Anda di halaman 1dari 216

Gangguan Psikotik

Yolanda K. T. Hasugian / 1415162 Hans Albertus / 1315211


Muhammad Faizal / 1415053
Mega Bella Anendia / 1415063
Gea N. Halim / 1415011
Alvin Isak Toro / 1415
Dewi A. H. Elsa / 1315063
Adelaide Margareth U. / 1415
Zara Nurnazmi / 1415166
Secara umum gangguan jiwa dibagi dalam dua golongan besar : psikotik dan non
psikotik (ansietes, depresi, insomnia, alkoholisme dan ketergantungan obat).
1. Psikotik : gangguan jiwa yang ditandai dengan ketidakmampuan individu
menilai kenyataan.
• Waham, halusinasi
• Perilaku kacau (grossly disorganized) : bicara inkoheren, perilaku agitasi tanpa tujuan,
disorientasi pada delirium, dsb
• Kegagalan fungsi sosial dan personal dengan penarikan diri dari pergaulan sosial dan tidak
mampu dalam tugas pekerjaan sehari-hari.
• Gangguan psikotik : gangguan mental yang ditandai dengan kerusakan
menyeluruh dalam uji realitas seperti yang ditandai dengan delusi , halusinasi,
bicara inkoheren yang jelas, atau perilaku yang tidak teratur atau mengacau,
biasanya tanpa ada kewaspadaan pasien terhadap inkomprehensibilitas dalam
tingkah lakunya.
2. Non psikotik : Gangguan neurotik, somatoform, terkait stress, gangguan
kepribadian.
Klasifikasi
1. Psikotik organik adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena adanya
kelainan pada struktur susunan saraf pusat (otak) yang disebabkan
misalnya karena adanya tumor di otak, kelainan pembuluh darah otak,
infeksi di otak, keracunan NAPZA, dan lain sejenisnya.
2. Psikotik fungsional adalah gangguan jiwa yang disebabkan karena
terganggunya fungsi sistem penghantar sinyal sel-sel saraf
(neurotransmitter) dalam susunan saraf pusat (otak), tidak terdapat
kelainan struktural pada sel-sel saraf otak tersebut.
F00 – F09
GANGGUAN MENTAL ORGANIK
Demensia
 sindrom akibat penyakit/gangguan otak, bersifat kronik-progresif.
• Adanya gangguan fungsi luhur kortikal multipel, termasuk:
• daya ingat
• daya pikir
• orientasi
• daya tangkap
• berhitung
• kemampuan belajar
• berbahasa
• daya nilai (judgment).
• Umumnya disertai/ diawali dengan kemerosotan (deterioration) dalam
pengendalian emosi, perilaku sosial atau motivasi hidup.
etiologi
• Penyebab dementia yang paling sering pada individu yang berusia diatas 65 tahun
adalah: Penyakit alzheimer, Demensia vaskuler, atau campuran keduanya.
• penyebab lain yang mencapai kira-kira 10persen diantaranya adalah lewy body
dementia, penyakit pick, demensia frontotemporal, hidrosefalus tekanan
normal,demensia alkoholik, demensia infeksiosa( HIV / sifilis), dan penyakit
parkinson.
• Banyak jenis demensia yang melalui evaluasi dan penatalakasanaa klinis yang
berhubungan dengan penyebab reversibel seperti kelainan metabolik (hipertiroidisme),
defisiensi nutrisi ( defisiensi vit b12) atau sindrom demensia akibat depresi
Pedoman Diagnostik
- Adanya penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai
mengganggu kegiatan harian seseorang, seperti : mandi, berpakaian,
makan, kebersihan diri, BAK, BAB.
- Tidak ada gangguan kesadaran.
- Gejala dan disabilitas sudah nyata minimal 6 bulan.
Diagnosis Banding
• Gangguan Depresif ( F30-F39)
• Delirium (F05), F05.1 Delirium, bertumpang tindih dengan demensia
• Retardasi Mental Ringan & Sedang (F70-F71)
Berdasarkan Etiologi
• F00 Demensia pada penyakit alzheimer (50-60%)
• F01 Demensia vaskular (20-30%)
• F02.0 Demensia pada penyakit Pick
• F02.1 Demensia pada penyakit Creutfeld-Jacob
• F02.2 Demensia pada penyakit Huntington
• F02.3 Demensia pada penyakit parkinson
• F02.4 Demensia pada penyakit HIV/AIDS
F00 Demensia Pada Alzheimer
• Terdapat gejala demensia.
• Onset bertahap dengan detriorasi lambat.
• Tidak adanya bukti klinis/temuan dari pemeriksaan khusus yang menyatakan
bahwa kondisi mental disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang
dapat menimbulkan demensia (hipotiroidisme, hiperkalsemia, def vit B12, def
niasin, neurosifilis, hidrosefalus, hematoma subdural).
• Tidak adanya serangan apoplektik mendadak atau gejala neurologik kerusakan
otak fokal (hemiparesis, gangguan sensorik, defek lapang pandang).
• F00.0 Demensia pada Penyakit Alzheimer Onset Dini
- Onset usia <65 tahun
- Perkembangan gejala cepat dan progresif (deteriorasi)
- Riwayat keluarga penyakit alzheimer*
*faktor penyokong diagnosis tapi tidak harus terpenuhi
• F00.1 Demensia pada Penyakit Alzheimer Onset lambat
- Onset usia >65 tahun
- Perjalan penyakit lambat
- Biasanya dengan gangguan daya ingat sebagai gambaran utamanya
Prinsip penatalaksanaan
prognosis
• Prognosis dari demensia yang tertangani adalah baik jika masalah yang
mendasari dapat diperbaiki.
• Prognosis penyakit alzheimer yang merupakan salahsatu penyebab
demensia yang paling umum cenderung kurang baik. Menurut studi,
penyakit alzheimer biasanya berlangsung perlahan-lahan selama 8 hingga
15 tahun (dapat berkisar dari dua hingga 25 tahun). Saat ini tidak ada
obat bagi alzheimer tapi perawatan yang segera bisa membantu untuk mer
ingankan banyak gejala dan dapat menunda perkembangan penyakit.
•  Prognosis vaskular demensia tergantung pada tingkat kerusakan sebelum
diagnosis dan perawatan lebih lanjut. Ada kerusakan di pembuluh darah
otak demensia adalah tidak reversibel tetapi kerusakan yang lebih parah
dapat dicegah dengan mengambil obat-obatan untuk mengendalikan faktor
resiko seperti tekanan darah tinggi, diabetes dan obat-obatan untuk tinggi
kolesterol (statin).Obat ini tidak secara langsung menyembuhkan
demensia, tetapi mengurangi resiko stroke dan penyakit jantung yang bisa
meningkatkan kerusakan otak.
F01 Demensia Vaskular
• Terdapat gejala demensia.
• Hendaya fungsi kognitif tidak merata (hilangnya daya ingat, gangguan daya
pikir, gejala neurologis fokal). Daya tilik diri (insight) dan daya nilai (judgment)
relatif tetap baik.
• Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi bertahap, disertai gejala
neurologis fokal  meningkatkan kemungkinan demensia vaskular.
• Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukandgn pemeriksaan CT-
scan atau pemeriksaan neuropatologis.
• F01.0 Demensia vaskular onset akut
• Terjadi secara cepat sesudah serangkaian “stroke” akibat trombosis serebrovaskular,
embolisme atau perdarahan.
• Infark yang besar dapat sebagai penyebabnya (jarang).
• F01.1 Demensia multi infark
• Onset lebih lambat
• Setelah serangkaian episode iskemik minor yang menimbulkan akumulasi dari infark
pada parenkim otak.
• F01.2 Demenisa vaskular subkortikal
• Fokus kerusakan akibat iskemia pada substansia alba di hemisphere serebri, yang
dapat diduga secara klinis dan dibuktikan dengan CT-scan.
• Cortex cerebri biasanya tetap baik, gambaran klinis masih mirip pada penyakit
alzheimer
• F01.3 Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikal
• Dpt diduga dr gamb.klinis, hasil pemeriksaan (termasuk otopsi) atau keduanya
• F01.8 Demensia vaskular lainnya

