Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIK KLINIK

COMPREHENSIVE HEALTH ASSESSMENT


ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.H DENGAN DEMAM
BERDARAH DENGUE (DBD) DI RUANG EDELWEIS
RS UKI JAKARTA TIMUR

ADHE PUSPITA NINGRUM


O11411001
Apa itu Demam Berdarah Dengue?
Menurut Kemenkes RI (2013) Demam Berdarah Dengue (DBD)
merupakan penyakit infeksi virus akut yang disebabkan oleh
virus Dengue yang ditandai dengan demam 2–7 hari disertai
dengan manifestasi perdarahan, penurunan trombosit
(trombositopenia), adanya hemokonsentrasi yang ditandai
dengan kebocoran plasma (peningkatan hematokrit, asites, efusi
pleura, hipoalbuminemia), dapat disertai dengan gejala tidak
khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang, ruam kulit atau
nyeri belakang bola mata
PREVALENSI
• Menurut World Health Organization (2013) terdapat 2,5 milyar
masyarakat dunia memiliki risiko terkena virus dengeu dan lebih dari
50-100 juta infeksi dengue diseluruh dunia setiap tahunnya. Infeksi
dengue yang berat juga diperkirakan menyerang kurang lebih
500.000 penduduk dunia dan 2,5% diantaranya meninggal dunia.
• Menurut Depkes RI (2015) tercatat sebanyak 126.675 penderita
DBD di 34 provinsi Indonesia, dan 1.229 orang diantaranya
meninggal dunia. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun
sebelumnya yakni sebanyak 100.347 kasus dengan jumlah kematian
sebanyak 907 jiwa
• Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi DKI
Jakarta pada tahun 2014 sebanyak 8.786 kasus sedangkan pada
tahun 2015 sebanyak 4.194 kasus, dengan demikian dapat dihitung
angka kesakitan DBD Tahun 2015 menurun yaitu sebesar 81,7
dibandingkan angka kesakitan sebesar 87,2 per-100 ribu penduduk
pada tahun 2014.
KASUS
• Ny. H dengan usia 59 tahun datang ke IGD RSU UKI pada
tanggal 17 Maret sekitar pukul 16.30 bersama dengan
anaknya. Ketika dilakukan anamnesa, sebelum masuk rumah
sakit pasien mengatakan bahwa klien sudah demam disertai
pusing sudah 2 hari, dan pasien merasakan gatal-gatal pada
tubuhnya. Awalnya pasien merasakan mual klien mengeluh
mual muntah sebanyak 5x, muntah berisi cairan. Klien
mengeluh BAB cair sebanyak 4 kali sehari dengan konsistensi
cair dengan ampas selama 1 hari, selain itu pasien mengeluh
gatal-gatal pada tubuhnya.
• Saat di IGD, klien tampak lemas dan pucat serta kesadaran
composmentis. Keluarga klien mengatakan bahwa klien
memiliki penyakit diabetes mellitus selama 2 tahun terakhir
selain itu klien memiliki keluhan nyeri pada bagian patella
sinistra, saat melakukan aktifitaspun harus dibantu oleh orang
lain karena nyeri pada bagian kakinya itu. Pada pemeriksaan
tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah klien 120/80
mmHg, nadi 105x/mnt, frekuensi nafas 21x/mnt, suhu 38,1 C.
Dengan hasil laboratorium Hb 13,2 g/dl, Ht 40,5%, leukosit 7,4
ribu/uL , penurunan trombosit 124 ribu/Ul, GDS 243 mg/dl.
Klien mendapat terapi cairan IVFD 500 ml/24 jam, klien
memiliki berat badan 75 kg dengan tinggi badan 155 cm atau
rata-rata IMT 31,2. Klien mendapat terapi medikasi
Paracetamol 3x500 mg, ondancentron 3x4 mg, omeprazole
1x40 mg, metformin 3x500 mg secara oral.
PENGKAJIAN 11 POLA GORDON
1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Keluarga klien mengatakan jika klien mengkonsumsi obat cina
yaitu xiang ling yang dipercaya dapat menyembuhkan obat asam
urat dan gula pada klien. Klien maupun keluarga tidak
mengetahui jika pasien mengalami DHF saat ini. Klien
mengatakan sehat itu sangat mahal ketika sedang merasakan
sakit seperti ini, tetapi klien maupun keluarga tidak pernah
melakukan pemeriksaan kesehatan, ketika merasakan sakit baru
mau memeriksakannya ke dokter. Keluarga klien sangat
mengharapkan setelah klien dirawat di RS kondisinya membaik
dan cepat sembuh.
Masalah Keperawatan : Kurang pengetahuan
2.Pola Nutrisi-Metabolik
• Klien mengatakan sebelum sakit klien makan teratur 3x sehari dan habis satu
porsi dengan menu nasi, sayur, dan lauk pauk, klien mengatakan tidak memilih
makanan ketika ingin makan. Klien tidak memiliki riwayat alergi terhadap
makana. Klien minum kurang lebih 1500 cc perhari. Selama klien dirumah sakit
nafsu makan menurun dan menghabiskan 4-5 sendok makan. Klien hanya minum
kurang lebih 5 gelas kecil sekitar 1000 cc/hari, klien tidak mengalami gangguan
menelan tetapi pasien mengalami batuk berdahak sehingga mengganggu ketika
makan. Terjadi perubahan berat badan dari 86 kg menjadi 75 kg selama 1 bulan
dengan IMT 31,2 dan masuk dalam kategori obesitas grade II. Klien mendapatkan
diit lunak dari ahli gizi dan diberikan terapi cairan infus RL 1500ml/24 jam
dengan hitungan 21 tpm. Intake 2700cc dan Output 2850cc dengan total balance
cairan klien adalah -150(deficit). Hasil laboratorium pada tanggal 20 Maret
menunjukkan nilai Hb 13,7 g/dl, leukosit 4,6 ribu/uL , Ht 41,5%, Trombosit 118
ribu/uL
Masalah Keperawatan :
• Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh
• Kekurangan volume cairan tubuh
• Risiko Perdarahan
3. Pola Eliminasi
Sebelum sakit klien mengatakan BAB nya lancar 1x sehari
dengan konsistensi padat berwarna kuning kecoklatan dan bau
khas feses dan BAK 4-5 kali sehari dengan warna kuning jernih,
dan bau khas amoniak. Selama sakit pasien dirawat di RS pasien
mengatakan belum BAB dan itu sudah terjadi selama 4 hari.
Klien BAK 7-8 kali ±2100 cc dalam sehari, dan klien mengatakan
jarang minum air putih selama di RS.
Masalah Keperawatan:
• Perubahan pola eliminasi fekal
• Perubahan pola eliminasi urin
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit klien mengalami nyeri pada bagian patella sinistra sudah
selama 1 tahun sehingga pasien tidak dapat berdiri lama-lama dan
berjalan dengan lancar, pasien tidak pernah olahraga, pasien tidak
menggunakan tongkat tetapi membutuhkan bantuan orang lain ketika
ingin berjalan ke kamar mandi. Saat sakit, klien tampak sangat lemas
dan pucat, klien mengatakan merasa pusing disertai sakit kepala,
rentang gerak klien terhambat pada bagian ektremitas bawah dan
klien mengalami masalah saat berjalan. Pada penilaian aktivitas pasien
saat sakit didapatkan nilai tingkat ketergantungan 2 yaitu dibantu
orang lain.
Masalah Keperawatan :
• Keterbatasan Aktifitas
• Resiko Jatuh
5. Pola Kognitif dan Persepsi
Klien kurang mengetahui tentang penyakitnya secara mendetail,
bahkan klien tidak mengetahui jika klien terkena DBD. Klien
mengetahui dirinya dirawat dirumah sakit dan tidak mengalami
disorientasi waktu, objek, maupun tempat. Tingkat kesadaran
klien composmentis dan GCS 15, E=4 M=6, V=5. Sistem
penglihatan klien menurun karena klien mengalami rabun dekat
dengan menggunakan kacamata plus. Pada pemeriksaan
abdomen ditemukan nyeri tekan dibagian abdomen atas,
pengkajian PQRST menunjukkan Provokatif : nyeri timbul tiba-
tiba pada bagian abdomen atas, Quality: rasanya seperti
ditekan-tekan, Radiaton: nyeri tidak menyebar hanya dibagian
abdomen atas, Skala/Severety: skala nyeri 4, Time : nyeri timbul
ketika sedang melakukan aktivitas atau bangun dari tempat
tidur.
Pada pemeriksaan ektremitas bawah ditemukan nyeri pada
bagian patella sinistra , pengkajian PQRST menunjukkan
Provocatif: nyeri pada bagian patella sinistra, Quality: rasanya
seperti ngilu berat, Radiation: nyeri tidak menyebar hanya
dibagian patella sinistra, Skala: dengan skala nyeri 3, Time: nyeri
timbul ketika sedang ingin berjalan dan beraktivitas.
Masalah Keperawatan :
• Nyeri abdomen
• Nyeri patella sinistra
• Gangguan sensori persepsi (penglihatan)
6. Pola Persepsi dan Konsep Diri
Selama dirawat klien tampak menerima kondisi sakitnya dan berusaha
untuk relaks. Ekspresi wajah klien tampak tenang dan mengikuti
perawatan dengan baik, klien juga menunjukkan perilaku yang asertif
dan sangat terbuka ketika diberikan pertanyaan. Tidak ditemukan
masalah konsep diri klien secara keseluruhan baik pada gambaran diri,
peran, dan sikap.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah keperawatan
7. Pola Tidur dan Istirahat
Sebelum sakit klien mengatakan sering tidur siang selama 2 jam dan
tidur malamnya 6-8 jam tanpa adanya keluhan. Ketika di RS, klien
mengatakan sulit tidur pada malam hari, kualitas tidur pasien tidak
berkualitas karena sering bangun lalu tidur lagi, klien mengatakan
merasa sulit beristirahat dan sering terbangun jika pusing atau sakit
kepala timbul. Terlihat ada lingkaran gelap dibawah mata klien.
Masalah Keperawatan :
• Gangguan pola tidur
• Perubahan pola istirahat
8. Pola Peran dan Hubungan
Klien sudah tidak bekerja dan hanya menjadi ibu rumah tangga.
Klien saat ini tinggal bersama dengan anak bungsu dan suaminya
saja karena 3 anak lainnya sudah menikah. Klien mengatakan
orang terdekatnya adalah suami dan anaknya terutama anak
bungsunya, kehidupan sehari-hari dinafkahi dari suaminya yang
bekerja sebagai supir ojek online. Hubungan klien dengan
keluarganya sangat baik.
Masalah Keperawatan: Tidak ditemukan masalah keperawatan
9. Pola Seksual dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin perempuan berusia 59 tahun sudah
menikah dan mempunyai 4 anak dan sudah menopause. Klien
tidak pernah melakukan aborsi, pada pemeriksaan genital tidak
terdapat masalah pada genital.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
keperawatan
10. Pola Toleransi Stress dan Koping
Klien mengatakan jika ada masalah yang berhubungan dengan
penyakitnya klien menyampaikannya dengan perawat. Keluarga
klien mengatakan sangat mengkhawatirkan dan sangat peduli
terhadap keadaan klien sehingga bergantian dalam menjaga
klien. Klien tidak pernah mengkonsumsi alkohol.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
keperawatan
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
Klien dan keluarganya beragama kristen prostestan yang taat,
setiap minggu klien melakukan kegiatan keagamaannya digereja
dan klien percaya bahwa tuhan bisa membantu menyembuhkan
penyakitnya selama klien terus berdoa untuk meminta
kesembuhan atas penyakitnya. Klien tidak memiliki budaya atau
kepercayaan khusus terhadap penyakit yang dialami atau dalam
mengatasi penyakitnya.
Masalah Keperawatan : Tidak ditemukan masalah
keperawatan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN PRIORITAS

1. Risiko tinggi terjadinya perdarahan


berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas membran yang ditandai dengan
trombositopenia
2. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan
dengan permeabilitas dinding plasma
3. Nyeri abdomen berhubungan dengan
kebocoran plasma ke extravaskuler dihepar.
