Anda di halaman 1dari 24

PEMBIMBING

dr. Dewi Suriany A, Sp.KJ


Stres merupakan istilah yang membingungkan karena adanya
pendapat pendapat yang sangat beranekaragam. Dalam arti umum
stres merupakan pola reaksi serta adaptasi umum, dalam arti pola
reaksi menghadapi stresor, yang dapat berasal dari dalam maupun
luar individu yang bersangkutan, dapat nyata maupun tidak nyata
sifatnya. Stres sendiri dapat berbentuk bermacam-macam
tergantung dan ciri-ciri individu yang bersangkutan, kemampuan
untuk menghadapi (coping skills) dan sifat stresor yang
dihadapinya.
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial
berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak
dapatdihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi
individu,keluarga atau komunitas terhadap stress.Ada banyak bentuk
adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkanhomeostasis fisiologis.
Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupadalam dimensi
psikososial dan dimensi lainnya.
 Mekanisme Terjadinya Stres
Stressor akan mengaktifkan hipotalamus, selanjutnya
hipotalamus akan mengendalikan sistem saraf simpatis dan
sistem korteks adrenal. Sistem saraf akan mengaktivasi
berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah
pengendaliannya contohnya, ia akan meningkatkan kecepatan
denyut jantung serta dilatasi pupil. Selanjutnya sistem saraf
simpatis juga akan memberi sinyal ke medulla adrenal untuk
melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Selain
itu hipotalamus akan mensekresi ACTH yang akan merangsang
korteks adrenal untuk menstimulasi sekelompok hormon,
contohnya kortisol yang akan mempengaruhi regulasi gula
darah. Sekresi ACTH juga akan memberi sinyal ke kelenjar
endokrin lain untuk melepaskan beberapa hormon, sehingga
efek kombinasi berbagai hormon stres tersebut akan di bawa
melalui aliran darah serta peran dari aktivasi neural cabang
simpatik dari sistem saraf otonomik yang berperan dalam fight
or flight respon.
 a) Lingkungan
 1) Sikap lingkungan, lingkungan memiliki nilai
negatif dan positif terhadap prilaku masing-
masing individu sesuai pemahaman kelompok
dalam masyarakat tersebut. Tuntutan inilah yang
dapat membuat individu tersebut harus selalu
berlaku positif sesuai dengan pandangan
masyarakat di lingkungan tersebut.
 2) Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti
tuntutan yang sesuai dengan keinginan orang
tua untuk memilih jurusan saat akan kuliah,
perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang
dengan keinginannya dan menimbulkan tekanan
pada individu tersebut.
b) Diri sendiri, terdiri dari
1) Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap
keinginan yang ingin dicapai
2) Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu
untuk terus-menerus menyerap sesuatu yang
diinginkan sesuai denganperkembangan
c) Pikiran
 1) Berkaitan dengan penilaian individu terhadap
lingkungan dan pengaruhnya pada diri dan
persepsinya terhadap lingkungan.
 2) Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara
penyesuaian yang biasa dilakukan oleh individu yang
bersangkutan.
 Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang
terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang
terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
 Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-
obatan, zat beracun, hormone, atau gas. Stres
mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau
parasit yang menimbulkan penyakit.
 Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi
jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan
fungsi tubuh tidak normal.Stres proses pertumbuhan dan
perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada masa bayi hingga tua
 Gejala fisik: sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, rasa
lemah, gangguan pencernaan, rasa mual atau muntah-
muntah, sakit perut, nafsu makan hilang atau selalu ingin
makan, jantung berdebar-debar, sering buang air kecil,
tekanan darah tinggi, tidak dapat tidur atau tidur
berlebihan, berkeringat secara berlebihan, dan sejumlah
gejala lain.
 Gejala emosional: mudah tersinggung, gelisah terhadap
hal-hal kecil, suasana hati berubah-ubah, mimpi buruk,
khawatir, panik, sering menangis, merasa tidak berdaya,
perasaan kehilangan kontrol, muncul pikiran untuk bunuh
diri, pikiran yang kacau, ketidakmampuan membuat
keputusan, dan sebagainya.
 Gejala perilaku: merokok, memakai obat-obatan atau
mengkonsumsi alkohol secara berlebihan, berjalan
mondar-mandir, kehilangan ketertarikan pada
penampilan fisik, menarik atau memutar-mutar rambut,
perilaku sosial berubah secara tiba-tiba, dan lainnya.
Stres tingkat 1
Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan
dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai
berikut:
1. Semangat besar.
2. Penglihatan tajam tidak sebagaimana mestinya.
3. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan
menyelesaikan masalah pekerjaan lebih dari biasanya.
Stres tingkat 2
Dalam tingkatan ini dampak stres yang menyenangkan mulai
menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan
cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan
yang sering dikemukakan sebagai berikut:
1. Merasa letih ketika bangun pagi.
2. Merasa lelah sesudah makan siang.
3. Merasa lelah sepanjang sore.
4. Terkadang gangguan sistem pencernaan (gangguan usus,
perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar.
5. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk
(belakang leher).
6. Perasaan tidak bisa santai.

