Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

MANAJEMEN SEPSIS
Pembimbing :
dr. Arsanto Ranumiharso, Sp. An

Disusun oleh :
Tiara Roidah Marwasasmi
FAB 117 046

KEPANITRAAN KLINIK SMF


ANESTESIOLOGI & TERAPI
INTENSIF RSUD dr. DORIS
SYLVANUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UPR
2018
PENDAHULUAN

Sindrom klinis dengan adanya Angka mortalitas 25%-


Diderita oleh 18 juta
Systemic Inflammatory Response 80% diseluruh dunia,
orang seluruh dunia
Syndrome (SIRS) dan infeksi hingga tergantung dari
setiap tahunnya.
menyebabkan kegagalan multiorgan. beberapa faktor.
SEPSIS
Sepsis Sindrom klinis dengan adanya Systemic
Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan infeksi hingga
menyebabkan kegagalan multiorgan.
ETIOLOG
Basil gram negatif Jamur

Meningokokus Organisme yang tidak


I

umum :
Capnocytophagia,
babesiosis, Rocky
Mountain Spotted Fever
EPIDEMIOLO
GI
KRITERIA SEPSIS
Respon sistemik ditandai dengan 2 atau Iebih tanda:

Temperatur > 38°C atau kurang dari 36°C

Denyut jantung > 90/menit

Respirasi > 20/menit atau PaC02 < 32 mmHg (<4.3 kPa)

Sel darah putih > 12.000/mm3, atau > 10% bentuk immature/band

Sepsis berat : kondisi sepsis disertai adanya disfungsi organ, hipoperfusi atau
hipotensi
GAMBARAN KLINIS

Demam > 38 Takikardi


Hipoventilasi
derajat celcius HR > 90 x/menit

Disfungsi hati,
paru, dan ginjal Hipotensi Ensefalopati

Ruam kulit :
meningokoksemi
a, sindrom syok
toksik, infeksi,
Capnocytophaga,
ektima
gangrenosum
Temuan Laboratorium Leukositosis atau leukopenia

Trombositopenia

Koagulopati intravaskular diseminata,


peningkatan D dimer, dan pemanjangan
waktu protrombin
Peningkatan ureum, kreatinin, bilirubin,
transaminase, laktat

Alkalosis respiratorik, kemudian menjadi


asidosis metabolik
DIAGNOSIS

Pemeriksaan
Anamnesis
Fisik

Pemeriksaan
Penunjang
... Diagnosis

• Kultur untuk terapi


mikrobial
• Kultur dari tempat lainnya
seperti urin, LCS, luka,
sekret respirasi, atau cairan
tubuh lainnya harus diambil
sebelum dimulai terapi
antibiotik
TATALAKSANA
Tatalaksana sepsis, dapat diberikan sesuai penyebabnya misalnya pada bakteri E.coli dapat
diberikan antibiotika dan juga terapi lainnya yang dapat menunjang hemodinamik, nutrisi,
simptomatik, penetralisir toksin, dan penurun respon inflamasi
RESUSITASI CAIRAN
Target Tekanan vena sentral : 8-12 mmHg
Terapi
resusitasi
cairan Tekanan arteri rata-rata > 65 mmHg
pertama:
Produksi urin > 0,5 mm/kgBB/jam

Saturasi oksigen ≥ 70 %
TERAPI ANTIBIOTIK
Antibiotik intravena seharusnya dimulai dalam 1 jam pertama setelah diketahui
terjadinya sepsis berat, setelah kultur diambil.

Terapi antibiotik awal secara empiris seharusnya termasuk 1 atau lebih obat
yang mempunyai aktifitas melawan patogen yang dicurigai (bakterial atau
fungal)
Pemberian antimikrobial selalu ditinjau kembali setelah 48–72 jam
Durasi terapi antibiotik berjalan selama 7-10 hari dan berdasarkan respon klinis.
KONTROL SUMBER INFEKSI
Setiap pasien sepsis seharusnya dievaluasi terdapatnya fokus infeksi,
terutama dari drainase abses atau fokus infeksi lokal, debridement jaringan
nekrotik terinfeksi, pelepasan peralatan yang memungkinkan terinfeksi, atau
kontrol definitif sumber kontaminasi mikroba yang masih ada.
TERAPI CAIRAN
Uji cairan pada pasien
yang dicurigai
hipovolemia (dicurigai
terdapat sirkulasi arterial
yang tidak adekuat) dapat
diberikan 500-1000 cc
Resusitasi cairan dapat kristaloid atau 300-500 cc
berupa koloid atau koloid dalam 30 menit
kristaloid. dan diulang berdasarkan
respon klinis (peningkatan
tekanan darah dan
produksi urin), dan
dimonitor adanya
kelebihan cairan
intravaskuler.
VASOPRESOR

