Anda di halaman 1dari 87

Nama Kelompok:

• VERA ADIS 1711070046


• HESTY RATNA SARI 1711070067
• AYU SUHARTINI 1711070045
• Pendahuluan
• Ruang Lingkup
• Pengakuan
• Pengukuran pada Saat Pengakuan
• Pengukuran Setelah Pengakuan
• Depresiasi
• Jumlah yang Dapat Disusutkan dan Periode Penyusutan
• Metode Penyusutan
• Penurunan Nilai (Impairment)
• Penghentian Pengakuan
• Expenditure
• Pengungkapan
PENGATURAN PROPERTY, PLANT AND EQUIPMENT
DALAM IAS & IFRS
Biaya Penurunan
Nilai Aset
Pinjaman
IAS 23
IAS 36

Property, Plant
And Equipment Aturan terkait
IAS
16
PP & E
IFRS 5

Aset Tidak Lancar Dimiliki


IAS 40
untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan
Sewa IFRS 16,
Transaksi Mengandung IAS 7 Investasi Properti
Sewa Aset tak berwujud
Konsesi Jasa Hak atas Tanah
Pengertian/Definisi:
Aset Property, Plant, and Equipmet adalah Asset berwujud yang dimiliki untuk digunakan
dalam kegiatan operasional perusahaan; dan memiliki manfaat ekonomi lebih dari satu
periode akuntansi.

Karakteristik:
1. Sumber daya yang dikendalikan oleh entitas;
2. Diperoleh dari peristiwa masa lalu;
3. Memberi manfaat ekonomis dimasa depan diatas 1 tahun;
4. Digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan;
5. Tidak untuk dijual;
6. Bersifat material;
7. Bersifat non moneter;
8. Berwujud;
Karakteristik Sebagai Beban
• Masa manfaat dibawah 1 tahun;
• Bersifat tidak material;
• Berwujud dan tidak berwujud;
• Aliran keluar/penurunan asset.
Penurunan aktiva beban timbul karena terjadi transaksi yang mengakibatkan
pengurangan atau penurunan aktiva atau menimbulkan aliran keluar manfaat ekonomi.
• Operasi utama yang berkesinambungan.
Tidak semua penurunan aktiva dapat menjadi beban, agar terjadi maka harus
berkaitan dengan kegiatan utama perusahaan yang continue.
Karakteristik Sebagai Aktiva Tetap
• Dimiliki perusahaan untuk digunakan bukan untuk diperjualbelikan;
• Dimiliki untuk digunakan dalam operasi perusahaan yang utama bukan investasi jangka
panjang;
• Dimiliki untuk digunakan dalam jangka waktu lebih dari satu siklus operasi perusahaan bukan
perlengkapan;
• Memiliki nilai yang relatif tinggi.
Perbedaan Antara Properti, Pabrik, Dan Peralatan Adalah Sebagai Berikut :
Property Plant Equipment
Kegunaan  Dimiliki untuk menghasilkan Dimiliki untuk digunakan Dimiliki untuk digunakan
pendapatan sewa atau untuk dalam kegiatan utama membantu kegiatan
kenaikan nilai (apresiasi operasional perusahaan operasional perusahaan
modal) atau keduanya
 Tidak digunakan dalam
produksi atau penyediaan
barang atau jasa atau untuk
tujuan administrative
 Tidak untuk dijual dalam
kegiatan usaha sehari-hari

Masa Manfaat 10-30 tahun* 10-40 tahun 5 s.d 10 tahun

* masa manfaat yang diperkirakan akan tergantung pada lamanya masa sewa. ini akan menjadi periode sewa
atau perkiraan masa manfaat aset, sebagaimana yang diberikan, mana yang lebih pendek.
TUJUAN IAS 16:
Mengatur perlakuan akuntansi untuk properti, pabrik, dan peralatan sehingga
pengguna laporan keuangan dapat melihat informasi tentang investasi entitas
dalam properti, pabrik, dan peralatannya serta perubahan dalam investasi
tersebut.
IAS 16 harus diterapkan dalam akuntansi untuk properti, pabrik dan peralatan kecuali ketika
standar lain mengharuskan atau memungkinkan perlakuan akuntansi yang berbeda.
IAS 16 tidak diterapkan untuk :
a. Properti, pabrik dan peralatan diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan ifrs 5
aset tidak lancar yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan;
b. Aset biologis yang terkait dengan kegiatan pertanian (lihat ias 41 pertanian);
c. Pengakuan dan pengukuran aset eksplorasi dan evaluasi (lihat ifrs 6 eksplorasi dan evaluasi
sumber daya mineral); atau
d. Hak mineral dan cadangan mineral seperti minyak, gas alam dan sumber daya non-regeneratif
yang serupa.
Namun, standar ini berlaku untuk properti, pabrik dan peralatan yang digunakan untuk
mengembangkan atau memelihara aset yang dijelaskan dalam (b) - (d).
• Biaya perolehan aset properti, pabrik, dan peralatan harus diakui sebagai aset jika
dan hanya jika :
a. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas, dan
b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.