DIAGNOSA KEPERAWATAN PERTAMA
Masalah keperawatan yang pertama adalah risiko tinggi terjadinya perdarahan
berhubungan dengan peningkatan permeabilitas membran yang ditandai
dengan trombositopenia. Pada pasien ditandai dengan penurunan nilai
trombosit yaitu 118 ribu/uL.TTV klien : TD 130/80, nadi 107x/mnt, pernapasan
22x/mnt, suhu 37,2ºC.Pada klien tidak terjadi tanda-tanda perdarahan seperti
patekie, melena, ataupun keluhan gusi yang berdarah ketika menggosok gigi.

Trombositopenia merupakan kelainan hematologis yang ditemukan pada


sebagian besar penderita DBD, trombositopenia merupakan salah satu kriteria
diagnosis DBD, nilai trombosit mulai menurun pada masa demam dan
mencapai nilai terendah pada masa syok (Christina, et al., 2013). Penyebab
terjadinya perdarahan pada pasien DBD adalah vaskulopati, trombositopeni
dan gangguan fungsi trombosit, serta koagulasi intravaskular yang
menyeluruh. Komplek virus antibodi mengakibatkan trombositopenia dan juga
gangguan fungsi trombosit. Selain itu komplek virus antibodi ini mengaktifkan
faktor hagemen(faktor XIIa) sehingga terjadi gangguan sistem koagulasi dan
fibrinolisis yang memperberat perdarahan, serta mengaktifkan sistem kinin
dan komplemen yang mengakibatkan peningkatan permeabilitas pembuluh
darah dan kebocoran plasma serta mengingkatkan risiko terjadinya KID yang
juga memperberat perdarahan yang terjadi (Ni Made, et al., 2009).
IMPLEMENTASI 1
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut adalah mengobservasi tanda-tanda vital (hasilnya: TD
120/80, Nadi 105x/mnt, Frekuensi nafas 21x/mnt, Suhu 37,1ºC),
memonitor tanda-tanda perdarahan (petekie(-),mimisan(-),
hematemesis(-),tidak ada gusi berdarah),monitor nilai
laboratorium (pada tanggal 21 Maret didapatkan hasil Hb 14,4
g/dl, leukosit 5,1 ribu/dl, Ht 41,5 %, Trombosit 129ribu/uL),
menganjurkan klien untuk memperbanyak istirahat, memberi
penjelasan kepada klien atau keluarga untuk segera melaporkan
jika terjadi tanda-tanda perdarahan (petekie, hematemesis,
melena).
EVALUASI 1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil klien
dan keluarga memahami jika mereka harus melaporkan tanda
perdarahan dan mengerti bagaimana pengaruh
trombositopenia, klien mengatakan tidak terjadi tanda
perdarahan seperti muncul petekie, hematemesis, ataupun
epitaksis. Hasil TTV klien : TD 120/80, Nadi 74x/mnt, Pernapasan
18x/mnt, Suhu tubuh 36,5 C. Hasil Laboratorium menunjukkan
Hb 15,1 g/dl, Leukosit 6,8 ribu/uL, Ht 45,6 %, trombosit 153
ribu/uL. Masalah teratasi, intervensi dihentikan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN KEDUA
Masalah keperawatan yang kedua kekurangan volume cairan
tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding
plasma. Pasien ditandai dengan tampak lemas dan pucat. Klien
mengatakan minum 2 botol aqua ±1200 cc/hari. Hasil
pemeriksaan fisik adalah konjungtiva anemis, sklera anikterik,
cekung-/-, turgor kulit elastis, mukosa bibir kering, dan tidak ada
pembesaran hepar. TTV klien : TD 130/80, nadi 107x/mnt,
pernapasan 22x/mnt, suhu 37,2 C. Intake 2700cc dan Output
2850cc dengan total balance cairan klien adalah -150(deficit).
Hasil laboratorium pada tanggal 20 Maret menunjukkan nilai Hb
13,7 g/dl, leukosit 4,6 ribu/uL , Ht 41,5%, Trombosit 118
ribu/uL.