• F01.9 Demendia vaskular YTT


F02.0 Demensia Pada Penyakit PICK
• Adanya gejala demensia progresif.
• Gambaran neuropatologis: atrofi selektif dari lobus frontalis yg menonjol,
disertai euforia, emosi tumpul, dan perilaku sosial yang kasar, disinhibisi,
dan apatis atau gelisah.
• Manifestasi gangguan perilaku mendahului gangguan daya ingat.
F02.1 Demensia pada Penyakit Creutzfeldt-
Jakob
Trias yang sangat mengarah pada diagnosis penyakit ini:
• Demensia yang progresif merusak
• Penyakit pyramidal dan esktrapiramidal dengan mioklonus
• Elektroensefalogram yang khas (trifasik)
F02.2 Demensia Pada Penyakit Huntington
• Ada kaitan antara gangguan gerakan koreiform, demensia, dan riwayat
keluarga dengan penyakit Huntington.
• Gerakan koreiform yang involunter, terutama pada wajah, tangan, dan
bahu, atau cara berjalan yang khas, merupakan manifestasi dini dari
gangguan ini.
• Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus frontalis pada
tahap dini, dengan daya ingat relatif masih terpelihara, sampai saat
selanjutnya.
F02.3 Demensia Pada Penyakit Parkinson

• Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit Parkinson


yang sudah parah, tidak ada gambaran klinis khusus yang dapat
ditampilkan.
F02.4 Demensia Pada HIV
• Demensia yang berkembang pada seseorang dengan penyakit HIV
• Tidak ditermukan penyakit/kondisi lain yang bersamaan selain infeksi HIV
tersebut
Penatalaksanaan
• Tujuan tata laksana psikososial ditujukan untuk :
• Mempertahankan kemampuan penderita yang masih tersisa
• Menghambat progresivitas kemunduran fungsi kognitif
• Mengelola gangguan psikologik dan perilaku yang timbul
• Menghambat kemunduran fungsi kognitif:
• Latihan memori sederhana
• Latihan orientasi realitas
• Senam otak
• Pemberian obat antidemensia seperti donepezil dan rivastigmin
• Untuk mengendalikan perilaku agresif dapat diberikan obat antipsikotik
dosis rendah
• Haloperidol 0,5-1 mg/hari
• Risperidon 0,5-1 mg/hari
• Mengatasi depresi dapat diberikan antidepresan
• Sertralin 25mg/hari
F03 Demensia YTT
• Kategori ini digunakan bila kriteria umum untuk diagnosis demensia
terpenuhi, tetapi tidak mungkin diidentifikasikan pada salah satu tipe
tertentu (F00.0 – F02.9)
• Karakter kelima dapat digunakan untuk menentukan demensia pada F00 –
F03 sebagai berikut :
• .x0 Tanpa gejala tambahan
• .x1 Gejala lain, terutama waham
• .x2 Gejala lain, teruatama halusinasi
• .x3 Gejala lain, terutama depresi
• .x4 Gejala campuran lain
F04 Sindrom Amnestik Organik, Bukan Akibat
Alkohol Dan Zat Psikoaktif Lainnya
• Sindrom Amnestik Merupakan gangguan mental berupa penurunan
ingatan jangka pendek dan jangka panjang, dengan anterograde dan
terkadang retrograde amnesia, dan terjadi dalam keadaan sadar.
• Terjadi kerusakan struktur bilateral/unilateral: hipotalamus, lobbus
temporalis (hipokampus, amigdala), lobus frontalis.
• Etiologi
• Defisiensi thiamin yang terkait dengan penyalahgunaan alkohol kronis
(Alcohol amnestic disorder, korsakoff’s syndrome)
• Hipoglikemia, hipoksia cereberal, ensefalitis
• Tumor, penyakit cerebrovaskuler
Gejala Klinis
• Gangguan daya ingat:
Informasi baru (anterograd), hal-hal sebelumnya (retrograd),
Pada sosial pekerjaan,
disorientasi waktu dan tempat.
• Onset gejala mendadak (trauma, serebrovaskuler, zat kimia, neurotoksin),
perlahan (defisiensi gizi, tumor, Alkohol)
• Perjalanan:
o Singkat (short duration/ transien) </= 1 bln,
o Lama (long duration) > 1 bln
• Gejala lain: perubahan kepribadian samar – jelas, apatis kurang inisiatif, agitasi,
bersahabat mudah setuju, bingung, konfusi, konfabulasi, tilikan kuarng.
Diagnosis (PPDGJ III)
F04 : Sindrom Amnestik Organik, Bukan Akibat Alkohol Dan Zat Psikoaktif Lainnya
• Adanya gangguan daya ingat, berupa berkurangnya daya ingat jangka pendek
(lemahnya kemampuan belajar materi baru), amnesia antegrad dan retrograd, dan
menurunnya kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan pengalaman yang
telah lalu dalam urutan terbalik menurut kejadiannya.
• Riwayat atau bukti nyata adanya cedera atau penyakit pada otak
(terutama bila mengenai struktur diensephalon dan temporal medial
secara bilateral.
• Tidak berkurangnya daya ingat segera (immediate recall), misalnya diuji
untuk mengingat deret angka, tidak ada gangguan perhatian (attention)
dan kesadaran (conciousness) dan tidak ada gangguan intelektual secara
umum.
Diagnosis Banding