• Diterapkan untuk semua biaya properti, pabrik, dan peralatan pada saat terjadinya.
Biaya ini meliputi :
a. Biaya yang dikeluarkan awalnya untuk memperoleh atau membangun suatu aset
tetap, dan
b. Biaya yang dikeluarkan kemudian untuk menambah, mengganti bagian atau
memperbaiki aset.
Berdasarkan waktu timbulnya biaya perolehan property, plant and equipment, dapat dikategorikan
sebagai berikut:
• Biaya Awal
Aset tetap dapat diperoleh untuk alasan keamanan atau lingkungan. Perolehan aset tetap
semacam itu, walaupun tidak secara langsung meningkatkan manfaat ekonomik masa depan dari
suatu aset tetap yang ada, mungkin diperlukan bagi entitas untuk memperoleh manfaat ekonomik
masa depan dari aset lain yang terkait. Dalam keadaan ini, perolehan aset tetap semacam itu
memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset, karena aset tersebut memungkinkan entitas
memperoleh manfaat ekonomik masa depan yang lebih besar dari aset-aset terkait dibandingkan
dengan manfaat ekonomik yang dihasilkan seandainya aset tersebut tidak diperoleh.

• Subsequent Cost (Biaya yang timbul setelah asset diperoleh)


Berdasarkan prinsip pengakuan property, plant and equipment yang diatur dalam IAS 16, suatu
entitas tidak mengakui biaya perawatan harian suatu item property, plant and equipment ke dalam
nilai terbawa dari item asset tersebut. Biaya perawatan harian tersebut diakui dalam profit dan loss
pada laporan laba rugi. Biaya perawatan harian tersebut berupa upah tenaga kerja, barang habis
pakai, dan suku cadang kecil. Tujuan dari pengeluaran ini adalah untuk perbaikan dan pemeliharaan
item property, plant and equipment.
• Suatu aset Properti, Pabrik, dan Peralatan yang memenuhi kualifikasi diakui sebagai
aset pada awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan.

Biaya Perolehan
Biaya yang dapat
diatribusikan secara
langsung Biaya pembongkaran dan
pemindahan aset tetap dan
restorasi lokasi aset
a) Harga perolehan  bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh dikreditkan setelah
dikurangi diskon pembelian dan potongan lain;
b) Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud
manajemen
c) Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
Kewajiban atas biaya tersebut timbul
– Ketika aset tersebut diperoleh, atau
– Karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk
menghasilkan persediaan.
a) Biaya imbalan kerja yang timbul dari pembangunan atau akuisisi aset tetap
b) Biaya penyiapan lahan untuk pabrik
c) Biaya handling dan penyerahan awal
d) Biaya perakitan dan instalasi
e) Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik (setelah dikurangi
hasil penjualan produk tersebut)
f) Komisi profesional
a) Biaya pembukaan fasilitas baru;
b) Biaya pengenalan produk baru;
c) Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru termasuk biaya pelatihan staf;
d) Administrasi dan overhead umum;
e) Biaya saat alat belum beroperasi penuh;
f) Kerugian awal operasi;
g) Biaya relokasi dan reorganisasi operasi entitas;
h) Hasil dari aset sebelum dimanfaatkan (hasil parkir dari lahan yang belum digunakan);
i) Laba internal jika aset tersebut merupakan persediaan perusahaan.
Contoh
• Entitas membeli peralatan tambang, diimport dari luar negeri. Harga peralatan 200.000
USD.
• Cost insurance and freight (CIF) sebesar 10.000 USD.
• Peralatan tersebut dikenakan bea masuk dan bea masuk tambahan sebesar 15% dari
nilai CIF.
• PPN 10%, PPNBM 10% dan Pph 22 sebesar 2,5%.
• Kurs spot atas atas pembelian peralatan tersebut sebesar 11.000,- dan kurs KMK yang
berlaku pada saat transaksi sebesar 11.100,-.
• Nilai peralatan : 200.000 + 10.000 = 210.000 USD
• 210.000 x 11.000 = 2.310.000.000 (pencatatan perusahaan)
• Bea masuk 210.000 x 15% x 11.100 = 349.650.000
• Total CIF + bea masuk (kurs pajak) = 210.000 x 115% x 11.100 = 2.680.650.000
• PPN = 10% x 2.680.650.000 = 268.065.000
• PPn BM = 20% x 2.680.650.000 = 536.130.000
• PPh 22 = 2,5% x 2.680.650.000 = 67.016.250
• Nilai peralatan 2.310.000.000 + 349.650.000 + 536.130.000 = 3.195.780.000

Peralatan 2.310.000.000
Utang Dagang 2.310.000.000

Peralatan (bea masuk) 349.650.000


Peralatan (PPnBM) 536.130.000
Kas 885.780.000

PPN Masukan 268.065.000


Pph 22 67.016.250
Utang Pajak 335.081.250
• Biaya perolehan properti, pabrik dan peralatan (PPE)
Adalah harga tunai yang setara pada tanggal pengakuan. Jika pembayaran ditangguhkan di luar
persyaratan kredit normal, selisih antara harga tunai yang setara dan total pembayaran diakui
sebagai bunga selama jangka waktu kredit (kecuali bunga tersebut dikapitalisasi sesuai dengan ias
23).

• Biaya perolehan atas asset tidak lancar diukur pada nilai wajar kecuali :
a. transaksi pertukaran tidak memiliki substansi komersial, atau
b. nilai wajar baik aset yang diterima maupun aset yang diserahkan dapat diukur secara andal.
1. Biaya Perolehan Bangunan
Semua biaya terkait dengan akuisisi atau konstruksi, antara lain :
• Material, tenaga kerja, overhead selama proses kontruksi,
biaya bunga ----> jika membangun sendiri;
• Harga beli bangunan dan pengurusan hak perolehan bangunan;
• Fee professional;
• Izin pendirian bangunan.

