek terputut putus
Bersifat kasar atau halus
Nyaring tidak nyaring
Terjadi pada inspirasi dan ekspirasi atau keduany

Ronkhi basah halus


nyaring – infiltrat paru (pneumonia)
tak nyaring --bendungan paru
Ronkhi basah kasar -- cairan di bronkus besar/ trakea
Mekanisme terjadinya ronkhi basah (crackles)
• Crackles timbul akibat adanya cairan di bronkus besar dan
dapat juga disebabkan oleh membukanya saluran napas
kecil dan alvioli secara bersamaan .
• Crackles pada awal inspirasi : dapat terdengar pada
asma , emfisema, bronkitis kronis. Terutama terjadi pada
obstruksi jalan napas, tidak hilang dengan batuk, timbul di
bronkus besar / proksimal
– Pada Bronkiektasis
• ronkhi basah nyaring kasar
• Pada awal dan tengah inspirasi
• Crackles pada akhir inspirasi : biasanya
ditemukan pada pneumunitis intersistialis atau
fibrosis, asbestosis atau pneumonia
• Crackles pada akhir ekspirasi :
terutama pada obstruksi saluran napas, pada
bronkus kecil atau perifer, tidak hilang dgn batuk
2. Renki kering ( rhonchus) ( bising suitan)
– yaitu bunyi yang kontinue akibat aliran udara melalui
bronkus atau bronkiolus yang menyempit karena sekret
kental
– Tergantung diameter bronkus yang ada kelainan bising
dibagi kecil sedang dan besar
– Terdengar pada fase inspirasi kadang pada fase eksiprasi
– Dapat berobah setelah batuk, kadang terputus putus
“Berbeda dengan Wheezing”
 Bising mengi ( Wheezing)
 Bunyi terjadi akibat penyempitan menyeluruh bronkus atau
bronkiolus akibat bronkospasme
 Terdengar sebagai bunyi suitan, namun didegar sepanjang
ekspirasi, ekspirasi dilakukan dengan tekanan .
 tidak hilang dengan batuk, malah bertambah keras
 Mengi adalah tanda penting pada penyakit asma dan
PPOK
Bunyi tambahan berasal dari luar paru (pleura)

1. Succio hyppocrates
 Bunyi yang dapat di dengar pada penderita
hiropneumotoraks sewaktu badangnya digoncang –
goncang pada penderita
 Bunyi seperti menguncang botol yang tidak penuh terisi air .
2. Pleural friction rub
 Suara yang berasal dari gesekan permukaanan pleura yang
tidak rata.
 Suara seperti bunyi gesekan jari telujuk dengan ibu jari
didekat telinga
3. Krepitasi pada emfisema subkutis
– Suara krik-krik halus , seperti bunyi meremas biskuit
mari didekat telinga
– Ditemukan pada emfisema sub kutis , dapat sebagi
komplikasi dari pneumotorak
Ringkasan
– Posisi trakea
– Pemeriksaan statis dan kesimetrisan dada
– Pemeriksaan dinamis pergerakan inspiras dan ekspirasi
– Pemakaian otot napas tambahan, berbicara

– Gerakan trakea
– Anatomi torak
– Fremitus taktil
– Perkusi ; hipersonor, sonor , redup dan pekak
– Dibagian depan ; batas paru hati, jantung dan lambung
– Di bagian belakang ; paru, batas difragma, peranjakan
difragma
– Cari bunyi perkusi yang abnormal

– Dilakukan diseluruh lapangan paru


– Bunyi normal; bronkial, bronkovesikuler dan vesikuler
Bunyi napas abnormal
Pada umumnya bunyi napas abnormal dapat digolongkan pada
1. Bunyi napas pokok yang mengalami hantaran abnormal yaitu; (bronkofoni,
egofoni, pectariloguy, bunyi amforik dan bunyi melemah)
2. Bunyi napas tambahan yaitu;
Ronkhi basah (crackles) dan Ronkhi kering (ronchus), bising mengi
(wheezing) dan bunyi gesekan pleura ( pleural frection)
3. Bunyi lain ; succio hyppocrates, krepitasi
– Bunyi berasal dari kelainan paru
• Kontinue
– ronki kering
– Wizing ( mengi)
• Egofoni
– Bunyi napas tambahan
• Obstruksi
– Wizing, stridor dan ronki kering
• Bunyi cairan
– Ronki basah ( cairan intra alvioler,

Anda mungkin juga menyukai