• Sindrom Organik lain dengan hendaya daya ingat yang menonjol (F00-
F03, F05)
• Amnesia disosiatif (F44.0)
• Hendaya daya ingat akibat Gangguan Depresif (F30-F39)
• Berpura-pura (malingering) dengan menampilkan keluhan hilangnya daya
ingat (Z76.5)
• Sindrom Amnestik akibat alcohol (F10.6)
Delirium
Pendahuluan

• Delirium merupakan sindrom neuropsikiatrik kompleks yang memengaruhi


kesadaran (kesadaran berkabut / clouding of consciousness), gangguan atensi,
fungsi kognitif termasuk orientasi, memori, kemampuan berbahasa, dan
perubahan non-kognitif seperti psikomotor, persepsi, afek, siklus tidur-bangun,
dan proses berpikir.
• = acute confusional state, acute confusional syndrome, acute brain syndrome,
acute cerebral insufficiency, toxic-metabolic encephalopathy
Epidemiologi

• 10 – 15% px rawat bedah umum pernah mengalami delirium


• 15 – 25% px rawat medik umum pernah mengalami delirium selama ranap di RS
• 30% px bedah ICU
• 40 – 50% px ICCU
• Tertinggi y.i 90% px post cardiotomy
Etiologi
• Penyebab utama:
• Penyakit SSP (eg. epilepsi)
• Penyakit sistemik (eg. gagal jantung)
• Intoksikasi atau withdrawal obat-obatan atau zat toksik
• Hipotesis
• Neurotransmitter : acetylcholine (), serotonin, glutamat
• Daerah neuroanatomi : formatio reticularis
• Toksisitas obat-obatan dgn aktivitas antikolinergik a.l amitryptiline, doxepin, imipramine,
thioridazine, & chlorpromazine.
Patofisiologi
Gambaran Klinis
• Prodromal
  : px mengeluh kelelahan, cemas, mjd iritabel, tidur terggg
• Ggn kesadaran :  kejernihan tingkat kesadaran thd lingkungan (kesadaran berkabut)
• Kewaspadaan, tdd :
• Hiperaktivitas sindrom putus zat, misal flushing, berkeringat, takikardia, nausea, hipertermia, dsb
• Hipoaktivitas seluruh aktivitas menurun shg sering disebut depresi
• Ggn pemusatan perhatian: kesulitan mempertahankan, memusatkan, & mengalihkan
perhatian
• Orientasi :
• Delirium ringan: ggn orientasi waktu
• Delirium berat: mencakup orientasi tempat & orang
• Bahasa & kognitif : abnormalitas berbahasa & inkoherensi. Daya ingat & f(x) kognitif umum
mungkin terganggu
• Persepsi : halusinasi visual & auditorik
• Mood : marah, mengamuk, ketakutan yg tdk beralasan, perubahan mood berfluktuasi sepanjang
hari.
• Ggn tidur – bangun : Sundowning  agitasi pd malam hari & masalah perilaku pd saat waktu
tidur.
• Gejala neurologi : disfasia, tremor, asteriksis, inkoordinasi & inkontinensia urine.
PPDGJ III – Pedoman Diagnostik
F05 DELIRIUM, BUKAN AKIBAT ALKOHOL & ZAT PSIKOAKTIF
LAINNYA

• Gangguan kesadaran & perhatian


₋ Dari taraf kesadaran berkabut sampai dengan koma;
₋ Menurunnya kemampuan untuk mengarahkan, memusatkan, mempertahankan, & mengalihkan
perhatian;
• Gangguan kognitif secara umum
- Distorsi persepsi, ilusi dan halusinasi; seringkali visual
- Hendaya daya pikir dan pengertian abstrak, dengan atau tanpa waham yang bersifat sementara, tetapi
sangat khas terdapat inkoherensi yang ringan.
- Hendaya daya ingat segera dan jangka pendek, namun daya ingat jangka panjang relatif masih utuh
- Disorentasi waktu, pada kasus yang berat, terdapat juga disorientasi tempat dan orang.
• Gangguan psikomotor
- Hipo- atau hiper-aktivitas dan pengalihan aktivs yang tidak terduga dari satu ke yang
lain
- Waktu bereaksi yang lebih panjang
- Arus pembicaraan yang bertambah atau berkurang
- Reaksi terperanjat meningkat
Cont’
• Gangguan siklus tidur – bangun
- Insomnia atau tidak bisa tidur sama sekali
- Terbaliknya siklus tidur bangun (mengantuk pada siang hari)
- Gejala memburuk pada malam hari
- Mimpi yang menganggu atau mimpi buruk, yang dapat berlanjut menjadi halusinasi setelah bangun;
• Gangguan emosional
₋ Misalnya depresi, anxietas atau takut, lekas marah, euforia, apatis, atau rasa kehilangan akal.
• Onset biasanya cepat, perjalanan penyakitnya hilang – timbul sepanjang hari, & keadaan
itu berlangsung < 6 bln
• F05.0 Delirium, Tak Bertumpang – tindih dengan Demensia
• Delirium yg tdk bertumpang tindih dgn demensia yg sudah ada sebelumnya.
• F05.1 Delirium, Bertumpang – tindih dengan Demensia
• Kondisi yg memenuhi kriteria delirium diatas tetapi terjadi pd saat sudah ada
demensia.
• F05.8 Delirium Lainnya
• F05.9 Delirium YTT
Klasifikasi dan kriteria diagnosis delirium berdasarkan DSM V
(Diagnosis and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th
edition)
DSM V mengklasifikasi delirium menurut etiologi sebagai berikut:
1. Delirium yang berhubungan dengan kondisi medik umum
2. Delirium intoksikasi substansi (penyalahgunaan obat)
3. Delirium penghentian substansi
4. Delirium diinduksi substansi (pengobatan atau toksin)
5. Delirium yang berhubungan dengan etiologi multipel
6. Delirium tidak terklasifikasi.
Kriteria Diagnosis Menurut DSM 5:

1. Gangguan kesadaran (penurunan kemampuan untuk memusatkan, fokus, mempertahankan dan


mengalihkan perhatian) dan kewaspadaan (penurunan orientasi lingkungan)
2. Gangguan timbul pada periode waktu yang singkat (biasanya jam hingga beberapa hari),
menunjukan perubahan pada perhatian dan kewaspadaan, dan cenderung berfluktuasi
sepanjang hari
3. Gangguan tambahan pada fungsi kognitif (misal: defisit memori, disorientasi, bahasa,
kemampuan persepsi mengenai ruang, atau persepsi)
1. Gangguan pada kriteria 1 dan 3 tidak dapat dijelaskan dengan kelainan
neurokognitif lain dan tidak muncul pada penurunan tingkat rangsangan
seperti koma.
2. Terdapat bukti dari riwayat, pemeriksaan fisik, atau pemeriksaan
laboratorium bahwa gangguan tersebut merupakan konsekuensi
fisiologis langsung dari kondisi medis lain, intoksikasi substansi, atau
withdrawal (drug / medication abuse), atau terpapar racun, atau
diakibatkan etiologi yang multiple.
Diagnosis Banding
Menurut PPDGJ III:
• Sindrom organik lainnya, Demensia (F00 – F03)
• Ggn psikotik akut & sementara (F23.)
• Skizofrenia dalam keadaan akut (F20.-)
• Ggn Afektif + “confusional features” (F30 – F39)
• Delirium akibat Alkohol / Zat Psikoaktif Lain (F1x.4) (F1x.03)
Diagnosis Banding
• Delirium vs Demensia
• Awitan: delirium  tiba – tiba; demensia  berjalan perlahan
• Ggn kognitif: delirium  berfluktuasi; demensia  lebih stabil
• Delirium vs Skizofrenia atau Depresi
• Halusinasi & waham pd px skizofrenia lebih konstan & lebih terorganisasi drpd px
delirium
• Px gejala hipoaktif pd delirium mirip dgn depresi berat, utk membedakannya
dilakukan pemeriksaan EEG
Terapi
• Utama: mengobati penyebabnya
• Toksisitas antikolinergik  pisostigmin salisilat 1 – 2 mg IV atau IM & dpt diulang 15 – 30 mnt bila
perlu
• Farmakoterapi
• 2 gejala utama delirium yg memerlukan th/ y.i psikosis & insomnia
• Psikosis: haloperidol 2 – 10 mg IM & dpt diulang 1 jam kemudian bila px masih menunjukkan agitasi
• Setelah tenang: PO (jml dosis PO 1,5 x dari dosis injeksi) tdd 2 dosis; 1/3 pd pagi hari & 2/3 pd saat tidur
• Dosis efektif haloperidol 5 – 50 mg
• Hindari fenotiazine k/ dihubungkan dgn aktivitas antikolinergik
• Insomnia: gol benzodiazepine dgn waktu paruh pendek / menengah eg. Lorazepam 1 – 2 mg sebelum tidur
Prognosis
• Bila penyebab sudah diketahui dan dapat diatasi, gejala delirium dapat
hilang 3-7 hari dan akan hilang seluruhnya dalam 2 minggu.
Diagnosis (PPDGJ III)
F06 Gangguan Mental Lainnya Akibat Kerusakan dan
Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik.
- Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak atau penyakit
fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu
sindrom mental yang tercantum.
- Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan)
antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan
timbulnya sindrom mental
- Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau
dihilangkannya penyebab yang mendasarinya.
- Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom
mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau
pengaruh stres sebagai pencetus).
F06.0 Halusinosis Organik
• Kriteria umum (F06)
• Adanya halusinasi dalam segala bentuk (visual atau asuditorik) yang menetap atau
berulang
• Kesadaran yang jernih
• Tidak ada penurunan fungsi intelek yang bermakna
• Tidak ada gangguam afektif yang menonjol
• Tidak jelas adanya waham
F.06 GANGGUAN MENTAL LAINNYA AKIBAT KERUSAKAN dan
DISFUNGSI OTAK dan PENYAKIT FISIK

Pedoman Diagnostik:
• Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakit
fisik sistemik yang diketahui berhubungan dengan salah satu
sindrom mental yang tercantum;
• Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan)
antara perkembangan penyakit yang mendasari dengan
timbulnya sindrom mental;
• Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau
dihilangkannya penyebab yang mendasarinya;
• Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom
mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau
pengaruh stress sebagai pencetus).
F06.1 Gangguan Katatonik Organik
• Kriteria umum tersebut diatas (F06)
• Disertai salah satu dibawah ini :
-Stupor (hilang atau berkurang gerakan spontan dg mutisme parsial/total,
negativisme dan posisi tubuh yang kaku)
-Gaduh gelisah (hipermotilitas yg kasar dg atau tanpa kecenderungan untuk
menyerang)
-Keduanya (silih berganti secara cepat dan tak terduga dari hipo ke hiper-
aktivitas)
F06.2 Gangguan Waham Organik (Lir-
Skizofrenia)
Pedoman Diagnostik:
• Kriteria umum tersebut diatas (F06)
• Disertai:
• Waham yang menetap atau berulang (waham kejar, tubuh yang berubah, cemburu,
penyakit, atau kematian dirinya atau orang lain);
• Halusinasi, gangguan proses pikir, atau fenomena katatonik tersendiri, mungkin ada;
• Kesadaran dan daya ingat tidak terganggu;
Diagnosis Banding
• Gangguan psikotik akut dan sementara (F23)
• Gangguan psikotik akibat obat (F1x.5)
• Gangguan waham yang menetap (F22.-)
• Skizofrenia (F20.-)
Penatalaksanaan
• Singkirkan pasien dari paparan zat yang menyebabkan gangguan.
• Secara aktif diberikan terapi pada penyakit yang mendasarinya.
• Intervensi psikofarmakologi untuk mengatasi gejala yang muncul:
o Antipsikotik dengan efek samping ekstra piramidal minimal (rissperidone, quetiapine).
o Hindari pemberian antikolinergik  menurunkan kognitif.
o Bila kesulitan oral  berikan haloperidol IM.
• Psikoterapi: suportif dan psikoedukasi.
F06.3 Gangguan Afektif Organik
• Kriteria umum tsb diatas (F06)
• Disertai kondisi yg sesuai dg salah satu diagnosis dari gangguan yg
tercantum dalam F30-F33
Diagnosis Banding
• Gangguan afektif non-organik atau YTT (F30-F39)
• Gangguan afektif hemisferik kanan (F07.8)
• F06.30 Gangguan manik organik
• F06.31 Gangguan bipolar organik
• F06.32 Gangguan depresif organik
• F06.33 Gangguan afektif organik campuran
F06.4 Gangguan Cemas (Anxietas) Organik

• Ditandai oleh gambaran utama dari gangguan cemas menyeluruh (F41.1),


Gangguan panik (F41.0) atau campuran dari keduanya, tetapi timbul
sebagai akibat dari gangguan organik yang dapat menyebabkan disfungsi
otak (seperti epilepsi lobus temporalis, tirotoksikosis atau
freokromositoma)
F06.5 Gangguan Disosiatif Organik
• Gangguan yang memenuhi persyaratan untuk salah satu gangguan dalam
Gangguan Disosiatif (F44.-) dan memenuhi kriteria umum untuk
penyebab organik
• Gejala utama gangguan disosiatif adalah kehilangan (sebagian atau
seluruh) dari integrasi normal (dibawah kendali kesadaran) antara :
• Ingatan masa lalu,
• Kesadaran identitas dan penginderaan segera (awarnesss of identify and immediate
sensations), dan
• Kontrol terhadap gerakan tubuh
F06.6 Gangguan Astenik Organik
• Gangguan yang ditandai oleh labilitas atau tidak terkendalinya emosi yang
nyata dan menetap, kelelahan, atau berbagai sensasi fisik yang tidak
nyaman (seperti pusing) dan nyeri, sebagai akibat adanya gangguan
organik (sering terjadi dalam hubungan dengan penyakit serebrovaskuler
atau hipertensi)
F06.7 Gangguan Kognitif Ringan
• Gambaran utamanya adalah turunnya penampilan kognitif (termasuk
hendaya daya ingat, daya belajar, sulit berkonsentrasi), tidak sampai
memenuhi diagnosis demensia (F00-F03), sindrom amnestik organik
(F04), atau delirium (F05.-)
• Gangguan ini dapat mendahului, menyertai, atau mengikuti berbagai
macam gangguan infeksi dan gangguan fisik, baik serebral maupun
sistemik.
F06.8 Gangguan Mental Lain YDT Akibat Kerusakan dan Disfungsi
Otak dan Penyakit Fisik
• Contohnya ialah keadaan suasana perasaan (mood) abnormal yang terjadi ketika
dalam pengobatan dengan steroid atau obat antidepresi.
• Termasuk : Psikosis epileptik YTT

F06.9 Gangguan Mental YTT Akibat Disfungsi Otak dan Penyakit Fisik
Diagnosis (PPDGJ III)
F07 GANGGUAN KEPRIBADIAN dan PERILAKU AKIBAT
PENYAKIT, KERUSAKAN dan DISFUNGSI OTAK.
• Riwayat yang jelas atau hasil pemeriksaan yang mantap menunjukkan
adanya penyakit, kerusakan, atau disfungsi otak;
• Disertai, dua atau lebih, gambaran berikut :
a) Penurunan yang konsisten dalam kemampuan untuk mempertahankan
aktivitas yang bertujuan (goal-directed activities), terutama yang
memakan waktu lebih lama dan penundaan kepuasan;
b) Perubahan perilaku emosional, ditandai oleh labilitas emosional,
kegembiraan yang dangkal dan tak beralasan (euforia, kejenakaan yang
tidak sepadan), mudah berubah menjadi iritabilitas atau cetusan amarah
dan agresi yang sejenak; pada beberapa keadaan, apati dapat merupakan
gambaran yang menonjol;
Diagnosis (PPDGJ III)

c) Pengungkapan kebutuhan dan keinginan tanpa


mempertimbangkan konsekuensi atau kelaziman sosial
(pasien mungkin terlibat dalam tindakan dissosial, seperti
mencuri, bertindak melampaui batas kesopanan seksual, atau
makan secara lahap atau tidak sopan, kurang memperhatikan
kebersihan dirinya);
d) Gangguan proses pikir, dalam bentuk curiga atau pikiran
paranoid, dan/atau preokupasi berlebihan pada satu tema yang
biasanya abstrak (seperti soal agama, "benar" dan "salah")
c) Kecepatan dan arus pembicaraan berubah dengan nyata, dengan
gambaran seperti berputar-putar (circumstantiality), bicara banyak
(over-inclusiveness), alot (viscosity), dan hipergrafia;
d) Perilaku seksual yang berubah (hiposeksualitas atau perubahan selera
seksual).
Diagnosis banding
• Perubahan kepribadian yang berlangsung lama Setelah Mengalami
Katastrofa (F62.0), Akibat Penyakit Psikiatrik (F62 1)
• Sindrom Pasca-ensefalitis (F07.1)
• Sindrom Pasca-kontusio (F07.2)
• Gangguan kepribadian khas (F60.)
F07.1 Sindrom Pasca-ensefalitis
• Sindrom ini mencakup perubahan perilaku sisa (residual) setelah
kesembuhan dari suatu ensefalitis virus atau bakterial
• Gejalanya tidak khas dan berbeda dari satu orang ke orang lain, dari satu
penyebab infeksi ke penyebab infeksi lainnya, dan yang pasti berkaitan
dengan usia pasien pada saat kena infeksi.
F02.2 Sindrom Pasca-kontusio