2. Biaya Perolehan Tanah


Semua biaya terkait dengan akuisisi dan penyiapan tanah sesuai dengan tujuan
penggunaannya, antara lain :
• Harga beli bangunan;
• Biaya pengurusan hak tanah (sertifikat, pajak/BPHTB, biaya notaris, dll;
• Biaya untuk perataaan tanah, penghancuran bangunan yang tidak diperlukan;
• Fee professional;
• Ijin pendirian bangunan.
3. Tanah dan Bangunan  Investasi Properti
• Properti investasi menurut IAS 40 adalah :
Properti (tanah atau bangunan atau bagian dari bangunan atau keduanya) yang dikuasai (oleh
pemilik atau lessee melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan
nilai, atau kedua-duanya, dan tidak untuk :
 Digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif; atau
 Dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.;
• Kriteria pengakuan sama dengan IAS 16;
• Properti investasi pada awalnya diukur sebesar biaya perolehan. biaya transaksi termasuk
dalam pengukuran awal tersebut;
• Setelah pengukuran awal perusahaan dapat memilih menggunakan metode biaya atau nilai
wajar.
4. Biaya Perolehan Peralatan
Peralatan dapat meliputi mesin, kendaraan, peralatan kantor, peralatan pabrik, dan
peralatan lain.
Biaya perolehannya meliputi:
• Harga beli;
• Pajak atau bea yang tidak dapat dikreditkan;
• Biaya transportasi;
• Biaya asuransi selama pengiriman barang;
• Biaya instalasi dan biaya penyiapan tempat untuk melakukan instalasi;
• Biaya untuk pengesetan peralatan.
5. Biaya Perolehan Aset yang Dibangun Sendiri
Biaya yang dikeluarkan sampai aset tersebut siap digunakan :
• Material dan tenaga kerja;
• Overhead (biaya variabel dan porsi dari fixed overhead yang terkait langsung
dengan pembangunan asset);
• Biaya bunga selama proses pembangunan.
Bunga selama konstruksi
Alternatif pembebanan biaya bunga yang muncul selama proses konstruksi :

Rp 0 Menambah Nilai Aset Rp ?

Biaya bunga Kapitalisasi


Kapitalisasi biaya
tidak semua biaya
bunga aktual
dikapitalisasi bunga
selama konstruksi
selama
(dengan modifikasi)
konstruksi

IFRS/IAS
Contoh
Berikut ini biaya yang dikeluarkan PT. Kelana dalam rangka perolehan mesin baru untuk produk
barunya.
• 5 milyar untuk pembelian mesin;
• 50 juta biaya tenaga kerja untuk mengubah interior pabrik agar sesuai dengan penggunaan mesin;
• 100 juta untuk penyiapan lokasi pabrik;
• 80 juta untuk pengiriman mesin;
• 500 juta PPN dan 500 juta bea masuk;
• 800 juta untuk biaya promosi produk baru;
• 120 juta untuk biaya instalasi mesin;
• 50 juta untuk biaya pengetesan;
• 130 juta untuk biaya grand opening;
• 30 juta untuk biaya tenaga enginering yang melakukan pengetesan dan instalasi;
• 25 juta untuk biaya administrasi yang dimasukkan dalam biaya overhead.
Yang diakui sebagai biaya dari pembukaan pabrik adalah :
• Pembelian mesin 5 miliar
• Biaya tenaga kerja 50 juta
• Persiapan lokasi pabrik 100 juta
• Pengiriman mesin 80 juta
• PPN 500 juta
• Bea masuk 500 juta
• Instalasi mesin 120 juta
• Pengetesan 50 juta
• Tenaga engineering 30 juta
Total 6.430.000.000
Biaya yang tidak berhubungan langsung dengan perolehan dan pemasangan mesin pabrik
tersebut tidak boleh diakui. Biaya tersebut antara lain :
• Grand opening 130 juta
• Promosi produk baru 800 juta
• Administrasi 25 juta
Suatu entitas harus memilih salah satu model biaya dan model revaluasi yang diatur dalam IAS
16 sebagai kebijakan akuntansinya dan harus menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh
aset tidak lancar dalam kelompok yang sama.

Pengeluaran-pengeluaran setelah perolehan aset tetap terbagi menjadi dua :


1. Pengeluran Pendapatan (Revenue Expenditure)
Pengeluaran yang dilakukan untuk mengakuisisi aset tidak lancar baru atau menambah aset tidak
lancar baru. pengeluaran akan dicatat menambah nilai aset jika sesuai dengan definisi aset tidak
lancar yaitu memiliki manfaat ekonomi di masa depan dan nilainya dapat diukur dengan andal.

2. Pengeluaran Modal (Capital Expenduditure)


Pengeluaran untuk memperbaiki atau memelihara aset tetap yang tidak memberikan manfaat di
masa mendatang. pengeluaran akan diklasifikasikan sebagai beban pemeliharaan.
IAS 16 memungkinkan dua model akuntansi yang harus dipilih oleh Entitas :
1. Cost Model
Setelah diakui sebagai aset, aset properti, pabrik, dan peralatan harus dicatat sebesar :
Biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai asset

• Nilai yang digunakan adalah nilai wajar, yaitu nilai di mana suatu aset dapat
dipertukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang memahami dan
berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arm’s length transaction).

• Bukan nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang
dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan.
2. Revaluation Model
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar :
Nilai revaluasi, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi, dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi
kerugian penurunan nilai asset yang terjadi setelah tanggal revaluasi

Ketika entitas menggunakan model revaluasi, jumlah tercatat aset disajikan kembali pada nilai
revaluasinya, sehingga jumlah tercatat aset bruto dan akumulasi penyusutan diperlakukan pada salah
satu cara berikut :
1. Proporsional
Nilai akumulasi depresiasi dan harga perolehan disajikan kembali secara proporsional dengan
perubahan jumlah tercatat bruto aset sehingga nilai tercatat dari aset setelah revaluasi sama dengan
jumlah yang direvaluasi. metode ini sering digunakan ketika aset dinilai kembali dengan cara
menerapkan indeks untuk menentukan biaya penggantian terdepresiasi.

2. Eliminasi
Nilai akumulasi depresiasi dihilangkan terhadap nilai tercatat bruto dari aset tersebut dan jumlah
bersih disajikan kembali ke nilai revaluasi aset.
Contoh Metode Proporsional
Peralatan senilai 100.000.000 diperoleh tanggal 1 januari 2012 dengan masa manfaat
ekonomis 5 tahun tanpa nilai sisa. tanggal 31 desember 2012 nilai wajar aset adalah
90.000.000.
Jawab :
01/01/2012 Aset Properti, Pabrik, dan Peralatan 100.000.000
Kas 100.000.000
31/12/2012 Beban penyusutan 20.000.000
Akumulasi penyusutan 20.000.000
31/12/ 2012 Aset Properti, Pabrik, dan Peralatan 12.500.000
Akumulasi penyusutan 2.500.000*
Surplus revaluasi 10.000.000

*(90.000.000 - 80.000.000) / 80.000.000) x 20.000.000 = 2.500.000


Contoh Metode Eliminasi
Peralatan senilai 100.000.000 diperoleh tanggal 1 Januari 2012 dengan masa manfaat ekonomis
5 tahun tanpa nilai sisa. tanggal 31 Desember 2012 nilai wajar aset adalah 90.000.000.
Jawab :
01/01/2012 Aset Properti, Pabrik, dan Peralatan 100.000.000
Kas 100.000.000
31/12/2012 Beban Penyusutan 20.000.000
Akumulasi Penyusutan 20.000.000
31/12/ 2012 Akumulasi Properti, Pabrik, dan Peralatan 20.000.000
Aset Properti, Pabrik, dan Peralatan 20.000.000
Aset Properti, Pabrik, dan Peralatan 10.000,000
Surplus Revaluasi - OCI 10.000.000
31/12/2013 Beban Penyusutan 22.500.000
Akumulasi Penyusutan 22.500.000
Surplus revaluasi – OCI (10juta : 4) 2.500.000
Saldo Laba 2.500.000
• Nilai wajar adalah nilai di mana suatu aset dapat ditukarkan atau suatu kewajiban
diselesaikan antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi
wajar.
Atau IFRS 13 para 9 (Fair Value Measurement) mendefinisikan nilai wajar sebagai
berikut :
“Harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar
untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada
tanggal pengukuran.”
• Kuotasi harga di pasar aktif;
• Jika pasar tidak aktif, maka menggunakan teknik penilaian yang meliputi :
 penggunaan transaksi-transaksi pasar wajar yang terkini antara pihak-pihak yang mengerti,
berkeinginan, jika tersedia;
 referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial sama;
 analisis arus kas yang didiskonto (discounted cash flow analysis); dan
 model penetapan harga opsi (option pricing model).
• Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh
penilai yang memiliki kualifikasi professional berdasarkan bukti pasar.
• Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya menggunakan nilai pasar yang ditentukan oleh penilai.
• Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari suatu asset properti, pabrik,
dan peralatan.
• Jika nilai wajar dari asset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.
• Beberapa asset properti, pabrik, dan peralatan mengalami perubahan nilai wajar
secara signifikan dan fluktuatif, sehingga perlu direvaluasi secara tahunan.
• Revaluasi tahunan tidak perlu, apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan, asset
dapat direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.
Cost Model
Penyusutan
Revaluation Model

Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan


(depreciable amount) dari suatu aset selama umur manfaatnya
(useful life).

34
Depresiasi fisik terjadi dari
Semua aset tetap kecuali pengausan atau perusakan
tanah kehilangan kapasitasnya saat digunakan atau karena
saat digunakan. cuaca.
Kehilangan kapasitas produksi
ini diakui sebagai Beban
Depresiasi.
Depresiasi  alokasi biaya Depresasi fungsional terjadi
perolehan saat aset tetap tidak lagi
dapat digunakan pada
tingkat yang diharapkan.
Faktor yang Mempengaruhi
Beban Depresiasi

Biaya Perolehan - Nilai Sisa = Biaya didepresiasi

Masa Manfaat

Beban Depresiasi
Periodik
Penyusutan
• Setiap bagian aset tetap yang
memiliki biaya perolehan cukup
signifikan terhadap total biaya
perolehan seluruh aset harus
disusutkan secara terpisah.
• Contoh : rangka dan mesin
pesawat
• Beban penyusutan untuk setiap
periode harus diakui dalam
laporan laba rugi kecuali jika
beban tersebut dimasukkan dalam
jumlah tercatat aset lain.
37
 Penyusutan aset dimulai pada saat aset Penyusutan
tersebut siap digunakan
– Pada saat aset berada di lokasi dan
kondisi yang diinginkan agar aset siap Implikasinya,
digunakan sesuai dengan keinginan dan penyusutan tidak
maksud manajemen. dihentikan sekalipun
 Penyusutan aset dihentikan lebih awal aset:
ketika: – tidak digunakan
atau
– Diklasifikasikan sebagai aset dimiliki
– dihentikan
untuk dijual; dan
penggunaannya
– Aset dihentikan pengakuannya.
 Tanah dan bangunan diperlakukan
sebagai aset terpisah walaupun
diperoleh sekaligus.
38
• Nilai residu dan umur manfaat suatu aset
harus di-review minimum setiap akhir tahun
buku
• Jika hasil review berbeda dengan estimasi
sebelumnya maka perbedaan tersebut harus
diperlakukan sebagai perubahan estimasi
akuntansi.

