Dispepsia 2014
Dispepsia 2014
3. Hipersensitivitas visceral
• Meningkatnya respon terhadap rangsang psikokimia spt
distensi, kontraksi, asam, empedu.
4. Faktor psikososial
Gejala yang berhubungan dengan depresi, kecemasan, dan
kelainan psikosomatis.
Dalam praktek, manifestasi gangguan motilitas
dapat disebabkan oleh gangguan akomodasi
bagian proximal lambung, pengosongan
lambung yang terlambat, atau dapat juga akibat
pengosongan lambung yang terlalu cepat.
Simptomatologi gangguan motilitas lambung
dengan demikian dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Gangguan akomodasi bagian proksimal lambung
Rasa cepat penuh
Nyeri segera sesudah makan
Tidak nafsu makan
Berat badan menurun
2. Sindroma dispepsia
Mual, muntah
Kembung
Banyak gas, sendawa
Nyeri ulu hati
3. Pengosongan lambung yang terlalu cepat
Nyeri perut
Diare
Lemas, berdebar
Gejala seperti hipoglikemia
Berat badan menurun
Sistematisasi
Sistematisasi dispepsia
Tergantung pada gejala yang dominan dispepsia
fungsional dibagi menjadi dispepsia tipe ulcus, tipe
dismotilitas, dan tipe campuran atau non-spesifik.
Dalam praktek sehari-hari dikenal istilah
uninvestigated dispepsia, yaitu kelompok dispepsia
yang belum dilakukan investigasi baik laboratorium
maupun pemeriksaan endoscopy.
Sebelumnya ada kelompok penderita yang disebut
dispepsia tipe refluks, dengan ciri-ciri nyeri ulu hati
dan atau nyeri di bawah tulang dada, nyeri waktu
menelan dan regurgitasi. Dispepsia tipe ini sekarang
dimasukkan sebagai penyakit refluks gastro-
esofageal (GERD)
Ciri-ciri dispepsia tipe ulcus
Tipe ini gejalanya mirip dengan gejala tukak peptik
namun pada pemeriksaan endoscopy tidak
didapatkan adanya tukak atau ulcus. Ciri-cirinya nyeri
yang terlokalisir pada epigastrium, hilang dengan
makanan atau antacid, mempunyai sifat remisi dan
relaps.
Ciri-ciri dispepsia tipe dismotilitas
Keluhan-keluhannya timbul akibat kelainan motilitas
saluran cerna yang dulu sering disebut gastric
dysrythmia. Ciri-cirinya adalah perut kembung
(bloating), nausea, cepat kenyang, nyeri abdomen
bersifat difus atau tidak dapat ditentukan
lokalisasinya.
Penyebab dispepsia dan nyeri abdomen atas
Saluran Cerna luminal Penyakit pankreas
Penyakit ulkus peptikum Pankreatitis kronik, Neoplasma pankreas
Reflux gastroesofageal Kondisi sistemik
Clinical evaluation
Determine reason for presentation
History and physical examination
Alarm features : weight loss, anemia, GI blood loss, dysphagia, vomiting
Three options
If symptoms persist or
H pylory negative, If symptoms persist:
Empiric trial of PPI Recurrent or persistent Noninvasive test and
Or symptoms treat for H pylori
Endoscopy Or
Endoscopy
Terapi
Pengobatan Non Medikamentosa
• Pendekatan pribadi
Penting mencari
- faktor-2 yang berperanan pada penyakit
- diagnosis dan pengobatan yang sesuai
• Merubah life style
Faktor yang perlu diperbaiki
- rokok, alkohol. Diit, cara makan
- stress psikososial
Tatalaksana
Penanganan dispepsia dimulai dengan dimulainya
investigasi (pemeriksaan barium meal, endoscopy,
USG, tes helicobacter pilory) atau dimulai dengan
pengobatan yang bersifat empiris (contoh: antacid,
anti skresi asam, psikoterapi, dan lain-lain) untuk
mengurangi atau bahkan menghilangkan keluhan.
Pada kasus yang sudah diinvestigasi, penanganan
sesuai dengan penyakit dasarnya disertai
pertimbangan faktor patogenesis penyakit tersebut.
Sedangkan pada kasus yang belum diinvestigasi,
maka penanganan hanya berdasarkan simptom
saja.
Terapi dispepsia fungsional tipe dismotilitas diberikan
obat-obat prokinetik. Pada dasarnya obat ini mempunyai
efek perifer pada sistem saraf enterik, meningkatkan
neurotransmitter acetylkolin, atau menghambat reseptor
dopamin perifer, sehingga fungsi motorik otot polos dan
motilitas saluran cerna membaik. Sebagian obat
mempunyai efek central, misalnya pada pusat muntah di
chemo trigger zone (CTZ), sehingga mempunyai efek
anti emetik.
Metoklopropamid: mempunyai efek meningkatkan kadar
acetylkolin pleksus mesenterikus sistem saraf enterik,
dan menghambat reseptor dopamin perifer dan sentral.
Obat ini merangsang kontraksi lambung, memperbaiki
motilitas dan pengosongan lambung, serta mempunyai
efek anti emetik yang cukup kuat. Obat ini dapat
melewati sawar otak, secara sentral mempunyai efek
samping parkinsonisme (20%).
Domperidon: obat ini tergolong antagonis reseptor
dopamin perifer, dan relatif tidak melewati sawar
otak sehingga efek samping sentral tidak terjadi.
Karena masih dapat mencapai pusat muntah, obat
ini mempunyai efek anti emetik yang cukup baik.
Pemberian awal obat ini akan mempercepat
pengosongan lambung.
Cisaprid: obat ini merupakan agonis reseptor
hidroksitriptamin (HT), terutama bekerja pada
pleksus mesenterikus sistem saraf enterik, dengan
meningkatkan jumlah acetylkolin di ujung saraf
cholinergik post ganglioner. Obat ini dapat
mengurangi pengosongan lambung yang terlambat.
Efek samping obat ini berupa arythmia jantung.
Eritromisin: obat ini mempunyai efek prokinetik karena
mempunyai ciri sebagai agonis motilin. Eritromisin akan
mengikat reseptor motilin yang terdapat di otot polos
antrum dan duodenum, dan selanjutnya akan
memperbaiki interdigestif, mengosongkan lambung dari
residu makanan yang tersisa.
Akarbose: pemberian obat yang tergolong inhibitor
disakaridase dapat memperbaiki gejala bila diberikan
bersama sukrosa cair. Obat ini tidak mempengaruhi
pengosongan lambung tetapi menghambat pemecahan
sukrosa dan zat tepung dalam lumen usus, sehingga
osmolaritas dalam lumen tidak meningkat yang akan
mencegah pergeseran cairan plasma ke dalam lumen.
Oktreotid: obat ini tergolong analog somatostatin
dapat diberikan untuk mengurangi diare akibat
sindroma dumping. Efeknya memperlambat transit,
menekan sekresi usus.
Tegaserod: obat ini tergolong 5HT4 agonist yang
parsial. Pemberian tegaserod merangsang reseptor
5HT4, mengaktifkan reflek peristaltik. Tegaserod
merangsang pengeluaran neurotransmitter, seperti
CGRP (Calcitonin gene-related peptide), substance
P, VIP (vasoactive intestinal peptide). Efek pada
saluran cerna mempengaruhi kontraktilitas saluran
cerna atas maupun bawah, mempercepat
pengosongan lambung dan gastrointestinal transit.
TERAPI MEDIKAMENTOSA
1. Antasida
2. Sitoproteksi
Bismuth subsalisilat, sukralfat, prostaglandin.
3. Agen antisekresi asam
• Terapi empirik selama 4-8 minggu
• H2 antagonis ( ranitidin atau nizatidine 75-150 mg 2 kali
sehari, famotidine 10-20 mg 2 kali sehari, cimetidine 200-
800 mg 2 kali sehari.
• Proton Pump Inhibitor ( omeprazol dan rabeprazol 20 mg,
lanzoprazol 30 mg, esomeprazole dan pantoprazole 40
mg semuanya 1 kali sehari.
4. Terapi eradikasi H pylori
• PPI +
• Clarithromycin 500 mg, amoxicillin 1 gram atau
metronidazol 500mg diberikan 2 kali sehari selama 10
hari.
5. Agen Promotility
Untuk mengurangi reflux gastroesofageal,
mempercepat pengosongan lambung
Metoklopramide, domperidon, cisapride
6. Antidepresan
Untuk memperbaiki status psikiatrik, pola tidur
dan mengurangi sensitifitas visceral
Nortriptylin atau desipramine, mulai 10-25
mg/hari.
TERIMA KASIH
Kepustakaan
1. Harrison. Principles of Internal Medicine. 15th ed.
Mc Graw Hill Medical Publishing Division. 2001.
2. Marcellus Simadibrata, Ari Fahrial Syam. Update in
Gastroenterology 2005. Pusat Informasi dan
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
3. Siti Setiati, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata
Kolopaking, Nina Kemala Sari, Khie Chen.
Current Diagnosis and Treatment in Internal
Medicine 2004. Pusat Informasi dan Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Siti Setiati, Lucky Aziza Bawazier, Djumhana
Atmakusuma, Yoga Iwanoff Kasjmir, Ari Fahrial
Syam, Reno Gustaviani. Current Treatment in
Internal Medicine 2000. Pusat Informasi dan
Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
5. Soeparman, Sarwono Waspadji. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. 3rd ed. Balai Penerbit FKUI
Jakarta, 2001.