• Sindrom ini terjadi sesudah trauma kepala (biasanya cukup sampai


berakibat hilangnya kesadaran) dan termasuk bebera gejala yang beragam
seperti nyeri kepala, pusing (tidak seperti gambaran vertigo yang asli),
kelelahan, iritabilitas, sulit berkonsentrasi dan melakukan suatu tugas
mental, hendaya ingat, insomnia, menurunnya toleransi terhadap stres,
emosional, atau terlibat alkohol.
• F07.8 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik Lain
Akibat Penyakit, Kerusakan dan Disfungsi Otak Sindrom
tertentu dan terduga dari perubahan kepribadian dan
perilaku akibat kerusakan, penyakit atau disfungsi otak,
di luar yang telah dicantumkan pada F07.0-F07.2; dan
kondisi dengan taraf hendaya fungsi kognitif ringan yang
belum sampai demensia dengan gangguan mental
progresif seperti penyakit Alzheime Parkinson, dsb.
• F07.9 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Organik YTT Akibat Penyakit,
Kerusakan dan Disfungsi Otak
F09 Gangguan Mental Organik atau Simptomatik
YTT
• Termasuk : psikosis organik YTT, psikosis simptomatik YTT.
F10-F19
GANGGUAN MENTAL dan PERILAKU
AKIBAT PENGGUNAAN ZAT
PSIKOAKTIF
• Napza adalah setiap bahan kimia / zat yang bila masuk ke dalam tubuh
akan mempengaruhi ungsi tubuh secara fisik dan psikologis.
• Berdasarkan efek yang ditimbulkan, NAPZA dibagi menjadi
Napza yang berkerja sebagai depresan
• Memperlambat / menekan SSPusat dan pesan yang dikirim ke otak o
Melambatkandetakjantungdanpernafasan
o Efekdepresan:
• Ringan
• Perasaan tenang
• Sejahtera
• Gembira berlebih (euforia)
• Rileks
• Lebih serius
• Cadel
• Sempoyongan
• Mual
• Muntah
Napza yang berefek stimulan

• Mempercepat / merangsang kerja SSPusat dan pesan ke dan dari otak


• Meningkatkan detak janung, TD, dan suhu tubuh
• Membuat orang lebih sadar dan waspada. o Efekstimulan
• Ringan
• Ga nafsu makan
• Ga bisa tidur
• Banyak bicara
• Gelisah
• Lebih serius
• Agresi
• Panik
• Cemas
• Sefalgia
• Paranoia
Napza yang berefek halusinogen

• Mempengaruhi persepsi orang sehingga melihat / mendengar sesuatu secara terdistorsi


• Efekhalusinogen:
• ▪ TD meningkat
▪ Detak jantung meningkat ▪ Hilang nafsu makan
▪ Kram perut
▪ Banyak bicara dan tertawa ▪ Aktivitas meningkat
▪ Panik
▪ Dilatasi pupil
▪ Distorsi waktu dan ruang
Istilah penting
• Gejala Putus Zat
• Adalah gejala yang terjadi akibat penghentian atau pengurangan dosisnya. Keadaan ini
menimbulkan gejala fisik yang tidak enak berupa kejang, mual, muntah, gemetar,
gelisah, berkeringat dan sebagainya. Berat ringan gejala putus bergantung jenis zat,
dosis, dan lama penggunaan
• Toleransi
• Toleransi adalah keadaan dimana dosis yang sama tidak lagi berpengaruh seperti
penggunaan sebelumnya. Akibatnya, perlu penambahan dosis yang lebih besar agar
mendapatkan efek yang dikehendaki.
• Sindroma ketergantungan (dependence syndrome),
• A cluster of behavioural, cognitive, and physiological phenomena that developed
after repeated substance use; typically they include a strong desire to take the
substance, impaired control over its use, persisting use despite harmful
consequences, a higher priority given to the substance over other activities and
obligations, increased tolerance, and sometimes physical withdrawal substance
• F10. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol
• F11. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Opioida
• F12. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kanabionida
• F13. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Sedativa atau
Hipnotika
• F14. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Kokain
• F15. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Stimulansia
Lain Termasuk Kafein
• F16. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Halusinogenika
• F17. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Tembakau
• F18. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Pelarut yang
Mudah Menguap
• F19. - Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Zat Multipel
dan Penggunaan Zat Psikoaktif Lainnya
F1x.0 Intoksikasi Akut
• Suatu kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif
lain sehingga terjadi gangguan:
• kesadaran
• fungsi kognitif
• persepsi
• afek atau perilaku, atau fungsi dan respons psikofisiologis lainnya.
• Intensitas intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu; yang akhirnya efeknya
menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat lagi  orang tersebut akan kembali ke
kondisi semula, kecuali jika ada jaringan yang rusak atau terjadi komplikasi lainnya.
Intoksikasi akut disertai atau tanpa komplikasi

• F1x.00 Tanpa komplikasi


• F1x.01 Dengan trauma atau cedera tubuh lainnya
• F1x.02 Dengan komplikasi medis lainnya
• F1x.03 Dengan delirium
F1x.1 Penggunaan yang Merugikan
• Pola penggunaan zat psikoaktif yang merusak kesehatan, dapat berupa fisik
(hepatitis) maupun mental (episode gangguan depresi sekunder akibat
alkohol)
• Pola penggunaan sering dikecam oleh sosial  sering disertai konsekuensi
sosial yang tidak diinginkan
• Tidak ada sindrom ketergantungan (F1x.2), gangguan psikotik (F1x.5), atau
bentuk spesifik lain dari gangguan yang berkaitan dengan penggunaan obat
atau alkohol
F1x.2 Sindrom Ketergantungan