39
Umur Manfaat

Faktor yang harus diperhitungkan dalam menentukan umur


manfaat.
• Prakiraan daya pakai aset;
• Prakiraan tingkat keausan fisik;
• Keusangan teknis dan keusangan komersil;
• Pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum (misal :
sewa).

40
• Metode penyusutan yang Metode Penyusutan
digunakan:
• Harus mencerminkan ekspektasi pola
konsumsi manfaat ekonomis masa
depan atas aset oleh entitas.
• Harus di-review minimum setiap akhir
tahun buku, dan
• Perubahan metode diperlakukan
sebagai perubahan estimasi.

41
Metode Penyusutan

Menghasilkan pembebanan yang tetap sepanjang


Garis Lurus
umur manfaat selagi nilai residu tidak berubah

Menghasilkan pembebanan yang menurun


Saldo Menurun
sepanjang umur manfaat

Menghasilkan pembebanan berdasarkan


Jumlah Unit
penggunaan

42
Sebagian besar
perusahaan di USA
menggunakan metode garis Lainnya
lurus / straight line Unit Produksi
8% 5%
4%
Saldo Menurun

83%
Garis Lurus
Sumber: Accounting Trends & Techniques, edisi 56, American Institute of Certified
Public Accountants, New York, 2002.
Data

Biaya Awal.....………….. ... 2.400.000


Masa manfaat dalam tahun.. 5 tahun
Masa manfaat dalam jam…... 10.000
Nilai sisa............................ 200.000
Metode Penyusutan Garis Lurus

Biaya – Nilai Sisa


= depresiasi tahunan
Masa Manfaat
2.400.000 – 200.000
= 440.000 depresiasi tahunan
5 tahun
440.000
= 18.3%Tingkat depresiasi
2.400.000 garis lurus
Metode Garis Lurus

Akum. Depr. Nilai Buku Nilai buku


pada awal pada awal Beban pada akhir
Tahun Biaya tahun tahun Depr. tahun

1 2.400.000 2.400.000 440.000 1.960.000


2 2.400.000 440.000 1.960.000 440.000 1.520.000
3 2.400.000 880.000 1.520.000 440.000 1.080.000
4 2.400.000 1.320.000 1.080.000 440.000 640.000
5 2.400.000 1.760.000 640.000 440.000 200.000
Beban
Biaya (2.400.000) – Nilai Sisa (200.000) Depresiasi
Estimasi Masa Manfaat 5 thn)
=
tahunan (440.000)

46
Biaya – Estimasi nilai sisa
= Depresiasi per unit, jam,
Estimasi masa manfaat dalam unit, jam, dsb.
dsb.

2.400.000 – 200.000
= 220 per jam.
10,000 jam

Metode unit produksi lebih sesuai


dibandingkan dengan metode garis lurus saat
jumlah penggunaan aset tetap bervariasi
dari tahun ke tahun.
Tahap 1 2.400.000 – 200.000
= 480.000
5 tahun
Mengabaikan nilai sisa,
menghitung tingkat garis 480.000
lurus = 20%
2.400.000
Tahap 2
Cara mudahnya dengan
membagi satu dengan jumlah
Tingkat garis lurus dikali dua. tahun (1 ÷ 5 = .20).
0.20 x 2 = .40
Untuk tahun pertama, biaya dari aset dikalikan dengan 0.40. Setelah tahun
pertama, nilai buku yang menurun dari aset dikalikan dengan 0.40.
48
Tahap 3
Akumulasi
Nilai Buku Depresiasi Depresiasi Nilai Buku
Tahun Awal Tahun Tingkat Tahunan Akhir Tahun Akhir Tahun
1 2.400.000 40% 960.000 960.000 1.440.000
2 1.440.000 40% 576.000 1.536.000 864.000
3 864.000 40% 345.600 345.600 518.400
4 518.400 40% 207.360 207.360 311.040
5 311.040 111.040 111.040 200.000

311.040 – 200.000 Nilai Buku akhir


yang diinginkan
Faktor yang Mempengaruhi Beban Depresiasi

Biaya Perolehan - Nilai Sisa = Biaya didepresiasi

Masa Manfaat

Beban Depresiasi
Periodik
• Sebuah mesin diperoleh pada tanggal 1 Januari 2007 dengan harga Rp 8,000,000 ditaksir
memiliki umur ekonomis 8 tahun, dan apabila nanti ditarik diperkirakan besi tuanya dapat
dijual seharga Rp 150,000. Tambahan informasi : Perusahaan menggunakan metode garis
lurus.

Beban penyusutan untuk tahun 2007, dihitungan dengan cara :

Depreciation Cost = 12/12 x [(Rp 8,000,000–150,000) : 8] = Rp 981,250,-

Jika aktiva tetap tersebut diperoleh pada tanggal 05 Pebruari 2007, maka dihitung dengan
cara = 11/12 x [(Rp 8,000,000 – 150,000) : 8]

Jika diperoleh pada tanggal 20 Pebruari 2007, maka dihitung 10/12 x [(Rp 8,000,000 –
150,000) : 8]
• Jika tanpa nilai residu, maka variable nilai residu tidak diperhitungkan (lihat formula
di atas).

Atas pembebanan penyusutan ini dicatat sebagai berikut :

[-Debit-]. Depreciation = Rp 981,250,-


[-Credit-]. Accumulated Depreciation = Rp 981,250,-
• Jika aktiva tersebut diperoleh di awal tahun (01~14 Januari), maka tabel “Jadwal
Penyusutan Aktiva ” selama umur ekonomisnya, akan menjadi sebagai berikut :
• Pada tabel pertama (dengan memperkirakan adanya salvage value), di akhir tahun
ke-8, terlihat masih ada NILAI BUKU (Book Value) aktiva sebesar Rp 150,000, INILAH
YANG DISEBUT NILAI RESIDU (Salvage Value) dimana jika aktiva tersebut dijual pada
akhir penggunaannya nanti diperkirakan akan laku seharga Rp 150,000,-. Di sisi
lainnya, biaya penyusutan yang dibebankan tidak sepenuhnya Rp 1,000,000 per
tahunnya.
• Pada tabel kedua (dengan tidak memperkirakan adanya salvage value), pada akhir
tahun ke-8, NILAI BUKU (Book Value) benar-benar Nihil (nol), artinya : perusahaan
memperkirakan aktiva tersebut tidak akan menghasilkan arus kas (tidak bisa dijual)
pada akhir masa penggunaannya nanti. Di sisi lain, penyusutan dibebankan
sepenuhnya Rp 1,000,000 setiap tahunnya.
• Penurunan nilai terjadi jika nilai tercatat aset lebih tinggi dibandingkan nilai terpulihkan
(recoverable amount).
• Recoverable amount adalah nilai tertinggi antara nilai wajar dikurangi biaya penjualan
dengan nilai kini penggunaan asset.
• Penurunan nilai diakui di laporan laba rugi.
• Review penurunan nilai dilakukan setiap pelaporan. pertama dilakukan review apakah
terjadi indikasi penurunan nilai, jika tidak ada maka aset tidak perlu dihitung nilai
dapat diperoleh kembali. jika terdapat indikasi penurunan nilai entitas baru melakukan
perhitungan nilai dapat diperoleh kembali.
• Penurunan boleh dapat dibalikkan sebesar yang telah terjadi.
• Nilai tercatat dari aset properti, pabrik dan peralatan akan dihentikan pengakuannya pada
saat :
a) pelepasan; atau
b) ketika tidak ada manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau
pelepasannya.
• Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan aset properti, pabrik dan peralatan
harus dimasukkan dalam laporan laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya
(kecuali transaksi penjualan dan sewa kembali).
• Laba tidak dapat diklasifikasikan sebagai pendapatan.
• Penghentian pengakuan aset dapat dilakukan dengan beberapa cara :
1. dibuang,
2. dijual, atau
3. ditukar tambah dengan aset serupa.
• Penghentian pengakuan pada saat penggantian sebagian aset properti, pabrik dan peralatan
 Entitas mengakui biaya perolehan dari penggantian dalam jumlah tercatat aset,
 Kemudian menghentikan pengakuan jumlah tercatat bagian yang digantikan tanpa
memperhatikan bagian yang digantikan telah disusutkan secara terpisah. Jika tidak dapat
ditentukan, maka :
biaya perolehan penggantian = biaya perolehan yang digantikan .
• Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan suatu aset properti, pabrik dan
peralatan harus ditentukan sebesar perbedaan antara :
 Jumlah neto hasil pelepasan, jika ada, dan
 Jumlah tercatat dari aset.
• Jurnal yang diperlukan tergantung pelepasan dan kondisi, namun secara umum terdiri dari :
 Akun aset dikredit untuk mengeluarkan aset dari pembukuan.
 Akun akumulasi Penyusutan terkait harus didebit untuk mengeluarkan saldonya dari buku
besar.
 Tambahkan aset yang diterima dari proses penghentian jika ada.
 Selisih akan diperhitungkan dalam keuntungan atau kerugian.
Contoh Penghentian Pengakuan Dengan Cara Dibuang
PT. Kelud memiliki mesin yang dibeli pada januari 2003 dengan harga perolehan
Rp 80.000.000,-; estimasi umur ekonomis 10 tahun (habis pakai pada 2013); estimasi nilai
sisa Rp 0,-. Metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus. Telah disusutkan selama
10 tahun. Mesin tersebut akan dibuang sebagai rongsokan, sedangkan menurut catatan
pembukuan, mesin tersebut masih mempunyai nilai buku sebesar Rp 1.500.000,-.
Jurnal Januari 2013 :
Akumulasi depresiasi mesin Rp 78.500.000,-
Kerugian atas pelepasan aset-mesin Rp 1.500.000,-
Mesin Rp 80.000.000,-
Contoh Penghentian Pengakuan Dengan Cara Dijual
PT. Kelud memilik mesin yang dibeli 1 juli 2X07 dengan harga Rp 20.000.000. Depresiasi sebesar Rp
2.400.000 per tahun, jurnal depresiasi dilakukan setiap akhir tahun. Pada 1 september 2X11 mesin dijual
dengan harga 10.000.000. Buatlah jurnal untuk mencatat penjualan tersebut.
Mencatat depresiasi 3 bulan
Beban Penyusutan 1.600.000
Akumulasi Penyusutan 1.600.000
Jurnal penjualan
Akumulasi Penyusutan 10.000.000
Kas 10.500.000
Mesin 20.000.000
Akumulasi Penyusutan 5.000.000
Nilai akumulasi depresiasi 1 september 2X11
50 bulan x 2.400.000/12 = 10.000.000
Contoh Penghentian Pengakuan Dengan Cara Ditukar Tambah Dengan Asset Lain (Baik Sejenis
Maupun Tidak Sejenis)
1. Ditukar Dengan Aset Sejenis
PT. Kelud memiliki mesin yang ditukar dengan mesin lain. nilai perolehan mesin lama Rp 8.000.000.,-;
akumulasi depresiasi Rp 5.500.000,-; nilai buku Rp 2.500.000,-; nilai pasar Rp 3.500.000,-. nilai
perolehan mesin baru Rp 9.000.000,-.
Laba pertukaran : 3.500.000 – 2.500.000 = 1.000.000
Nilai perolehan mesin baru : 9.000.000 – 1.000.000 = 8.000.000
Kas : 9.000.000 – 3.500.000 = 5.500.000
Jurnal:
Mesin baru 8.000.000
Akumulasi peyusutan 5.500.000
Mesin 8.000.00
Kas 5.500.000
2. Ditukar Dengan Aset Tidak Sejenis
PT. Kelud memiliki mesin yang ditukar dengan kendaraan. nilai perolehan mesin Rp 5.000.000,-;
akumulasi penyusutan Rp 4.200.000,-; nilai buku Rp 800.000,-; nilai pasar Rp. 1.200.000,-; nilai
perolehan kendaraan Rp 8.500.000,-; nilai jual mesin lama Rp 1.200.000,-; nilai kendaraan
Rp 8.500.000,-; kekurangan kas Rp 7.300.000,-.
Jurnal :
Kendaraan 8.500.000
Akumulasi depresiasi 4.200.000
Mesin lama 5.000.000
Laba pertukaran aset 400.000
Kas 7.300.000
KEWAJIBAN

