Anda di halaman 1dari 19

PEMBIMBING:

DR. MOHAMMAD REZA


MOSSADEQ . H, SP.M
OLEH:
ANDI BAGUS PRAYOGO

ULKUS KORNEA e.c FUNGI KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT


MATA
RSUD SEKARWANGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
Identitas

– Nama : Tn. F
– Umur : 40 tahun
– Jenis Kelamin : Laki - Laki
– Status : Menikah
– Pekerjaan : Supir
– Alamat : Sekarwangi
Keluhan Utama
Pasien merasa nyeri hebat pada mata kanan sejak 4 hari yang lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Klinik Mata RSUD Sekarwangi dengan keluhan nyeri pada
mata kanan sejak 4 hari yang lalu. Awalnya pasien terkena ranting pada mata
sebelah kanan saat pasien sedang menebang pohon didekat rumahya. Keesokan
harinya pasien merasakan nyeri hebat dan mata merah pada mata sebelah
kanan. Pasien juga merasakan penglihatan yang buram setelah kejadian itu.
Keluhan lain, pasien merasakan mata sering berair dan pasien juga kalau
melihat matahari atau lampu yang terang merasa silau. Mata sering
mengeluarkan kotoran (-).
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak pernah sakit mata seperti ini sebelumnya. Pasien tidak
memiliki riwayat diabetes mellitus, hipertensi, asma, penyakit jantung. Riwayat
pengobatan steroid dan jamu jangka lama disangkal. Pasien tidak menggunakan
pemakaian lensa kontak ataupun kacamata sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit mata pada keluarga tidak ada. Riwayat hipertensi, diabetes
mellitus, asma, penyakit jantung disangkal.
Riwayat Penyakit Pengobatan
Pasien telah berobat 2 hari sebelum masuk Rumah Sakit tetapi tidak meredakan
keluhan. Pasien belum pernah meakukan operasi pada kedua mata.
Riwayat Alergi
Riwayat alergi makanan, debu, obat-obatan dan lain-lain disangal
Riwayat Psikososial
Pasien merupakan seorang supir truk yang kesehariannya sering dijalan,
aktivitas sering diluar Rumah.
Status Generalis

– Tanda vital
– Tekanan darah : 110/70
– Frekuensi nadi : 90 x/menit
– Frekuensi napas : 20 x/menit
– Suhu : 36,6 oC
– Pemeriksaan fisik lain : dalam batas normal
NO Keterangan OD OS
– Status ophthalmology 1. Tajam penglihatan 6/30 6/6
2. Gerakan bola mata

3. Lapang Pandang Lapang pandang sama Lapang pandang sama


dengan pemeriksa dengan pemeriksa
4. Posisi Orthophoria
5. Tekanan intraocular 13 12
6. Palpebra Ptosis (-), hiperemis (-), Ptosis (-), hiperemis (-),
edema (-) edema (-)

7. Konjungtiva Injeksi konjungtiva (-), Injeksi konjungtiva (-)


Injeksi siliar (-) Injeksi siliar (-)
8. Kornea Tampak infitrat kelabu Jernih
dengan batas ireguler
yang halus (Hifa).
9. Camera Oculi Anterior Hipopion (+) Hipopion (-)
Infiltrat kelabu Hifema (-) Hifema (-)
dengan batas 10 Iris dan pupil Bulat, sinekia (-), Bulat, sinekia (-),
irregular yang halus Hipopion
refleks cahaya baik, refleks cahaya baik,
(Hifa)
isokor isokor
Resume
Pasien datang ke Klinik Mata RSUD Sekarwangi dengan keluhan nyeri pada
mata kanan sejak 4 hari yang lalu. Pasien juga merasakan penglihatan yang
buram, mata sering berair dan merasa silau setelah kejadian itu.
Pemeriksaan fisik didapatkan tajam penglihatan OD 6/30, pada kornea
tampak infitrat kelabu dengan batas ireguler yang halus (Hifa), Camera Oculi
Anterior tampak hipopion.

Diagnosis Kerja
Ulkus Kornea et causa Fungi OD

Diagnosis Banding
Keratitis Bakterial
Keratitis Viral
Tatalaksana
Prognosis:
– Pasien di rawat inap
Ad vitam : bonam
– Natacen ED 6 x 1 tetes OD
Ad fungsionam : dubia ad bonam
– Ketokonazol PO 2 x 1
Ad sanationam : bonam
– LFX ED 6 x 1 tetes OD
– Homatro ED 3 x 1 tetes OD
– Cefotaxim Inj 2 x 1
– Ketorolac PO 2 x 1
Analisa kasus No. Teori Kasus
1. Definisi
inflamasi yang disebabkan oleh infeksi jamur (dan menyebabkan
peradangan) pada kornea. Infeksi ini sampai ke stroma kornea.
2. Tanda dan gejala • Nyeri mata yang hebat
• Nyeri mata yang hebat • Berair
• Berair • Penglihatan menurun
• Penglihatan menurun • Silau
• Silau • Infiltrate kelabu
Pada mata akan terlihat • Hipopion
• Infiltrate kelabu
• Hipopion
• Ulserasi superfisial
• Lesi satelit.
4. Diagnosis Ulkus Kornea et causa Fungi OD

5. Tatalaksana • Pasien di rawat inap


• Pasien perlu dianjurkan untuk rawat inap karena penyakit • Natacen ED 6 x 1 tetes OD
ini memerlukan terapi yang teliti dan lama.
• Natamycin 5% tetes (terutama untuk jamur berfilamen) • Ketokonazol PO 2 x 1
atau amfoterisin B 0,15% tetes (terutama untuk • LFX ED 6 x 1 tetes OD
Candida), pada awalnya 1–2 jam sepanjang waktu,
lalu di turunkan dosisnya 4 hingga 6 minggu. • Homatro ED 3 x 1 tetes OD
• Berikan siklopagik guna mencegah sinekia posterior untuk • Cefotaxim Inj 2 x 1
mengurangi uveitis.
• Steroid topical adalah kontraindikasi terutama pada saat • Ketorolac PO 2 x 1
awal terapi
• Dapat ditambahkan antijamur sistemik seperti Ketokonazole
oral (200-600 mg/hari) efektif pada jamur Aspergillus,
Fusarium, dan Candida. fluconazole oral (200-400 mg/hari)
untuk keratitis yeast .

5. Prognosis:
Ad vitam : bonam
Ad fungsionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : bonam
Tinjauan Pustaka

Definisi
Ulkus kornea ec fungi merupakan istilah umum yang dipakai untuk inflamasi yang
disebabkan oleh infeksi jamur (dan menyebabkan peradangan) pada kornea.
Infeksi ini sampai ke stroma kornea. Faktor predisposisi antara lainnya adalah
trauma, pemakaian kontak lensa, dan steroid topikal. Trauma pada kornea yang
memicu terjadinya ulkus kornea ec fungi, biasanya trauma dengan tumbuhan atau
benda-benda organic.
Etiologi

1) Jamur berfilamen (filamentous fungi); bersifat multiseluler dngan cabang – cabang hifa.
1. Jamur bersepta: Fusarium spp, Acremonium spp, Aspergillus spp, Cladosporium spp,
Penicillium spp, Paecilomyces spp, Phialophora spp, Curvularia spp, Altenaria spp.
2. Jamur tidak bersepta: Mucor spp, Rhizopus spp, Absidia spp.
2) Jamur ragi (yeast)
Jamur uniseluler dengan pseudohifa dan tunas: Candida albicans, Cryptococcus spp,
Rodotolura spp.
3) Jamur difasik
Pada jaringan hidup membentuk ragi sedang pada media perbiakan membentuk
miselium: Blastomices spp, Coccidiodidies spp, Histoplasma spp, Sporothrix spp.
Filamentous fungi Nonfilamentous fungi (i.e. Candida)
(i.e. Fusarium, Aspergillus, Curvularia)
• Gray-white pada stroma kornea • Yellow-white infiltrate pada stroma
dengan batas putih berbulu. kornea
• Hipopion (+) • Hipopion (-/+)
Manifestasi Klinis

– Pasien akan mengeluh sakit mata yang hebat, berair, penglihatan menurun dan
silau. Dapat diawai dengan riwayat trauma terutama terkena tumbuhan,
pemakaian steroid topical lama.
– Pada mata akan terlihat infiltrate kelabu, disertai hipopion, peradangan, ulserasi
superfisial dan lesi satelit.
Diagnosis

Anamnesis
Dari riwayat anamnesis, didapatkan adanya gejala subjektif yang dikeluhkan oleh
pasien, dapat berupa mata nyeri, kemerahan, penglihatan kabur, silau jika melihat
cahaya, kelopak terasa berat. Yang juga harus ditanyakan ialah adanya riwayat
trauma, kemasukan benda asing, pemakaian lensa kontak, dan penggunaan
kortikosteroid jangka panjang.
Pemeriksaan Fisik

1. Visus

Didapatkan adanya penurunan visus pada mata yang mengalami infeksi oleh karena
adanya defek pada kornea sehingga menghalangi refleksi cahaya yang masuk ke dalam
media refrakta.

2. Slit lamp

Seringkali iris, pupil, dan lensa sulit dinilai oleh karena adanya terlihat infiltrate kelabu,
disertai hipopion, peradangan, ulserasi superfisial dan lesi satelit pada kornea.
Hiperemis didapatkan oleh karena adanya injeksi konjungtiva ataupun perikornea.
Pemeriksaan Penunjang

Tes fluoresein.

Pada ulkus kornea, didapatkan hilangnya sebagian permukaan kornea. Untuk melihat
adanya daerah yang defek pada kornea. (warna hijau menunjukkan daerah yang defek
pada kornea, sedangkan warna biru menunjukkan daerah yang intak).

Pewarnaan gram dan KOH dan kultur

Untuk menentukan mikroorganisme penyebab ulkus, oleh jamur. Yang utama adalah
melakukan pemeriksaan kerokan kornea (sebaiknya dengan spatula Kimura) yaitu dari dasar
dan tepi ulkus dengan biomikroskop. Dapat dilakukan pemeriksaan KOH 10% untuk melihat
hifa.
Penatalaksanaan

– Pasien perlu dianjurkan untuk rawat inap karena penyakit ini memerlukan terapi
yang teliti dan lama.
– Natamycin 5% tetes (terutama untuk jamur berfilamen) atau amfoterisin B
0,15% tetes (terutama untuk Candida), pada awalnya 1–2 jam sepanjang
waktu, lalu di turunkan dosisnya 4 hingga 6 minggu.
– Berikan siklopagik guna mencegah sinekia posterior untuk mengurangi uveitis.
– Steroid topical adalah kontraindikasi terutama pada saat awal terapi
– Dapat ditambahkan antijamur sistemik seperti Ketokonazole oral (200-600
mg/hari) efektif pada jamur Aspergillus, Fusarium, dan Candida. fluconazole
oral (200-400 mg/hari) untuk keratitis yeast .
Komplikasi

– Rekuren keratitis fungal


– Glaukoma sekunder

Anda mungkin juga menyukai