Anda di halaman 1dari 35

ASUHAN KEPERAWATAN

DISLOKASI AKROMIOKLAVIKULAR

Kelompok 1
Ipung-Dina-Ida-Tiwi-Iqbal-Fuji-Isma-Hera
88.5A.33
KASUS
 Nama : P.Z.
 Jenis Kelamin : Pria
 Tanggal lahir : 1981
 Tinggi : 186 cm
 Berat : 87 kg
 BMI : 26
 BP :N/A
 Suhu :N/A
 BF : 18 per menit
Diagnosa:
Post-reposisi sendi akromioklavikular kanan dengan transfiksasi K-wire
Anamnesis:
Keluhan utama:
 Keluhan utama pasien adalah terbatasnya rentang gerak dan
nyeri pada sendi bahu. Dia menggambarkan rasa sakit itu
tajam. Rasa sakit membuatnya tidak mampu menggendong
putrinya yang berusia 1,5 tahun. Pasien juga mengeluhkan
rasa sakit saat bangun di pagi hari, dia hanya bisa tidur
terlentang.
Riwayat kesehatan sekarang:
 Pasien dislokasi sendi akromioklavikular kanannya sejak
terjatuh dari motornya 4 bulan yang lalu. Dia harus memakai
sling selama 3 minggu. Sendi acromioclavicular ditransfiksasi
dengan K-wire 12 Agustus dan dilepas pada 17 November.
Riwayat keluarga:
 Pasien mengatakan bahwa ia tidak tahu tentang penyakit
keluarga
Obat-obatan : klien saat ini sedang tidak minum obat apapun
Alergi : klien alergi terhadap penisilin
Riwayat pribadi / medis:
Penyakit : klien pernah mengalami penyakit umum ketika masa
anak-anak / saat masih kecil
Cedera : Tidak ada luka
Operasi : Tidak ada operasi sebelumnya
Penyalahgunaan : Minum alkohol sesekali
Sejarah psikososial:
Bekerja : klien bekerja sebagai teknisi, yang berarti Ia
duduk di depan komputer untuk waktu yang lama
setiap hari
Hobi : klien menyukai tenis dan sepeda, tapi pada
tingkat amatir.
Kondisi hidup : klien tinggal di sebuah rumah dengan
istrinya dan putrinya yang berusia 1,5 tahun
Masalah terkait : Klien menggunakan tangan kanan dan
menjalankan sebagian besar ADL sendiri, tapi tidak
mampu melakukan gerakan overhead.
Rehabilitasi sebelumnya:
 Klien menghadiri 8 sesi terapi pada bulan September untuk
dislokasi sendi akromioklavikular kanan dimana fokus pada
gerakan aktif di semua bidang. Tapi karena transfiksasi oleh K-
wire, membuatnya tidak mampu melakukan lebih dari 40 °
abduksi.
Dokumen kesehatan:
 Dokumen kesehatan klien tidak tersedia karena klien telah
memberikannya ke dokter sebelumnya
Indikasi rehabilitasi:
 Indikasi untuk terapi fisik adalah untuk meningkatkan jangkauan
gerak sendi bahu kanan, dan dokter merekomendasikannya
selama 10 sesi. Terapinya diaplikasikan sesuai dengan temuan
pemeriksaan kinesiologis awal.
Pertimbangan berbeda:
 Masalah klien disebabkan oleh trauma, jadi pertimbangan
berbeda tidak diperlukan, tapi karena trauma akan ada banyak
perubahan refleks di tubuh bagian atas.
Pemeriksaan kinesiologis awal:
Pemeriksaan postural:
Anterior:
 Rotasi eksternal kedua sendi pinggul
 Rotasi internal lengan
 Segitiga thoraco-brachial lebih besar di sisi kiri
 Bahu kanan lebih tinggi
Posterior:
•Sedikit valgus di pergelangan kaki kiri
•Sedikit konveksitas kiri di tulang belakang lumbar
•Sedikit konveksitas kanan di tulang belakang toraks bagian bawah
•Scapula lebih banyak terabduksi di sisi kiri
•Rotasi eksternal sudut bawah skapula di sisi kiri
•Rotasi internal sudut bawah skapula di sisi kanan
•Bahu kanan lebih tinggi
Lateral
•Pinggang bergeser ke anterior
•Sedikit rotasi dari dada ke kanan
•Hyperlordosis pada tulang belakang lumbar
•Hiperkifosis pada tulang belakang toraks
•Hyperlordosis pada tulang belakang cervical
•Siku semiflex di kedua sisi
•Bahu terprotraksi di kedua sisi
•Posisi kepala ke depan
Keseimbangan dan tes proprioseptif
Romberg 1: Negatif
Romberg 2: Negatif
Romberg 3: Negatif
Trendelenburg kiri: Negatif
Trendelenburg kanan: Negatif
Gerakan fungsional:
 Kedua tangan ke kepala: menyentuh kepala dengan
kedua tangan. Kiri tanpa masalah atau rasa sakit.
Pasien mampu mencapai kepala dengan tangan kanan,
namun dengan fleksi siku dan fleksi kepala yang
maksimal. Gerakan disertai rasa sakit.
 Tangan ke punggung dari bawah: Dengan lengan kiri
pasien bisa menyentuh bagian tengah punggung.
Lengan kanan hampir tidak sampai ke punggung
bawah dan terasa nyeri.
 Tangan ke punggung dari atas: Pasien berhasil
mencapai punggung atas dengan lengan kiri. Dengan
lengan kanan ia bisa menyentuh bagian atas bahu dan
menyakitkan.
STEP 1

