Stres merupakan istilah yang membingungkan karena adanya pendapat pendapat yang sangat beranekaragam. Dalam arti umum stres merupakan pola reaksi serta adaptasi umum, dalam arti pola reaksi menghadapi stresor, yang dapat berasal dari dalam maupun luar individu yang bersangkutan, dapat nyata maupun tidak nyata sifatnya. Stres sendiri dapat berbentuk bermacam-macam tergantung dan ciri-ciri individu yang bersangkutan, kemampuan untuk menghadapi (coping skills) dan sifat stresor yang dihadapinya. Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapatdihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu,keluarga atau komunitas terhadap stress.Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkanhomeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupadalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Mekanisme Terjadinya Stres Stressor akan mengaktifkan hipotalamus, selanjutnya hipotalamus akan mengendalikan sistem saraf simpatis dan sistem korteks adrenal. Sistem saraf akan mengaktivasi berbagai organ dan otot polos yang berada di bawah pengendaliannya contohnya, ia akan meningkatkan kecepatan denyut jantung serta dilatasi pupil. Selanjutnya sistem saraf simpatis juga akan memberi sinyal ke medulla adrenal untuk melepaskan epinefrin dan norepinefrin ke aliran darah. Selain itu hipotalamus akan mensekresi ACTH yang akan merangsang korteks adrenal untuk menstimulasi sekelompok hormon, contohnya kortisol yang akan mempengaruhi regulasi gula darah. Sekresi ACTH juga akan memberi sinyal ke kelenjar endokrin lain untuk melepaskan beberapa hormon, sehingga efek kombinasi berbagai hormon stres tersebut akan di bawa melalui aliran darah serta peran dari aktivasi neural cabang simpatik dari sistem saraf otonomik yang berperan dalam fight or flight respon. a) Lingkungan 1) Sikap lingkungan, lingkungan memiliki nilai negatif dan positif terhadap prilaku masing- masing individu sesuai pemahaman kelompok dalam masyarakat tersebut. Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut harus selalu berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat di lingkungan tersebut. 2) Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang sesuai dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat akan kuliah, perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang dengan keinginannya dan menimbulkan tekanan pada individu tersebut. b) Diri sendiri, terdiri dari 1) Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang ingin dicapai 2) Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai denganperkembangan c) Pikiran 1) Berkaitan dengan penilaian individu terhadap lingkungan dan pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap lingkungan. 2) Berkaitan dengan cara penilaian diri tentang cara penyesuaian yang biasa dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik. Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat- obatan, zat beracun, hormone, atau gas. Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit. Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga tua Gejala fisik: sakit kepala, nyeri otot, sakit punggung, rasa lemah, gangguan pencernaan, rasa mual atau muntah- muntah, sakit perut, nafsu makan hilang atau selalu ingin makan, jantung berdebar-debar, sering buang air kecil, tekanan darah tinggi, tidak dapat tidur atau tidur berlebihan, berkeringat secara berlebihan, dan sejumlah gejala lain. Gejala emosional: mudah tersinggung, gelisah terhadap hal-hal kecil, suasana hati berubah-ubah, mimpi buruk, khawatir, panik, sering menangis, merasa tidak berdaya, perasaan kehilangan kontrol, muncul pikiran untuk bunuh diri, pikiran yang kacau, ketidakmampuan membuat keputusan, dan sebagainya. Gejala perilaku: merokok, memakai obat-obatan atau mengkonsumsi alkohol secara berlebihan, berjalan mondar-mandir, kehilangan ketertarikan pada penampilan fisik, menarik atau memutar-mutar rambut, perilaku sosial berubah secara tiba-tiba, dan lainnya. Stres tingkat 1 Tahapan ini merupakan tingkat stres yang paling ringan dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut: 1. Semangat besar. 2. Penglihatan tajam tidak sebagaimana mestinya. 3. Energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan masalah pekerjaan lebih dari biasanya. Stres tingkat 2 Dalam tingkatan ini dampak stres yang menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan dikarenakan cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari. Keluhan yang sering dikemukakan sebagai berikut: 1. Merasa letih ketika bangun pagi. 2. Merasa lelah sesudah makan siang. 3. Merasa lelah sepanjang sore. 4. Terkadang gangguan sistem pencernaan (gangguan usus, perut kembung), kadang-kadang pula jantung berdebar. 5. Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher). 6. Perasaan tidak bisa santai. Stres tingkat 3 Pada tingkatan ini keluhan keletihan nampak disertai dengan gejalagejala: 1. Gangguan usus lebih terasa. 2. Otot terasa lebih tegang. 3. Perasaan tegang yang semakin meningkat. 4. Gangguan tidur (sukar tidur, sering terbangun dan sukar tidur kembali, atau bangun pagi-pagi). 5. Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh). Stres tingkat 4 Tingkatan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk, yang ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut: 1. Untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sulit. 2. Kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasasulit. 3. Kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi, pergaulan social dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat. 4. Tidur semakain sukar, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali terbangun dini hari. 5. Perasaan negativistik. 6. Kemampuan konsentrasi menurun tajam. 7. Perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan. Stres tingkat 5 Tingkat ini merupakan keadan yang lebih mendalam dari tingkatan empat diatas: 1. Keletihan yang mendalam. 2. Untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu. 3. Gangguan sistem pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sukar buang air besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang (kamar mandi). Stres tingkat 6 Tingkatan ini merupakan tingkatan puncak yang merupakan keadaan darurat. Gejalanya antara lain: 1. Debaran jantung terasa amat keras. 2. Nafas sesak. 3. Badan gemetar. 4. Tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun tidak kuasa lagi, pingsan atau collap.21 Pengobatan stres Untuk mengurangi stress yang muncul dalam diri setiap individu, yang pertama dan utama adalah mengetahui penyebab timbulnya stress. Dengan mengetahui penyebabnya, akan mempermudah dalam menentukan cara mengurangi mstress yang muncul pada diri individu. Beberapa cara untuk mengurangi stress antara lain melalui pola makan yang sehat dan bergisi, memelihara kebugaran jasmani, latihan pernapasan,latihan relaksasi, melakukan aktivitas yang menggembirakan, berlibur, menjalin hubungan yang harmonis, menghindari kebiasaan yang jelek, merencanakan kegiatan harian secara rutin, memelihara tanaman dan binatang, meluangkan waktu untuk diri sendiri (keluarga),menghindari diri dalam kesendirian. Stres dapat mempengaruhi dimensi fisik, perkembangan, emosional,intelektual, sosial dan spiritual. Sumber adaptif terdapat dalam setiap dimensi ini. Oleh karenanya, ketika mengkaji adaptasi klien terhadap stress, harus mempertimbangkan kondisi individu secara menyeluruh. Dimensi adaptasi terdiri dari: 1. Adaptasi fisiologis 2. Adaptasi psikologis 3. Adaptasi perkembangan 4. Adaptasi sosial budaya 5. Adaptasi spritual Indikator fisiologis dari stress adalah objektif, lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indikator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indikator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat aberkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress. Indikator fisiologis stress, yaitu kenaikan tekanan darah, peningkatan ketegangan di leher, bahu, punggung, peningkatan denyut nadi dan frekwensi pernapasan, telapak tangan berkeringat, tangan dan kaki dingin, postur tubuh yang tidak tegap, keletihan, sakit kepala. Indikator psikologi dan perilaku stress : Ansietas Depresi Kepenatan Peningkatan penggunaan bahan kimia Perubahan dalam kebiasaan makan, tidur, dan pola aktivitas. Kelelahan mental Perasaan tidak adekuat Kehilangan harga diri Peningkatan kepekaan Kehilangan motivasi. Ledakan emosional dan menangis. Penurunan produktivitas dan kualitas kinerja pekerjaan. Mudah lupa dan pikiran buntu Kehilangan minat. Bayi atau anak kecil umumnya menghadapi stressor di rumah . Jika diasuh dalam lingkungan yang responsive dan empati, mereka mampu mengembangkan harga diri yang sehat dan pada akhirnya belajar respons koping adaptif yang sehat. Anak-anak usia sekolah biasanya mengembangkan rasa kecukupan. Mereka mulai mnyadari bahwa akumulasi pengetahuan dan penguasaan keterampilan dapat membantu mereka mencapai tujuan ,dan harga diri berkembang melalui hubungan berteman dan saling berbagi di antara teman. Pada tahap ini, stress ditunjukkan oleh ketidakmampuann atau ketidakinginan untuk mengembangkan hubungan berteman. Remaja biasanya mengembangkan rasa identitas yang kuat tetapi pada waktu yang bersamaan perlu diterima oleh teman sebaya. Remajadengan sistem pendukung sosial yang kuat menunjukkan suatu peningkatan kemampuan untuk menyesuaikan diri terhadap stressor, tetapi remaja tanpa sistem pendukung sosial sering menunjukkan peningkatan masalah psikososial. Dewasa muda berada dalam transisi dari pengalaman masa remaja ke tanggung jawab orang dewasa. Konflik dapat berkembang antara tanggung jawab pekerjaan dan keluarga. Stresor mencakup konflik antara harapan dan realitas Usia setengah baya biasanya terlibat dalam membangun keluarga,menciptakan kasrier yang stabil dan kemungkinan merawat orang tua mereka. Mereka biasanya dapat mengontrol keinginan dan pada beberapa kasus menggantikan kebutuhan pasangan, anak-anak, atau orang tua dari kebutuhan mereka. Namun demikian dapat timbul stress, jika mereka merasa terlalu banyak tanggung jawab yang membebani mereka. Usia lansia biasanya menghadapi adaptasi terhadap perubahandalam keluarga dan kemungkinan terhadap kematian dari pasangan atau teman hidup. Usia dewasa tua juga harus menyesuaikan terhadap perubahan penampilan fisik dan fungsi fisiologis. Perubahan besar dalam kehidupan seperti memasuki masa pension juga menegangkan. Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi social mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan. Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi.