Anda di halaman 1dari 18

Bencana Hidrometeorologi

Dr. dr. Zafrullah Khany Jasa, SpAn.KNA S


Bencana hidrometeorologi (bencana alam meteorologi) adalah bencana alam

yang berhubungan dengan iklim berupa banjir, longsor, puting beliung,

gelombang pasang, dan kekeringan.

Frekuensi bencana terkait iklim dan cuaca di Indonesia terus meningkat dalam

10 tahun terakhir.

Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), selama

tahun 2002–2012, sebanyak 92,1% bencana di Indonesia disebabkan faktor

hidrometeorologi. Bahkan pada tahun 2013, persentase tersebut meningkat


Menurut Laporan Global Humanitarian Forum (The Anatomy of Silent

Crisis, 2009), bencana hidrometeorologi akan menjadi ancaman terbesar

manusia pada tahun-tahun mendatang, karena saat pemanasan global yang

berdampak pada mencairnya es di kutub, suhu di pegunungan salju

menghangat, dan negara- negara di dunia khususnya Asia termasuk

Indonesia.
Kerentanan masyarakat juga akan meningkat, karena jutaan penduduk

Indonesia bertempat tinggal di daerah-daerah rawan karena terdapat 124

juta jiwa penduduk yang tinggal di daerah bahaya dengan kategori sedang

hingga tinggi atas ancaman tanah longsor, dan 61 juta jiwa penduduk hidup

di daerah bahaya banjir dengan kategori sedang hingga tinggi.


Meningkatnya bencana hidrometeorologi tidak hanya disebabkan oleh

perubahan iklim global, namun juga karena kesalahan pengelolaan

lingkungan.

Laporan Kajian Ke-4 IPCC tahun 2007 membuktikan, iklim global terus

berubah karena kegiatan manusia. Di Indonesia, terlihat dari laju kerusakan

hutan yang lebih tinggi dibandingkan kemampuan pemerintah merehabilitasi

lahan. Misalnya, selama 2003–2006, laju kerusakan hutan 1,17 juta hektar per

tahun. Sementara kemampuan pemerintah merehabilitasi hutan dan lahan

setiap tahun hanya sekitar 450.000 hektar dan tingkat keberhasilan

penanaman pohon dalam rehabilitasi hutan dan lahan tidak mencapai 100%
Kerangka PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) dan Protokol Kyoto

adalah kegiatan yang lebih berupa mitigasi (upaya mengurangi penumpukan

gas rumah kaca di atmosfer) daripada kegiatan adaptasi (upaya mengurangi

kerentanan masyarakat dan ekosistem terhadap perubahan iklim).


PENGENALAN KAJIAN RISIKO BENCANA BANJIR
Pengenalan Mitigasi Bencana Banjir

Mitigasi Struktural

Yang dimaksud dengan mitigasi struktural adalah upaya- upaya pengurangan

risiko bencana yang lebih bersifat fisik. Upaya-upaya mitigasi struktural banjir

yang dilakukan oleh pemerintah antara lain adalah :

• Perbaikan dan peningkatan sistem drainase.

• Normalisasi fungsi sungai yang dapat berupa : pengerukan, sudetan.

• Relokasi pemukiman di bantaran sungai.

• Pengembangan bangunan pengontrol tinggi muka air/hidrograf banjir berupa :

tanggul, pintu, pompa, waduk dan sistem polder.

• Perbaikan kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS).


Pengenalan Mitigasi Bencana Banjir

Mitigasi Non – Struktural

Kebalikan dari mitigasi struktural, mitigasi non struktural adalah

segalaupayapenguranganrisikobencanayang dilakukan yang bersifat non fisik,

organisasional dan sosial kemasyarakatan.

Upaya-upaya mitigasi non struktural banjir yang dilakukan pemerintah antara lain :

• Membuat master plan pembangunan yang berbasis pengurangan risiko

bencana.

• Membuat PERDA mengenai penanganan risiko bencana banjir yang

berkelanjutan. 3Mengembangkan peta zonasi banjir.

• Mengembangkan sistem asuransi banjir.

• Membangun/memberdayakan Sistem Peringatan Dini Banjir.


Kesiapan/Kesiapsiagaan Terhadap Bencana Banjir

• Memasang tanda ancaman pada jembatan yang rendah agar

• Tidak dilalui masyarakat pada saat banjir.

• Mempersiapkan keperluan darurat selama banjir, seperti

• peralatan untuk tindakan penyelamatan, misalnya perahu

• karet, kendaraan dan bahan bakarnya; persediaan bahan

• pokok yang diperlukan pada kondisi tanggap darurat, seperti makanan pokok,

obat-obatan, air bersih, selimut, peralatan memasak untuk di tempat evakuasi,

tempat evakuasi, dll (ADPC, 2005).

• Melakukan perencanaan untuk melakukan evakuasi.Hal initerkait dengan

koordinasi antara satu dengan yang lainnya, siapa melakukan apa pada saat

keadaan darurat, serta bagaimana menyelamatkan diri menuju tempat yang aman

(menentukan jalur evakuasi dan tempat evakuasi) serta melakukan latihan


kesiapan/kesiapsiagaan yang dapat dilakukan di tingkat masyarakat

(keluarga dan individu) adalah :

1.Menempatkan barang barang elektronik (pemanas air,panel,meteran dan

peralatanlistrik) serta barang berharga (ijasah, sertifikat tanah, dll) di

tempat yang tinggi (tidak terjangkau bencana banjir)

2. Menyiapkan alamat/notelp yang penting untuk dihubungi.

3. Menyediakan barang-barang kebutuhan darurat saat memasuki musim

penghujan (survival kit) seperti radio,obat obatan, makanan, minuman,

baju hangat dan pakaian, senter, lilin, selimut, pelampung, ban dalam

mobil atau barang-barang yang bisa mengapung, tali dan korek api..

4. Pindahkan barang barang rumah tangga seperti furniture ketempat yang


PERINGATAN DINI BANJIR
UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA BANJIR
Sistem peringatan dini banjir (Flood Reference)
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai