Anda di halaman 1dari 26

Menulis Karya Ilmiah

Tjak Basori
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya
PENDAHULUAN (1)

1. Menulis itu mudah, terutama bagi yang mau menulis


2. Jadi, syarat pertama untuk bisa menulis dan menjadi penulis
adalah kemauan
3. Jika kemauan belum muncul, padahal tuntutan menghasilkan
karya tulis terus menghantui kita, kita harus memotivasi diri
4. Jadi, syarat kedua untuk jadi penulis adalah kemampuan
memotivasi diri sendiri
5. Bagaimana cara memotivasi diri sendiri?
6. Tergantung diri sendiri, tetapi keinginan-keinginan tertentu sering
manjur untuk maksud itu
7. Misalnya, karena ingin cepat selesai kuliah, terkenal, membuat
tulisan karena masalah seperti itu belum ditulis orang, menanggapi
tulisan, pendapat, atau mereaksi suatu keadaan, menambah
penghasilan, dll.
LULUS
TERKENAL
MATERI
(PENGHASILAN)
PENDAHULUAN(2)
1. Lazimnya, orang mempunyai kemauan dan termotivasi karena
memiliki pengetahuan dan kemampuan
2. Pengetahuan dan kemampuan adalah syarat berikutnya untuk
menjadi penulis
3. Tetapi, jika kita telah mempunyai kemauan dan motivasi,
pengetahuan dan kemampuan lebih mudah untuk dikembangakan
4. Pengetahuan dan kemampuan berkaitan dengan isi tulisan, apa yang
diuraikan dalam karya tulis
5. Namun, ia juga berkaitan dengan cara mengungkapnya
6. Yang terakhir itu berkaitan dengan kemampuan membahasakan apa
yang diungkapakan dan format penulisan
Jadi, pada intinya, untuk menjadi penulis atau menghasilkan karya
tulis orang harus memiliki kemauan, motivasi, pengetahuan, dan
kemampuan
KEMAUAN
MOTIVASI
PENGETAHUAN
KEMAMPUAN
PENDAHULUAN(3)
1. Pengetahuan dan kemampuan terkait dengan cara
mengungkapkan gagasan: aspek bahasa
2. Kemampuan mengungkapkan ide dalam bahasa yang benar dan
komunikatif adalah kunci keberhasilan seeseorang untuk menjadi
penulis
3. Singkatnya, ada dua unsur pengetahuan & kemampuan yang
harus dimiliki: apa yang akan diungkapkan (isi) dan bagaimana
hal itu diungkapkan (bentuk)
4. Aspek isi dan bentuk adalah dua hal yang mendukung eksistensi
sebuah karya tulis; keduanya saling terkait dan melengkapi
5. Tulisan dengan bahasa yang baik tapi isi tidak meyakinkan, tidak
memberi nilai tambah pada pembaca dan tidak akan dibaca
6. Tulisan dengan ide yang bagus, orisinal, dan luas, tetapi jika
bahasanya tidak baik akan kacau (bahasa menunjukkan karakter
penulis)
7. Berlatih menulis karya ilmiah mesti melibatkan kedua unsur itu
BAHASA
ISI
(apa yang akan
diungkapkan)
BENTUK
(bagaimana
mengungkapkannya)
BENTUK FORMAL KARYA ILMIAH
1. Bentuk formal karya ilmiah (tulisan): bahasa
2. Secara konkret ditandai oleh:
a. Diksi
b. Kalimat
c. Ejaan
d. Pernalaran
KEINDAHAN BAHASA DALAM TEKS
1. Tulisan yang baik mesti diprasyarati oleh bahasa yang indah
2. Tiap jenis teks memiliki keindahan, dan hal inilah yang
membedakannya dengan teks-teks lain
3. Dalam banyak hal kriteria keindahan dimaknai sebagai ketepatan
secara kontekstual
4. Karena bahasa dalam suatu teks tepat, teks itu menjadi indah,
atau memenuhi tuntutan kriteria keindahan
5. Kriteria keindahan suatu teks tergantung pada ragam bahasa
6. Misalnya, kriteria keindahan ragam bahasa ilmiah tidak sama
dengan ragam bahasa sastra atau iklan
7. Ragam ilmiah seperti karya ilmiah: bahasa harus baku
Keindahan Teks Karya Ilmiah
1. Tunduk pada kaidah bahasa
2. Kegramatikalan struktur (morfologi dan sintaksis) terjaga
3. Kata-kata formal, tidak memakai kata-kata kolokial
4. Kesatuan dan kepaduan jelas dan terjaga
5. Singkat, sederhana, padat, tidak berbelit-belit
6. Kreativitas pengucapan juga penting (lewat variasi struktur)
7. Komunikatif dan tidak taksa
8. Penggunaan makna konotatif terbatas pada yang telah lazim
digunakan untuk mempercepat pemahaman
KEBAKUAN BAHASA

1. Kosakata
2. Struktur kalimat
3. Lafal (pengucapan) jika disuarakan
4. Ejaan dan tata tulis jika dituliskan
Kebakuan Kosakata
1. Tidak mempergunakan kata-kata kolokial, kata-kata tidak baku
seperti yang banyak dipakai dalam bahasa lisan
a. Kata kolokial dari bahasa daerah: lho, kok, mbok, wong
(orang)
b. Kata kolokial dari dialek tertentu: gue, ngapain, diberiin, atau
akhiran -in pada hampir semua kata
c. Kata kolokial bahasa Indonesia: gak, tak, gitu, nampak,
kayaknya, kamunya,
2. Tidak mempergunakan kosakata bahasa Indonesia takbaku:
membikin, nampaknya, bisa (dapat),
3. Tidak mempergunakan gabungan kata semu: bikin lebar
(melebarkan), bikin baik (memperbaiki)
SARAN PEMILIHAN KOSAKATA (1)

1. Pemilihan kosakata dalam tulisan ilmiah harus tepat. Ketepatan


kosakata dapat dilihat dari aspek:
a. Bentuk: harus baku, tidak menghilangkan awalan tertentu di
tengah kalimat; misal: Presiden resmikan projek ....
b. Makna: kata yang secara makna paling tepat, paling mewakili
apa yang dimaksud; hindari kata taksa; misal: kalau
maksudnya harus pakailah kata “diwajibkan” dan bukan
“diimbau”
c. Konteks: kata yang tepat secara konteks/wacana; misal: kata
perempuan, wanita, betina, perawan, gadis, dara, mana yang
paling tepat dalam konteks
d. Nilai sosial, nilai rasa: nilai kelaziman dan nuansa makna bagi
komunitas (ragam) tertentu; hal ini juga perlu
dipertimbangkan (kalau ada)
Saran Pemilihan Kosakata (2)

2. Pergunakan kata/istilah bahasa Indonesia jika konsep yang


dihendaki ada dalam bahasa Indonesia. Misal: peragaan busana
untuk fashion show. Penggunaan kata/istilah dari bahasa lain
(daerah dan asing) dapat dibenarkan jika:
a. Kata/istilah teknis yang belum ada kata/istilah Indonesia,
atau jika diindonesiakan menjadi panjang; misal: sandang
pangan, gladi resik, peragaan busana (Jawa), komputer,
analisis, internet.
b. Kata/istilah teknis yang tepat benar dan sudah mendunia;
misal: cum laude, way of live, l’art pour l’art.
c. Kata/istilah yang jika diindonesiakan dapat menimbulkan
konotasi lain.
Saran Pemilihan Kosakata (3)

3. Penggunaan kata/istilah dari bahasa asing, jika dimungkinkan,


disesuaikan dengan ejaan bahasa Indonesia; misal: sampel
(sample), komunikatif (communicative), morfologi (morphology),
komoditas (commodity), reliabilitas (reliability), variabilitas
(variability).
4. Penggunaan kata Indonesia diikuti kata/istilah asingnya dalam
kurung sebaiknya dihindari kalau tidak terpaksa/penting benar.
Contoh: reliabilitas (reliability), pendekatan (approach),
pendekatan komunikatif (communicative approach).
Hal itu berarti menjelaskan Indonesia dengan kata/istilah asing
padahal kita menulis dalam bahasa Indonesia atau, kadang-
kadang, kita tergoda untuk menyombongkan diri karena tahu
istilah asingnya.
Saran Pemilihan Kosakata (4)