Patofisiologi utama untuk menentukan kekurangan cairan dalam tubuh
adalah meningginya permeabilitas dinding kapiler, ketika nyamuk
aedes aegepty menggigit maka akan timbul reaksi sistem tubuh
terhadap virus tersebut, kondisi itu membuat tubuh melepaskan zat-
zat kimia seperti sitokin, zat tersebut nantinya akan bermuara ke
pembuluh darah kapiler yang hanya memiliki satu lapisan sehingga
mudah mengalami kebocoran atau keluarnya cairan karena celahnya
semakin lebar. Pembuluh darah kapiler mengandung komposisi darah
(sel darah putih, sel darah merah, dan trombosit) serta plasma yang
terdiri dari air, protein, gula, dan ion. Saat mengalami kebocoran maka
plasma darah akan keluar dari pembuluh darah yang paling cepat
keluar adalah air,ion, dan gula. Dalam kondisi tersebut jika dibiarkan
terlalu lama maka darah akan menjadi lebih pekat, jika semakin pekat
maka aliran darah akan melambat yang pada akhirnya akan membuat
suplai nutrisi dan oksigen berkurang sehingga tubuh dapat mengalami
syok hingga kematian (Vera, 2012)
IMPLEMENTASI 2
• Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut yaitu mengkaji status hidrasi pasien(klien
tampak tidak pucat,konjungtiva anemis, sklera ikterik, cekung-
/-, turgor kulit elastis, mukosa bibir kering), mengkaji tanda-
tanda vital (TD 120/80 mmHg, Nadi 105x/mnt, Pernapasan
21x/mnt,Suhu 37,1ºC), mengkaji asupan cairan/minum klien
(asupan cairan/minuman klien ±1200 cc),menghitung balance
cairan pasien (intake 2500 cc output 2750 total balance cairan
adalah -50(deficit)), menganjurkan klien untuk banyak
mengkonsumsi air putih, memantau hasil laboratorium (Hb
14,3 g/dl, leukosit 5,2 ribu/dl, hematokrit 42,8 %, trombosit
131 ribu/uL). Tindakan keperawatan kolaborasi untuk Ny.H
berkolaborasi dengan dokter yaitu diberikan terapi infus RL
500 ml/8 jam.
EVALUASI 2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil klien
mengatakan asupan cairan/minum klien secara bertahap
meningkat ±1500cc/hari, balance cairan pasien didapatkan
hasil (intake 2970 cc– output 2950= 20 cc(+)), TD 120/80, nadi
74x/mnt, pernapasan 18x/mnt, suhu 36,5ºC, klien tampak tidak
lemas dan pucat, tidak terjadi muntah, mukosa bibir masih
sedikit kering, tidak adanya syok, hasil laboratorium terakhir
adalah Hb 15,1 g/uL, leukosit 6,8 ribu/dl,hematokrit 45,6
%,Trombosit 153 ribu/uL. Masalah teratasi, intervensi
dihentikan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN KETIGA
Masalah keperawatan yang ketiga adalah nyeri abdomen
berhubungan dengan kebocoran plasma ke extravaskuler
dihepar. Pada Ny.H nyeri abdomen ini dapat dilihat pada hasil
pengkajian PQRST menunjukkan hasil Provokatif : nyeri timbul
tiba-tiba pada bagian abdomen atas, Quality: rasanya seperti
ditekan-tekan, Radiaton: nyeri tidak menyebar hanya dibagian
abdomen atas, Skala/Severety: skala nyeri 4, Time : nyeri timbul
ketika sedang melakukan aktivitas atau bangun dari tempat
tidur, hasil TTV klien : TD 130/80, nadi 107x/mnt, pernapasan
22x/mnt, suhu 37,2 C.
Menurut NANDA (2012) nyeri pada abdomen dikarenakan
arbovirus beredar dalam aliran darah sehingga terjadi infeksi
virus dengue (viremia) yang mengaktifkan sistem komplemen
yang membentuk dan melepaskan zat C3a, C5a sehingga
mengakibatkan hipothalamus yang menyebabkan hipertermi
dan terjadi peningkatan reabsorbsi Na dan H20, setelah terjadi
peningkatan reabsorpsi menimbulakan dampak permeabilitas
membran meningkat yang menyebabkan resiko syok
hipovolemia dan kebocoran plasma ke extravaskuler dihepar,
dan menyebabkan hepatomegali serta penekanan intra
abdomen sehingga terjadi nyeri.
IMPLEMENTASI 3
• Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut yaitu mengkaji tingkat nyeri pasien (skala, frekuensi,
durasi) : Provokatif : nyeri timbul tiba-tiba pada bagian abdomen
atas, Quality: rasanya seperti ditekan-tekan, Radiaton: nyeri tidak
menyebar hanya dibagian abdomen atas, Skala/Severety: skala nyeri
3, Time : nyeri timbul ketika sedang bangun dari tempat
tidur, mengkaji TTV klien : TD 120/80, nadi 105x/mnt, pernapasan
21x/mnt, suhu 37,1ºC, memberikan lingkungan yang tenang dan
nyaman dan tindakan kenyamanan, rasionalnya lingkungan yang
nyaman akan membantu proses relaksasi : klien mengatakan
nyaman dengan posisi tiduran dan tenang dikamarnya sehingga
dapat tidur dengan nyenyak, Ajarkan pasien teknik relaksasi nafas
dalam : pasien mengikuti anjuran perawat untuk melakukan teknis
relaksasi nafas dalam ketika merasakan nyeri. Tindakan keperawatan
kolaborasi untuk Ny.H yaitu berkolaborasi dengan dokter yaitu
pemberian obat Codein 10 mg 3x1/oral, Paracetamol 500 mg
3x1/oral.
EVALUASI 3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada Ny.H didapatkan
hasil klien mengatakan sudah tidak merasakan nyeri pada
bagian abdomen , TTV klien (TD 120/80,nadi 74x/mnt,
pernapasan 18x/mnt, suhu 36,5ºC), klien mengatakan lebih
nyaman dan rileks, masalah teratasi intervensi dihentikan.
CONCLUSION
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama tiga hari dari tanggal
21 Maret 2018 sampai dengan 23 Maret 2018 kepada Ny.H ditemukan
beberapa masalah keperawatan yang didapat melalui pengkajian 11
pola Gordon sebanyak 13 masalah dan tiga diantaranya merupakan
masalah keperawatan utama yang diangkat berdasarkan skala prioritas
yang mengancam kehidupan. Tiga masalah tersebut yaitu risiko tinggi
terjadinya perdarahan berhubungan dengan peningkatan
permeabilitas membran yang ditandai dengan trombositopenia,
kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan permeabilitas
dinding plasma, nyeri abdomen berhubungan dengan kebocoran
plasma ke extravaskuler dihepar. Berdasarkan tiga masalah utama
diatas, penulis melakukan asuhan keperawatan menyuluruh pada
diagnosa tersebut dengan menyusun beberapa intervensi
keperawatan. Hasil dari asuhan keperawatan pada tiga diagnosa utama
tersebut yaitu sudah teratasi ketiganya, selama Ny.H menjalani
perawatan di Rumah Sakit tidak ditemukan tanda-tanda komplikasi
yang berlanjut. Pasien diperbolehkan pulang atas perintah dokter
pada tanggal 23 maret pukul 11.30 WIB.
SELF REFLECTION
• Setelah penulis melakukan praktik keperawatan selama 1 minggu
pada tanggal 19-23 Maret 2018 di RS UKI untuk memenuhi tugas
mata ajar CHA, Penulis memilih kasus ini karena DHF menunjukkan
bahwa masih perlunya kewaspadaan pada penyakit demam
berdarah saat ini dan perlunya pengetahuan masyarakat tentang
penyakit DBD karena penyebarannya yang cukup luas dimasyarakat.
Selain itu penulis juga dapat mengetahui dan lebih memahami
tentang proses terjadinya DHF, penyebab, tanda dan gejala yang
muncul pada pasien dengan DHF, serta penatalaksanaan dan
perawatan untuk pasien dengan diagnosa tersebut. Penulis merasa
bahwa mata ajar ini berbeda dengan mata ajar lain yang sudah
didapatkan disemester sebelumnya, hal tersebut dikarenakan pada
mata ajar ini penulis dapat lebih mengeksplore lebih dalam lagi
sejauh mana penulis dapat mengelola pasien dan kasus tersebut.
BIBLIOGRAPHY
• Andrea, L., Linda, W. A., & Panda, A.L. (2013). Hubungan trombositopenia dan
hematokrit dengan manifestasi perdarahan pada penderita demam dengue dan
demam berdarah dengue. (Online).
