Anda di halaman 1dari 12

Presented by:

Erwin Siswanto 14410143


Elly Nuraeni 14410146
Isnaini Wahyu 14410147
Pengertian

 Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris


reconstruct yang berarti menyusun kembali.

 Rekonstruksi juga berarti pengembalian seperti


semula atau penyusunan (penggambaran)
kembali

 Dalam konteks filsafat pendidikan, aliran


rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang
berusaha merombak tata susunan lama dan
membangun tata susunan hidup kebudayaan
yang bercorak modern.
Latar Belakang

 Aliranini dipelopori oleh George S. Count dan


Harold Rugg. Beberapa tokoh dalam aliran ini :
Caroline Pratt, George Count, Harold Rugg.

 Rekonstruksionisme
sebagai aliran pendidikan sejak
awal sejarahnya di tahun 1920 dengan lahirnya
sebuah karya John Dewey yang berjudul
Reconstruction in Philosophy yang kemudian
digerakkan secara nyata oleh George Counts dan
Harold Rugg di tahun 1930-an selalu ingin menjadi
lembaga pendidikan sebagai wahana rekonstruksi
masyarakat.
Lanjutan

 Aliran ini timbul karena pada tahun 1930an, di


mana dunia telah mengalami krisis, sampai-sampai
di negara bagian Eropa dan Asia mengalami
totalitarianisme.

 Rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari


gerakan progresivisme. Alasan mengapa
rekonstruksionisme merupakan kelanjutan dari
gerakan progresif, karena anggapan bahwa kaum
progresivisme hanya memikirkan dan melibatkan
diri dengan masalah-masalah masyarakat yang
ada pada saat sekarang ini
Pandangan

ONTOLOGI:
 Ontologi rekonstruksionisme memandang bahwa
realita itu bersifat universal. Realita itu ada dimana-
mana dan sama di setiap tempat.

 Pada prinsipnya, aliran rekonstruksionisme


memandang alam metafisika merujuk dualisme.
Lanjutan

EPISTIMOLOGI:
 Dalam pandangan epistimologi, rekonstruksionisme
lebih merujuk pada pendapat aliran pragmatisme
(progressivisme) dan perennialisme.

 Aliranini juga berpendapat bahwa dasar dari suatu


kebenaran dapat dibuktikan dengan self evidence,
yakni bukti yang ada pada diri sendiri, realita dan
eksistensinya.
Lanjutan

AKSIOLOGI:
 Menurut Imam Barnadib (1992: 69) aliran
rekonstruksionisme memandang masalah nilai
berdasarkan asas-asas supernatural, yaitu
menerima nilai natural yang universal dan abadi
berdasarkan prinsip nilai teologis.
Ciri Utama

Aliran rekonstruksionisme memiliki ciri-ciri utama


sebagai berikut:
 Berakar pada perspektif sosiologi pendidikan yang
digagas oleh Karl Marx dan Karl Menheim.
 Sasaran pendidikan ialah menciptakan tatanan
demokratis yang universal.
 Nilai bersifat persetujuan/ komitmen yang berkaitan
dengan latar belakang sosial dalam era
kesejahteraan (welfare state).
 Bersifat revolusioner yang akan menuju kehidupan
yang sejahtera pada kurun waktu tertentu.
Pendidikan
rekonstruksionisme

 Aliran
ini yakin bahwa pendidikan tidak lain adalah
tanggung jawab sosial. Hal ini mengingat eksistensi
pendidikan dalam keseluruhan realitasnya
diarahkan untuk pengembangan dan atau
perubahan masyarakat.

 Pandangan aliran Rekonstruksionisme, memandang


bahwa tujuan pendidikan adalah untuk merombak
tata susunan kebudayaan lama dan membangun
tata hidup kebudayaan yang baru
Esensi

Aharianto menjelaskan pokok-pokok konsep


rekonstruksionisme sebagai berikut:
 Pendidikan harus menciptakan tatanan sosial yang
baru sesuai dengan nilai-nilai dan kondisi sosial
yang baru.
 Masyarakat baru
 Anak, sekolah, dan pendidikan dipengaruhi oleh
kekuatan sosial budaya.
 Guru meyakinkan murid tentang kebenaran dan
memecahkan masalah melalui rekonstruksi sosial
secara demokratis.
 Memperbaharui tujuan dan cara-cara yang
dipakai pendidikan.
Implikasi

 Adanya filsafat pendidikan rekonstruksionisme


diharapkan pendidikan di Indonesia sekarang ini dapat
menjadi agen utama dalam rekonstruksi tatanan sosial
 Aliran ini berharap pendidikan dapat mengubah
tatanan sosial masyarakat, pendidikan dapat
mengubah perekonomian masyarakat, pendidikan
dapat mengubah segala bentuk apapun yang ada
dalam masyarakat.
 dalam proses pembelajaran di kelas, seorang pendidik
harus mampu menggunakan metode yang bisa
membuat peserta didik atau merangsang peserta didik
untuk berpikir dan berani mengeluarkan pendapat
sehingga pembelajaran tidak hanya terpusat pada guru
tetapi murid atau peserta didiklah yang harus menjadi
objek dari pembelajaran,

Anda mungkin juga menyukai