5. Pemilihan kosakata harus sesuai dengan pemilihan struktur


kalimat. Diksi dan kalimat secara langsung membangun gaya
penuturan sehingga memberi kesan keindahan yang tercipta.
a. Kata-kata paralel
b. Kata-kata beredundan bermakna jamak
c. Kata-kata beredundan bermakna mirip

6. Judul karangan (judul, subjudul) sebaiknya tidak


mempergunakan bentuk verbal, tetapi nominal. Contoh:
Usaha Meningkatkan Kualitas Pembelajaran ...
Sebaiknya:
Peningkatan Kualitas Pembelajaran ...
KEBAKUAN KALIMAT
1. Kalimat dalam karya ilmiah harus formal-baku. Kebakuan kalimat
ditandai oleh adanya kelengkapan unsur: subjek-predikat:
a. Pola: subjek-predikat
b. Pola: subjek-predikat-objek
c. Pola: subjek-predikat-objek-keterangan.
2. Kejelasan hubungan bentuk (kejelasan fungsi unsur) baik dalam
satu kalimat maupun hubungan dengan kalimat yang lain.
3. Kejelasan kohesi (hubungan makna) baik dalam satu kalimat
maupun hubungan dengan kalimat yang lain.
Saran Penyusunan Kalimat(1)
1. Pastikan kalimat yang dibuat memenuhi kelengkapan unsur
minimal subjek-predikat atau subjek-predikat-objek. Hal itu
berlaku untuk kalimat tunggal maupun gabung, pendek maupun
panjang.
2. Jika membuat kalimat gabung dengan mempergunakan konjungsi
di awal klausa, di awal atau di tengah kalimat, hati-hati karena
kalimat sering menjadi salah. Contoh:
a. Walaupun sampel kecil, tetapi data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Jika sampel tidak memenuhi tuntutan minimal, maka data
yang diperoleh juga tidak memenuhi syarat.
Kedua kalimat tersebut SALAH karena TIDAK MEMILIKI SUBJEK;
kata tugas harus dihilangkan salah satu untuk memunculkan
subjek.
Saran Penyusunan Kalimat(2)
3. Masalah kesejajaran diksi dan kalimat dalam sebuah penuturan
harus mendapat perhatian. Kesejajaran menunjukkan bahwa
gagasan yang dikemukakan sejajar dan sekaligus memperindah
bahasa. Contoh:
a. Sastra berfungsi untuk menanam, memupuk, dan
mengembangkan perasaan keindahan dalam diri anak.
b. Data kualitatif yang diperoleh harus diseleksi. Data yang sudah
diseleksi kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori yang
sesuai, sementara data yang tidak dipilih diletakkan pada bagian
lain.
Lihat, bagaimana kesejajaran kata kerja bentuk aktif dalam contoh
pertama dan pasif dalam contoh kedua.
Saran Penyusunan Kalimat(4)
Contoh kesejajaran antarkalimat:
a. Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penelitian ini dapat
dikemukakan sebagai berikut.
(1) Mendeskripsikan ....
(2) Mendeskripsikan ....
(3) Menjelaskan ....
(4) Menunjukkan ....
Bentuk kesejajaran kalimat amat jelas terlihat pada bentuk kata di
awal kalimat: contoh di atas bentuk kata kerja aktif transitif.
Jadi, bentuk kata di awal kalimat jangan berubah-ubah, misalnya
dengan bentuk verbal dan nominal.
Saran Penyusunan Kalimat(5)
5. Hindari penggunaan struktur kalimat dan kosakata yang terlihat
terpengaruh struktur dan diksi bahasa asing (Inggris): where,
whom, when, which. Contoh:
a. Berbagai teknik analisis data di mana kita semua telah
mengetahuinya haruslah dipergunakan sesuai dengan data
yang diperoleh.
b. Terima kasih kepada Saudara Pengacara yang mana telah