CAPITAL
ASET EKUITAS
EXPENDITURE PEMILIK

Laba bersih
1. Biaya awal BEBAN PENDAPATAN
2. Penambahan
3. Peningkatan
4. Perbaikan luar biasa

REVENUE Perbaikan dan


pemeliharaan
EXPENDITURE normal dan rutin
1. Capital Expenditure
Pengeluaran modal atau yang juga dikenal dengan istilah capex (capital expenditure)
merupakan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tetap, menambah kapasitas output
aktiva tetap, menambah tingkat keefisienan aktiva tetap, juga memperpanjang umur ekonomis
suatu aktiva tetap (manfaat ekonomisnya lebih dari satu tahun buku). Apabilia dilihat dari
tingkat material, biasanya, biaya biaya ini dikeluarkan dalam nominal yang cukup material.
Selain itu tingkat keseringan pengeluaran modal ini jarang terjadi.
Contohnya:
• Biaya yang dikeluarkan dalam pembelian aktiva tetap.
• Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pembelian salah satu atau lebih komponen aktiva tetap
• Baya penggantian komponen-komponen aktiva yang perlu diganti
Pencatatan Capital Expenditure :
1. Pembelian Aset Tetap
Apabila terjadi pembelian aset tetap yang bernilai perolehan yang besar seperti pembelian
kendaraan dan pembelian generator set, maka pencatatan perusahaan adalah dengan mencatat transaksi
tersebut pada kolom keterangan dan mencatat nilai nominal pada kolom kas keluar. Sedangkan pencatatan
menurut standar akuntansi yang berlaku pada saat pembelian aset tetap adalah sebagai berikut.
Aset Tetap (Dump Truck) xxxx
Kas/Hutang xxxx

Aset Tetap (Generator Set) xxxx


Kas/Hutang xxxx

2. Aset Tetap di Bangun Sendiri


Apabila perusahaan membangun sendiri aset tetap seperti terminal aspal curah, maka pencatatan
perusahaan adalah dengan mencatat seluruh biaya yang dikeluarkan dalam membangun aset tersebut pada
kolom keterangan dan mencatat nilai nominal pada kolom kas keluar. Sedangkan pencatatan menurut standar
akuntansi yang berlaku pada saat pembelian aset tetap adalah sebagai berikut.
Bangunan dalam penyelesaian xxxx
Giro kontraktor xxxx
Utang PPN xxxx
3. Penggantian Aset Tetap
Apabila perusahaan mengganti aset tetap seperti mengganti komputer yang lama dengan yang baru,
maka pencatatan perusahaan adalah dengan mencatat harga perolehan aset tetap yang dikeluarkan dalam
kolom keterangan dan mencatat nilai nominal pada kolom kas keluar. Sedangkan pencatatan menurut standar
akuntansi yang berlaku pada saat penggantian aset tetap adalah sebagai berikut.
Aset tetap (Komputer) xxxx
Kas/Hutang xxxx

4. Perbaikan Besar
Apabila perusahaan melakukan perbaikan besar guna menambah harga perolehan dan umur manfaat,
maka pencatatan perusahaan adalah dengan mencatat seluruh biaya yang dikeluarkan dalam kolom
keterangan dan mencatat nilai nominal pada kolom kas keluar. Sedangkan pencatatan menurut standar
akuntansi yang berlaku pada saat perbaikan besar yang bertujuan menambah harga perolehan dan menambah
umur manfaat adalah sebagai berikut.
Aset Tetap (Tangki penampungan) xxxx
Kas xxxx
(Menambah harga perolehan)

Akumulasi penyusutan (Mesin) xxxx


Kas xxxx
(Menambah umur manfaat)
Capital expenditure merupakan pengeluaran yang menghasilkan aset tetap,
maka capital expenditure dilaporkan di neraca sebagai aset tetap yang akan dikurangi
dengan akumulasi penyusutan.
2. Revenue Expenditure
Pengertian revenue expenditure atau pengeluaran pendapatan adalah
pengeluaran/biaya biaya yang hanya memberikan manfaat ekonomis pada saat PERIODE
BERJALAN terjadinya pengeluaran. Pengeluaran ini tidak dikapitalisasi sebagai aset tetap
pada neraca tetapi LANGSUNG DIBEBANKAN pada laporan laba/rugi periode berjalan.
Dilihat dari nilai materialitasnya, pengeluaran pendapatan ini nilainya cenderung kecil, alias
tidak material bagi perusahaan. Manfaat ekonomisnya yang diperoleh tidak lebih dari satu
tahun buku. Pengeluaran ini biasanya juga sering terjadi dalam operasional perusahaan dan
berulang ulang. Contohnya seperti pengeluaran pemeliharaan mesin, pembersihan mesin,
melumasi mesin agar bisa beroperasi seperti biasanya. Pengeluaran pengeluaran seperti ini
biasanya tidak membuat umur ekonomis mesin bertambah, juga tidak bisa meningkatkan
kapasitas produksi mesin maupun tingkat efisiensinya. Dan nominal yang dikeluarkan
cenderung tidak material dibanding perolehan mesin itu sendiri. Pengeluaran seperti ini
berulang terjadi dan pencatatannya langsung dibebankan pada periode tersebut.
Apabila perusahaan melakukan pemeliharaan dan perbaikan aset tetap seperti
menambal ban kendaraan, memperbaiki aki kendaraan, servis komputer dan timbangan,
mengganti lampu kendaraan, mengganti kopling, mengganti kanvas, filter oli dan bensin
kendaraan, maka pencatatan yang dilakukan perusahaan adalah dengan mencatat
transaksi pada kolom keterangan dan nilai nominal pada kolom kas keluar. Sedangkan
menurut standar akuntansi yang berlaku pada saat adanya perbaikan dan pemeliharaan
aset tetap adalah sebagai berikut.

Beban perbaikan dan pemeliharaan xxxx


Kas xxxx
Revenue expenditure merupakan pengeluaran yang menghasilkan biaya, maka
revenue expenditure dilaporkan di laporan laba rugi sebagai beban yang akan
mengurangi pendapatan.
Laporan keuangan harus mengungkapkan :
• Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah tercatat bruto
• Metode penyusutan yang digunakan
• Masa manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan
• Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode.
• Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode
• Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik karena penjaminan utang
• Jumlah pengeluaran yang diakui dalam pembangunan
• Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan
Laporan keuangan harus mengungkapkan :
• Jumlah kompensasi pihak ketiga untuk aset yang mengalami penurunan nilai, hilang /
dihentikan.
• Pemilihan metode akuntansI
• Perubahan estimasi
Jika aset properti, pabrik dan peralatan dinyatakan pada nilai yang dinilai kembali, hal-hal
berikut ini harus diungkapkan :
• Tanggal efektif revaluasI;
• Nama penilai independen yang terlibat;
• Metode dan asumsi yang signifikan diterapkan dalam mengestimasi nilai-nilai wajar item;
• Sejauh mana nilai wajar item ditentukan secara langsung dengan mengacu pada harga yang
dapat diobservasi di pasar aktif atau transaksi pasar terkini dengan ketentuan lengan atau
diperkirakan menggunakan teknik penilaian lain;
• Untuk asset properti, pabrik dan peralatan yang direvaluasi, nilai tercatat yang akan diakui
seandainya aset-aset tersebut dicatat dengan model biaya; dan
• Surplus revaluasi, menunjukkan perubahan untuk periode dan pembatasan distribusi saldo
kepada pemegang saham.
Beberapa kesimpulan dari pembahasan di atas antara lain sebagai berikut:
1. Standard IAS 16 bertujuan untuk memberikan ketentuan perlakuan akuntansi untuk property, plant and
equipment sehingga para pengguna laporan keuangan dapat mengetahui informasi terkait investasi yang
dilakukan suatu entitas dalam property, plant and equipment serta perubahan-perubahan yang terjadi
pada investasi tersebut. Isu akuntansi mendasar terkait property, plant and equipment adalah pengakuan
asset, penentuan nilai tercatat (carrying amount) dan beban depresiasi serta kerugian akibat impairment
yang harus diakui terkait asset tersebut.

2. Harga perolehan suatu item property, plant and equipment harus diakui sebagai asset hanya jika:
a. Biaya tersebut sangat mungkin (probable) akan memberikan manfaat ekonomis di masa depan bagi
entitas; dan
b. Biaya tersebut dapat diukur secara handal.

3. Pada saat pengakuan, entitas harus mengukur item property, plant and equipment yang memenuhi
kualifikasi pengakuan sebagai asset sebesar nilai perolehannya (at cost).

4. Setelah tanggal pengakuan, entitas harus memilih metode cost model atau revaluation model sebagai
kebijakan akuntansi dan harus diterapkan kepada seluruh kelas/item property, plant and equipment
5. Entitas harus melakukan alokasi secara sistematis dari jumlah depreciable amount asset sepanjang
masa manfaat dari asset dengan metode depresiasi:
a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method);
b. Metode Saldo Menurun (Diminishing Balance Method); atau
c. Metode Unit Produksi (Unit of Production Method)
Entitas juga harus mengakui dampak dari impairment asset sesuai IAS 36.

6. Nilai tercatat dari item property, plant and equipment harus dihentikan pengakuannya apabila:
a. Asset tersebut dilepaskan (disposal);
b. Tidak terdapat manfaat ekonomis yang diharapkan dari pemakaian asset maupun
pelepasannya.

7. Entitas dalam laporan keuangannya harus memenuhi persyaratan pengungkapan informasi-


informasi terkait item property, plant and equipmentsesuai ketentuan standard IAS 16.

Anda mungkin juga menyukai