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic/article/view/3610, diakses pada
tanggal 24 April 2018).
• Christina, E.T., et al.(2013). Perbandingan jumlah trombosit pada demam berdarah
dengue tanpa syok dan syok di RSUP.PROF DR R D KANDOU MANADO. Jurnal e-
Biomedik. (Online). 1 (2).
(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ebiomedik/article/view/5472, di akses pada
tanggal 24 April 2018).
• Deiana. (2007). Dalam Jurnal Giyatmo.(2013). Efektifitas pemberian jus kurma dalam
meningkatkan trombosit pada pasien demam berdarah dengue di RSU Bunda
Purwokerto. Jurnal Keperawatan Soedirman, (Online). 8(1).
(http://jks.fikes.unsoed.ac.id/index.php/jks/article/view/463, diakses pada tanggal 11
April 2018).
• Dewi, E.R., Sri, S.P., & Sibatoni, Y.(2015).Prediksi pola penyebaran penyakit demam
berdarah dengue di Kabupaten Sukoharjo menggunakan metode ordinary block
kriging. (Online).
(http://socj.telkomuniversity.ac.id/ocs/index.php/indosc/indosc14/paper/viewFile/99
/60, diakses pada tanggal 11 April 2018).
• Dila, A.Z., Hapsari., & Farhanah, N. (2015). Gambaran karakteristik
warning sign WHO 2009 pada penyakit demam berdarah dengue
(DBD) anak dan dewasa. (Online). (http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/medico, diakses pada tanggal 24 April
2018).
• Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. (2015). Profil Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta tahun 2015. Jakarta: Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
• Doenges, M. E., Moorhouse, F. M., Geisser, A., C. (2012). Rencana
asuhan keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
• Kementrian Kesehatan RI. (2015). Situasi Demam Berdarah Dengue di
Indonesia.(Online).
(http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/info
datin/infodatin%20dbd%202016.pdf, diakses pada tanggal 12 April
2018).
• Muhsilin, A. (2018). Ringer Laktat : Kegunaan, Dosis, Efek Samping.
MEDISKUS. (Online). (https://mediskus.com/ringer-laktat, diakses pada
tanggal 24 April 2018).
• Muhsilin, A. (2018). Ringer Laktat : Kegunaan, Dosis, Efek
Samping. MEDISKUS. (Online). (https://mediskus.com/ringer-
laktat, diakses pada tanggal 24 April 2018).
• ___________ (2018). Codein : Kegunaan, Dosis, Efek Samping.
MEDISKUS. (Online). (https://mediskus.com/codeine, diakses
pada tanggal 24 April 2018).
• __________ (2018). Paracetamol : Kegunaan, Dosis, Efek
Samping. MEDISKUS. (Online).
(https://mediskus.com/paracetamol, diakses pada tanggal 24
Maret 2018).
• Nanda NIC-NOC. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Profesional. EGC: Jakarta
• Ramali, A.,&Pamoentjak, K.(2000). Kamus Kedokteran Arti dan
Keterangan Istilah. Cetakan 24, Jakarta:Djambatan.
• Utami, R.S.B.(2015). Hubungan pengetahuan dan tindakan
masyarakat dengan kejadian demam berdarah dengue (DBD). Jurnal
Berkala Epidemiologi,(Online). 3(2).
(http://repository.unair.ac.id/22573/, diakses pada tanggal 11 April
2018).
• Vera, F.B. (2012). Ini alasan kenapa pasien demam berdarah tak
boleh kurang cairan. detikHealth. (Online).
(https://health.detik.com/berita-detikhealth/1840310/ini-alasan-
kenapa-pasien-demam-berdarah-tak-boleh-kurang-cairan, diakses
pada tanggal 24 April 2018).
• Waris, L., & Yuana, T.W. (2013). Pengetahuan dan perilaku
masyarakat terhadap DBD di Kecamatan Batulicin Kabupaten Tanah
Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan. Jurnal Epidemiologi, (Online). 4
(3).
(http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/buski/article/view/3
233/3204, diakses pada tanggal 16 Mei 2018).
THANKS FOR YOUR
ATTENTION

Anda mungkin juga menyukai