memberikan waktu kepada saya ....
c. Pada pukul 20.30 WIB saat mana akan dilakukan siaran
langsung dialog interaktif di TV jangan kita lewatkan.
Kata di mana, yang mana, dan saat mana pada kalimat di atas
salah, maka harus diganti atau bahkan diganti struktur
kalimatnya.
Saran Penyusunan Kalimat(6)
6. Hindari adanya makna berulang (kembar) dalam sebuah kalimat,
misalnya yang menyangkut penjamakan, kesamaan makna, atau
yang lain. Contoh:
a. Banyak data-data yang diperoleh yang ternyata tidak signifikan
dengan tujuan penelitian.
b. Saudara-saudara sekalian yang saya hormati.
c. Sampel harus dipilih secara cermat agar supaya data yang
diperoleh dapat dipertanggungjawabkan.
d. Kesalahan pembuatan kesimpulan disebabkan oleh karena
kekurangcermatan analisis data yang dilakukan.
e. Kajian atau studi yang tepat untuk meneliti pemakaian bahasa
dalam karya sastra tersebut adalah studi atau kajian stilistika.
Saran Penyusunan Kalimat(7)
7. Usahakan dalam satu kalimat hanya ada satu gagasan.
Jika kalimat menjadi panjang, ada kemungkinan terdapat lebih
dari satu gagasan atau fokus, mungkin karena erat berkaitan.
Jika demikian yang terjadi, sebaiknya kalimat dipecah menjadi
dua atau lebih tergantung banyaknya gagasan. Contoh:
a. Instrumen penelitian memiliki peran yang signifikan dalam
perolehan data yang dapat dipertanggungjawabkan, maka ia
harus dikembangkan yang sebaik-baiknya dan selain itu harus
juga diujicobakan terlebih dahulu agar dapat dipastikan sebagai
instrumen yang baik.
Kalimat itu dapat dipecah menjadi dua:
b. Instrumen penelitian memiliki peran yang signifikan dalam
perolehan data yang dapat dipertanggungjawabkan, maka ia
harus dikembangkan dengan sebaik-baiknya.
c. Untuk itu, instrumen penelitian harus diujicobakan terlebih
dahulu agar dapat dipastikan sebagai instrumen yang baik.
Saran Penyusunan Kalimat(8)
Di pihak lain, jika ada dua atau sejumlah kalimat pendek yang
berkaitan, mungkin dapat digabung dijadikan satu kalimat. Hal
itu dilakukan untuk menghemat bahasa (juga tenaga dan biaya).
Contoh:
a. Instrumen penelitian yang baik dapat dijadikan jaminan
perolehan data yang dapat dipertanggungjawabkan.
b. Instrumen penelitian haruslah dikembangkan sebaik-baiknya.
Kedua kalimat itu dapat digabung menjadi:
c. Instrumen penelitian yang baik dapat dijadikan jaminan
perolehan data yang dapat dipertanggungjawabkan, maka ia
harus dikembangkan sebaik-baiknya.
CATATAN PENUTUP
1. Pembicaraan di atas sengaja tidak teoretis, melainkan lebih
bersifat praktis dengan menyajikan permasalahan pada kegiatan
menulis.
2. Sebetulnya masih banyak masalah diksi dan kalimat yang lain,
namun Anda dapat menemukan, memelajari, dan
memperbaikinya sendiri.
3. Salah satu cara terbaik untuk menjadi penulis yang baik adalah
banyak membaca dan praktik menulis.
4. Dengan banyak membaca, selain dapat memperoleh banyak
pengetahuan yang menjadi bahan baku penulisan, juga belajar
bagaimana orang membahasakan secara tepat gagasannya.
5. Dengan banyak praktik menulis kita akan menjadi terbiasa
memilih gagasan dan bahasa dengan tepat dan cepat.

Anda mungkin juga menyukai