1. Transfiksasi K-wire
2. Segitiga Thoraco-brachial
3. Valgus
4. Semiflex
5. Trendelenburg
6. Sling
7. Kinesiologi
STEP 2

1. Transfiksasi K-wire
Tindakan fiksasi yang akan memasangkan kabel
Kirschner wire (K-wire) ke area fraktur secara
perkutan. K-wire berfungsi seperti joystick dan
dapat memanipulasi fraktur pada tulang secara
efektif agar kembali ke tempatnya, tanpa
pembuatan sayatan terbuka.
2. Segitiga Thoraco-brachial
3. Valgus
Deformitas yang menyebabkan tulang membengkok menjauhi garis tengah tubuh
menuju kea rah lateral.
4. Semiflex
Gerakan semifleksi seperti tangan yang setengah fleksi
5. Trendelenburg
Posisi terbaring ditempat tidur dengan kepala lebih tinggi daripada bagian kaki.
6. Sling
Alat yang digunakan untuk patah tulang di area yang sulit dijangkau oleh gips.
Contohnya patah tulang selangka. Sling ini akan membatasi gerakan sehingga tulang
yang bermasalah dapat tumbuh dan menyambung kembali.
7. Kinesiologi
Ilmu yang mempelajari gerak atau the science human movement yang
diaplikasikan dan menjelaskan tentang gerak tubuh manusia kemudian ilmu ini
dapat diaplikasikan terhadap prinsip-prinsip mekanik dalam gerak manusia yang
disebut biomekanik kinesiology sedangkan aplikasi anatomi dalam gerak
manusia disebut anatomi kinesiology
STEP 3

1. Mengapa pasien mengeluhkan rasa sakit saat bangun di pagi


hari?
2. Mengapa pinggang pasien bergeser ke anterior?
STEP 4

1. Karna pasien Post-reposisi sendi akromioklavikular kanan


dengan transfiksasi K-wire sehingga sendi pasien masih
terasa kaku.
2. Karena terjadinya benturan diarea pinggang. Sehingga
terjadi pergeseran tulang.
STEP 5
1. Penelitian dari University of Manchester yang menemukan
bahwa rasa pegal dan nyeri di pagi hari muncul karena
disaat kita tidur, tubuh melepaskan sebuah protein untuk
menekan jalur peradangan yang memicu rasa sakit pada
bagian tubuh yang tertindih ketika tidur.
2. Sendi pachet yang berfungsi menahan gerakan dari tulang
belakang secara berlebihan akan mengalami diskus
intervetrebalis, diskus kehilangan elastisitas menjadi kaku
dan mulai timbul tonjolan pada tulang vertebra. Tulang,
sendi, dan ligament di tulang belakang menjadi lemah dan
kurang mampu menahan tulang belakang sejajar. Sehingga
sendi pachet menjadi tidak kompeten dan ketika terlalu
banyak fleksi memungkinkan ruas-ruas tulang belakang
bergeser dari posisi sebenarnya.
STEP 6
DEFINISI

Dislokasi Acromioclavicular adalah


dislokasi yang terjadi pada sendi antara
ujung distal clavicula dengan acromion.
Dislokasi AC dapat terjadi karena
adanya bagian rupture ligament
acromioclavicular dan ligament
corococlavicular.
ETIOLOGI

Dislokasi acromioclavicular terjadi karena


adanya strain pada ligament acromioclavicular
yang disebabkan oleh trauma. Ketika
seseorang jatuh dengan bahu bagian anterior,
maka akan ada gaya mendorong bahu tersebut
ke arah posterior sementara clavicula tetap
berada di posisi anatominya, sehingga
menyebabkan ligament acromioclavicular
tertarik dan terjadi rupture.
KLASIFIKASI
Menurut (Allman & Rockwood)
MANIFESTASI KLINIS

 Nyeri akut
 Perubahan kontur sendi
 Perubahan panjang ekstremitas
 Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
KOMPLIKASI

a. Komplikasi Dini
Cedera saraf
Cedera pembuluh darah
Fraktur disloksi
b. Komplikasi Lanjut
 Kekakuan sendi bahu
 Dislokasi yang berulang.
 Kelemahan otot
PEMERIKSAAN PENUNJANG

 X-RAY
 CT-SCAN
 MRI
PENATALAKSANAAN
 Farmakologis : analgesik non-narkotik
 Operasi ortopedi : reduksi terbuka, fiksasi interna, graft tulang,
amputasi, antroplasti, menisektomi, penggantian sendi
 Tanfarmakologis :
a) Dislokasi reduksi
b) R (Rest) : Istirahat
c) I (Ice) : kompres dengan es
d) C (Compression) : kompresi/pemasangan pembalut tekan.
e) E (Elevasi) : meninggikan bagian dislokasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
ANALISA DATA
NO SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM

1. DS:
Keluhan utama pasien adalah
terbatasnya rentang gerak dan
nyeri pada sendi bahu.
Pasien menggambarkan rasa
sakit itu tajam. Trauma
Rasa sakit membuatnya tidak ↓
mampu menggendong putrinya Dislokasi sendi
yang berusia 1,5 tahun. ↓
Pasien juga mengeluhkan rasa Trauma jaringan dan Nyeri akut
sakit saat bangun di pagi hari, dia tulang
hanya bisa tidur terlentang. ↓
Pasien dislokasi sendi Nyeri akut
akromioklavikular kanannya sejak
terjatuh dari motornya 4 bulan
yang lalu
DO:
Sendi acromioclavicular
ditransfiksasi dengan K-wire 12
Agustus dan dilepas pada 17
November.
Gerakan fungsional:
Pasien mampu mencapai kepala
dengan tangan kanan, namun
dengan fleksi siku dan fleksi
kepala yang maksimal. Gerakan
disertai rasa sakit
Lengan kanan hampir tidak
sampai ke punggung bawah dan
terasa nyeri.
2. DS :
Klien menggunakan tangan kanan
dan menjalankan sebagian besar
ADL sendiri.

DO :
Tidak mampu melakukan gerakan
overhead karena transfiksasi oleh K- Trauma
wire, membuatnya tidak mampu ↓
melakukan lebih dari 40 ° abduksi. Dislokasi sendi
↓ Hambatan mobilitas
Kekakuan pada sendi fisik

Hambatan mobilitas fisik
Nyeri akut b.d Trauma jaringan tulang
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : 1. Lakukan pengkajian 1. Dengan mengkaji
Setelah dilakukan tindakan nyeri secara lokasi,karakteristik,
keperawatan 3 x 24 jam komprehensif termasuk durasi, kita dapat
masalah nyeri dapat lokasi, karakteristik, mengetahui nyeri yang
berkurang durasi, frekuensi, dirasakan klien
kualitas dan faktor 2. Reaksi non verbal dapat
Kriteria hasil : predisposisi di amati dari ekpresi
•Pasien mampu mengotrol 2. Observasi reaksi wajah untuk
nyeri menggunakan teknik nonverbal dari mengetahui tingkat
non farmakologi ketidaknyamanan nyerimya
•Melaporkan bahwa nyeri 3. Gunakan komunikasi 3. Dapat mengobservasi
berkurang terapeutik untuk nyerinya
•Menyatakan rasa nyaan mengetahui pengalaman
setelah nyeri berkurang nyeri pasien
4. Kontrol lingkungan 4. Supaya memberikan
yang dapat perasaan nyaman dan
mempengaruhi nyeri mempercepaat proses
seperti suhu ruangan, penyembuhan
pencahayaan dan 5. Tehnik ini dapat
kebisingan. meringankan
5. Ajarkan pasien perasaan nyeri dan
mengenai teknik memberikan
relaksasi nafas dalam. kenyamanan
6. Tingkatkan istirahat 6. Supaya mempercepat
pasien proses terapi yang di
7. Kolaborasi dengan berikan
dokter dalam 7. Untuk meringankan
pemberian obat nyeri bahkan
analgesic. menghilangkan
perasaan nyeri yang
di alami
Hambatan mobilitas fisik b.d kekakuan pada sendi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Tujuan : Setelah dilakukan 1. Kaji kemampuan 1. Supaya dapat
tindakan keperawatan 4 x 24 pasien dalam menentukan tindakan
jam terlihat adanya perubahan melakukan mobilisasi terapi
dalam mobilisasi pasien lebih
2. Latih pasien dalam 2. Supaya pasien menjadi
baik.
pemenuhan kebutuhan mandiri dalam
Kriteria hasil : ADLs secara mandiri pemenuhan ADLnya
•Klien meningkat dalam sesuai kemampuan 3. Supaya mengetahui
melakukan aktivita fisik 3. Kaji rentang ROM kekuatan otot klien
•Melaporkan secara verbal pasien. dan menentukan
perasaan dalam meningkatkan terapi yang akan di
kekuatan dan kemampuan lakukan selanjutnya
gerakan ekstremitas yang
mengalami trauma
•Pasien mampu menggerakkan
ekstremitas secara bebas dan
nyaman.
ARIGATOU GOZAIMASU

Anda mungkin juga menyukai