Stres tingkat 3
Pada tingkatan ini keluhan keletihan nampak disertai
dengan gejalagejala:
1. Gangguan usus lebih terasa.
2. Otot terasa lebih tegang.
3. Perasaan tegang yang semakin meningkat.
4. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun dan
sukar tidur kembali, atau bangun pagi-pagi).
5. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak
sampai jatuh).
 Stres tingkat 4
Tingkatan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih
buruk, yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sulit.
2. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini
terasasulit.
3. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi,
pergaulan social dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa
berat.
4. Tidur semakain sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan
seringkali terbangun dini hari.
5. Perasaan negativistik.
6. Kemampuan konsentrasi menurun tajam.
7. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan.
 Stres tingkat 5
Tingkat ini merupakan keadan yang lebih mendalam
dari tingkatan empat diatas:
1. Keletihan yang mendalam.
2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa
kurang mampu.
3. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus)
lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses
encer dan sering ke belakang (kamar mandi).
 Stres tingkat 6
Tingkatan ini merupakan tingkatan puncak yang
merupakan keadaan darurat. Gejalanya antara lain:
1. Debaran jantung terasa amat keras.
2. Nafas sesak.
3. Badan gemetar.
4. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa
lagi, pingsan atau collap.21
 Pengobatan stres
Untuk mengurangi stress yang muncul dalam diri
setiap individu, yang pertama dan utama adalah mengetahui
penyebab timbulnya stress. Dengan mengetahui
penyebabnya, akan mempermudah dalam menentukan cara
mengurangi mstress yang muncul pada diri individu.
Beberapa cara untuk mengurangi stress antara lain melalui
pola makan yang sehat dan bergisi, memelihara kebugaran
jasmani, latihan pernapasan,latihan relaksasi, melakukan
aktivitas yang menggembirakan, berlibur, menjalin
hubungan yang harmonis, menghindari kebiasaan yang
jelek, merencanakan kegiatan harian secara rutin,
memelihara tanaman dan binatang, meluangkan waktu
untuk diri sendiri (keluarga),menghindari diri dalam
kesendirian.
Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik,
perkembangan, emosional,intelektual, sosial dan
spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi
ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klien
terhadap stress, harus mempertimbangkan kondisi
individu secara menyeluruh. Dimensi adaptasi terdiri
dari:
1. Adaptasi fisiologis
2. Adaptasi psikologis
3. Adaptasi perkembangan
4. Adaptasi sosial budaya
5. Adaptasi spritual
Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih
mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau
diukur. Namun demikian, indikator ini tidak selalu
teramati sepanjang waktu pada semua klien yang
mengalami stress, dan indikator tersebut bervariasi
menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan
klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk
beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul
sepanjang tahap stress.
Indikator fisiologis stress, yaitu kenaikan tekanan
darah, peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung,
peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan,
telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin,
postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala.
Indikator psikologi dan perilaku stress :
 Ansietas
 Depresi Kepenatan
 Peningkatan penggunaan bahan kimia
 Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas.
 Kelelahan mental
 Perasaan tidak adekuat
 Kehilangan harga diri
 Peningkatan kepekaan
 Kehilangan motivasi.
 Ledakan emosional dan menangis.
 Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan.
 Mudah lupa dan pikiran buntu
 Kehilangan minat.
 Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di
rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan
empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang
sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif
yang sehat.
 Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa
kecukupan. Mereka mulai mnyadari bahwa akumulasi
pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat
membantu mereka mencapai tujuan ,dan harga diri
berkembang melalui hubungan berteman dan saling
berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan
oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk
mengembangkan hubungan berteman.
 Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang
kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima
oleh teman sebaya. Remajadengan sistem pendukung
sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan
kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor,
tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering
menunjukkan peningkatan masalah psikososial.
 Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman
masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik
dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan
keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan
realitas
 Usia setengah baya biasanya terlibat dalam
membangun keluarga,menciptakan kasrier yang stabil
dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka
biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada
beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan,
anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka.
Namun demikian dapat timbul stress, jika mereka
merasa terlalu banyak tanggung jawab yang
membebani mereka.
 Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap
perubahandalam keluarga dan kemungkinan terhadap
kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia
dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap
perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis.
Perubahan besar dalam kehidupan seperti memasuki
masa pension juga menegangkan.
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam
dimensi social mencakup penggalian bersama klien
tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial
yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan
efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga
secara keseluruhan.
Orang menggunakan sumber spiritual untuk
mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi stress
dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual.
Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada
Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor
sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau
kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu
makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan
depresi.

Anda mungkin juga menyukai