Apabila uji cairan


tidak mampu
Norepinefrin atau
menghasilkan
dopamin merupakan
tekanan darah dan
obat vasopresor
perfusi organ yang
pilihan utama untuk
adekuat, terapi
mengatasi hipotensi
dengan obat
pada syok septik.
vasopresor harus
segera dimulai
TERAPI INOTROPIK
Pada pasien dengan curah jantung rendah meskipun sudah
dilakukan resusitasi cairan yang adekuat, dobutamin dapat
digunakan untuk meningkatkan curah jantung.
STEROID
Kortikosteroid
intravena
(hidrokortison 200-
300 mg/hari, selama
Kortikosteroid tidak
7 hari dalam 3-4
boleh diberikan pada
dosis terbagi atau
penatalaksanaan
dengan infus kontinu)
sepsis jika tidak
direkomendasikan
terdapat syok septik.
pada pasien dengan
syok septik yang
memerlukan terapi
vasopresor
PEMBERIAN PRODUK DARAH

Trombosit seharusnya
diberikan apabila AT
Tranfusi sel darah
< 50000 /mm3
merah harus
meskipun tidak
diberikan hanya jika
muncul perdarahan.
hemoglobin turun
Tranfusi trombosit
kurang dari 7 gr/dL
dipertimbangkan
untuk mencapai
apabila AT 5000-
target hemoglobin 7-
30000/mm3 dan
9 gr/dL.
terdapat resiko
perdarahan
KONTROL GLUKOSA
Dipertahankan Pada pasien sepsis
kadar glukosa berat
darah kurang dari pengendalian
150 mg/dL (8,3 glukosa harus
mmol/L) pada disertai pemberian
stabilisasi awal nutrisi yang
pasien sepsis diprioritaskan
berat. melalui jalur
enteral
PENCEGAHAN STRESS ULCER

Pencegahan stress ulcer seharusnya diberikan pada semua


pasien dengan sepsis berat. Inhibitor reseptor H2 lebih
bermanfaat bila dibandingkan dengan sukralfat.
TERAPI BIKARBONAT
Bertujuan Tidak
memperbaiki direkomendasikan
hemodinamik untuk mengobati
atau menurunkan asidosis laktat
kebutuhan terinduksi
vasopresor hipoperfusi
dengan pH > 7,15
KESIMPULAN
Sepsis terjadi bila pasien yang mengalami infeksi memperlihatkan
manifestasi sistemik tertentu dari respon inflamasi seperti demam atau
hipotermia, takikardia dan leukositosis atau leukopenia.

Penegakan diagnosis berdasarkan klinis dan juga laboratorium, selain itu


perlunya memperhatikan apakah sudah terjadi kegagalan organ.

Tatalaksana sepsis, dapat diberikan sesuai penyebabnya misalnya pada


bakteri dapat diberikan antibiotika dan juga terapi lainnya yang dapat
menunjang hemodinamik, nutrisi, simptomatik, penetralisir toksin, dan
penurun respon inflamasi.
DAFTAR PUSTAKA
– Angus DC, Linde WT, Lidicker J,: Epidemiology of Severe Sepsis in The United States. Crit Care Med 2001, 29;
1303-1310.
– Baxter, F., Septic Shock. Can J Anaesth 1997, 44; 59-72;
– Carcille J., John, A.H., 2005. Sepsis and Multiple Organ System Failure dalam Children Textbook of Critical Care.
5th ed; 211-234; Pennsylvenia: Mitchell P. Finle.
– Dellinger RP, Carlet JM, Masur H, et al. Surviving Sepsis Campaign Guidelines for Management of Severe Sepsis
and Septic Shock. Crit Care Med 2004; 32:858-873.
– Edbrooke, DL, Hibbert CL, Kingsley JM, et. Al.: The Patient Related Costs of Care for Sepsis Patients in England
Adult General Intensive Care Unit. Crit Care Med 1999; 27;1760-1767
– Hoyert DL, Anderson RN: Age-adjusted Death Rate. Natl Vital Stat Rep 2001, 49:1-6
– Light, R.B., 1998. Approach to Sepsis of Unknown Origin dalam Principle of Critical Care; 2nd ed, McGraw-Hill,
New York, p 719-745.
– Patrick J.N, 2006. Infectious Disease and Bioterrorism dalam Anaesthesia and Uncommon Disease, 5th ed; 377-
410; Philadhelpia; Saunder Elsevier.
– Suharto, 2000. Patofisiologi Syok Septik. Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Terpadu I FK UNAIR; p 57-6
– Dellinger RP, Carlet JM, Masur H, et al. Surviving Sepsis Campaign Guidelines for Management of Severe Sepsis
and Septic Shock. Crit Care Med 2012
TERIMA KASIH 

Anda mungkin juga menyukai