Diagnosis ketergantungan ditegakkan bila ditemukan ≥  3


Gejala, yang dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya:

a) Keinginan yang kuat/ dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk


menggunakan zat psikoaktif
b) Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat,
termasuk sejak mulainya, usaha berhenti, atau pada tingkat sedang
menggunakan
• Keadaan putus zat secara fisiologis atau ketika penghentian penggunaan
zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas,
atau orang tersebut menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis
dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala
putus zat
d) Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang
diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya diperoleh dengan
dosis lebih rendah
e) Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain disebabkan
penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk
mendapatkan atau menggunakan zat atau untuk pulih dari akibatnya
f) Tetap menggunakan zat walaupun ia menyadari adanya akibat yang merugikan
kesehatannya
F1x.3 Keadaan Putus Zat
• Merupakan salah satu indikator dari sindrom ketergantungan.
• Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan. Gangguan
psikologis (anxietas, depresi, dan gangguan tidur) merupakan gambaran
umum.
• Khas: pasien akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan mereda
dengan meneruskan penggunaan zat.
Gejala- gejala
• Opiat (morfin, heroin)
• Gejala pemakaian: gembira, pupil mata kecil, nadi lambat, nafas lambat,
susah BAB, mengamuk
• Gejala putus zat: gelisah, mual, muntah, mata berair, hidung berair, sendi-
sendi nyeri, menggigil, pupil mata melebar, merinding
• Gejala intoksikasi: pupil mata kecil, tekanan darah turun, nafas lambat,
nadi cepat, pingsan, bisa meninggal
Obat penenang/obat tidur
• Gejala pemakaian: mula-mula gelisah, mengamuk, daya
pikir dan daya ingat turun, bicara lambat, tindakan lambat
• Gejala putus zat: gelisah, sukar tidur, muntah, gemetar,
kejang-kejang
• Gejala intoksikasi: gelisah, kendali diri turun, banyak
bicara, suka bertengkar, lalu bicara tidak jelas,
sempoyongan, nafas lambat, kesadaran turun, pingsan,
meninggal
Alkohol
• Gejala pemakaian: gembira, hambatan diri turun, muka
kemerahan
• Gejala putus zat: gemetar, muntah, kejang, gelisah, sukar
tidur, gangguan jiwa
• Gejala intoksikasi: gelisah, tingkah laku kacau, kendali diri
hilang, banyak bicara, bicara tidak jelas, gangguan organ
Ganja
• Gejala pemakaian: melayang, gembira, santai, tenang,
kepala berat, efisiensi intelektual dan motorik terganggu,
mata merah, curiga, moral turun “flashback”
• Gejala putus zat: susah tidur, gelisah, nafsu makan
berkurang
• Gejala intoksikasi: penik, mengamuk, gila, demam, pupil
mata melebar
Amfetamin
• Gejala pemakaian: siaga, percaya diri, euforia, banyak
bicara, tidak mudah lelah, tidak nafsu makan, berdebar-
debar, nafas cepat, tekanan darah naik
• Gejala putus zat: lesu, apatis, tidur berlebihan, curiga,
depresi (bunuh diri)
• Gejala intoksikasi: berdebar cepat, tekanan darah naik,
perdarahan, bisa meninggal
Pemeriksaan penunjang
• Berdasarkan tujuan pemeriksaanya:
• Pemeriksaan penapisan
• Bahanpemeriksaan:urin
• Karena non-invasif dan mempunyai nilai sensitivitas tinggi.
• Keadaan emergensi dan pemantauan detoksikasi
• Metode : EMIT, FPIA, dan TLC
• Bahanpemeriksaan:serum
• Karena diharapkan dapat menggambarkan kadar obat/zat pada saat itu.
• Kepentingan forensic
• Selain menggunakan pemeriksaan di atas juga dilakukan pemeriksaan konfirmasi
dengan menggunakan metode Gas Chromatography-Mass Spectroscopy (GC-
MS).
Penatalaksanaan
• Upaya preventif
• Pemberian informasi yang benar dan objektif tanpa menakut-nakuti dan tidak
merangsang untuk memakai
• Melatih kemampuan menolak ajakan memakai zat psikoaktif • Upaya kuratif
• Upaya kesinambungan untuk mengakhiri ketergantungan pada zat psikoaktif, o
Mengatasi dampak fisik, psikis dan sosial
• Mengembalikan pengguna ke masyarakat sebagai warga yang produktif
Tahapan:
• Penerimaan awal (1-3 hari)
• Dilakukan evaluasi medik-psikologik menyeluruh sebagai dasar tahap
penatalaksanaan selajutnya
• Detoksifikasi dan terapi komplikasi medik (1-3 minggu)
• Proses penghentian obat dan terapi komplikasi.
• Dapat bertahap / langsung , dengan / tanpa terapi simptomatik, dengan /
tanpa terapi subtitusi.
• Stabilisasi(3-8bulan)
• Upaya pembinaan fisik, mental, keagaman, komunikasi, interaksi sosial,
edukasional, kultural, dan lain-lain
• Persiapankembalikemasyrakat(3-12bulan)
• Bimbingan melalui program khusus (workshop, day/night center)
• Resosialisasi (sampai sekitar 1.000 hari)
• Mantan pengguna diharapkan mengembangkan hidup yang bermakna di
masyarakat
• F1x.04 Dengan distorsi persepsi
• F1x.05 Dengan koma
• F1x.06 Dengan konvulsi
• F1x.07 Intoksikasi patologis
- Hanya pada penggunaan alkohol.
- Onset mendadak, agresi, tindak kekerasan saat bebas alcohol
- Timbul segera setelah minum sejumlah alcohol, yang pada kebanyakan orang tidak
menimbulkan intoksikasi
F1x.6 Sindrom Amnesik
• Harus memenuhi kriteria umum untuk sindrom amnesik organik
• Syarat utama untuk menentukan diagnosis:
• Gangguan daya ingat jangka pendek, gangguan sensasi waktu
• Tidak ada gangguan daya ingat segera, tidak ada gangguan
kesadaran, dan tidak ada gangguan kognitif secara umum
• Adanya riwayat atau bukti yang objektif dari penggunaaan alkohol
atau zat yang kronis (terutama dengan dosis tinggi)
F1x.8 Gangguan Mental dan Perilaku Lainnya

• Kategori untuk semua gangguan sebagai akibat penggunaan zat piskoaktif


yang dapat diidentifikasi berperan langsung pada gangguan tersebut,
tetapi yang tidak memenuhi kriteria untuk dimasukkan dalam salah satu
gangguan yang telah disebutkan.
F1x.9 Gangguan Mental dan Perilaku
YTT
• Kategori untuk yang tidak tergolongkan
F1x.2
Sindroma Ketergantungan
• Suatu keadaan mental maupun fisik yang diakibatkan oleh adanya interaksi antara
organisme hidup dan zat. Kondisi ini memiliki tanda-tanda tingkah laku yang
menimbulkan reaksi tertentu seperti dorongan untuk mempergunakan obat secara
periodik atau kontinu.
• Gambaran utama yang khas dari sindrom ketergantungan adalah keinginan untuk
menggunakan zat psikoaktif, alkohol, dan tembakau.
• Ketergantungan dibagi 2 :
• Ketergantungan secara perilaku : aktivitas mencari zat (seperti euforia, depresi, dll)
• Ketergantungan secara fisik : efek fisik akibat zat (seperti kejang, nistagmus, dll)
Jenis Ketergantungan
1. Ketergantungan primer.
Biasanya terjadi pada orang dengan kepribadian yang tidak stabil, ditandai dengan
adanya kecemasan dan depresi.
2. Ketergantungan reaktif.
Biasanya terjadi pada remaja, karena adanya dorongan keingintahuan, bujukan
dan rayuan teman, jebakan dan tekanan serta pengaruh teman sebaya.
3. Ketergantungan simptomatis.
Sebagai salah satu gejala tipe kepribadian yang mendasarinya pada umumnya terjadi pada
orang dengan kepribadian anti sosial dan pemakaian zat itu untuk kesenangan semata.
Pedoman Diagnostik
• Diagnosis ketergatungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala
dibawah ini dialami dalam masa 1 tahun sebelumnya :
a) Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi) untuk menggunakan
zat psikoaktif;
b) Kesulitan dalam menggendalikan perilaku menggunakan zat, termasuk sejak mulainya,
usaha penghentian, atau pada tingkat sedang menggunakan;
c) Keadaan putus zat secara fisiologis (lihat F1x.3 atau F1x.4) ketika penghentian penggunaan
zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas, atau orang tersebut
menggunakan zat atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk mwnghindari
terjadinya gejala putus zat;
d) Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna memperoleh
efek rendah (contoh yang jelas dapat ditemukan pada individu dengan ketergantungan alkohol dan opiat
yang dosis hariannya dapaya mencapai taraf yang dapat membuat tak berdaya atau mematikan bagi
pengguna pemula;
e) Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain disebabkan penggunaan zat
psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat
atau untuk pulih dari akibatnya;
f) Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang merugikan kesehatannya, seperti
gangguan fungsi hati karena minum alkohol berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu
periode penggunaan zat yang berat, atau hendaya fungsi kognitif berkaian dengan penggunaan zat;
upaya perlu diadakan untuk memastikan bahwa pengguna zat sungguh-sungguh, atau dapat
diandalkan , sadar akan hakekat dan besarnya bahaya.
• Diagnosis sindrom ketergantungan dapat ditentukan lebih lanjut dengan kode lima karakter
berikut :
• F1x.20 Kini abstinen
• F1x.21 Kini abstinen, tetapi dalam suatu lingkungan yang terlindung (seperti
dalam rumah sakit, komuniti terapeutik, lembaga pemasyarakatan, dll)
• F1x.22 Kini dalam pengawasan klinis terapi pemeliharaan atau dengan
pengobatan zat pengganti [ketergantungan terkendali] (misalnya dengan
methadone, penggunaan “nicotine gum” atau “nicotine patch”)
• F1x.23 Kini abstinen, tetapi sedang dalam terapi obat aversif
atau penyekat (misalnya naltrexone atau disulfiram)
• F1x.24 Kini sedang menggunakan zat [ketergantungan aktif]
• F1x.25 Penggunaan berkelanjutan
• F1x.26 Penggunaan episodik [dipsomania]
• Syarat diagnosis ini mengecualikan pasien pasca bedah yang mendapatkan
opioid untuk menghilangkan rasa nyeri dan kemudian menunjukan tanda
keadaan putus obat bila zat tidak diberikan, tetapi sebenarnya tidak
menginginkan untuk melanjutkan penggunaan zat.
• Termasuk alkoholisme kronis, dipsomania, adiksi obat
F1x.3 Keadaan Putuz
Zat
Pedoman Diagnostik
• Keadaan putus zat merupakan salah satu indikator dari sindrom ketergantungan &
diagnosis sindrom ketergantungan zat harus turut dipertimbangkan
• Keadaan putus zat hendaknya dicatat sebagai diagnosis utama, bila hal ini merupakan
alasan rujukan & cukup parah sampai memerlukan perhatian medis secara khusus
• Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang digunakan.gangguan psikologis (misalnya
anxietas, depresi & ggn tidur) merupakan gambaran umum dari keadaan putus zat ini.
Yang khas ialah px akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan merada dgn meneruskan
penggunaan zat.
Efek / Gejala Putus Zat

• Alkohol: halusinasi, ilusi (bad dream), kejang, delirium tremens, gemetar,


keluhan gastrointestinal, muka merah, mata merah, & hipertensi
• Opioid: perilaku agresif, suicide, depresi berat sampai skizofrenia
• Ganja: agresif, insomnia, penurunan BB/nafsu makan, depresi, ketidaknyamanan
k/ menggigil, berkeringat, tremor, sakit kepala atau nyeri perut
• Kokain: agitasi, depresi, fatigue, “high craving”, cemas, marah meledak-
ledak, ggn tidur, mimpi aneh, makan berlebihan, mudah tersinggung,
mual, otot pegal-pegal hingga lethargy.
• Amfetamin & turunannya: fatigue, insomnia/hipersomnia, agitasi,
peningkatan nafsu makan, mimpi buruk
• Benzodiazepine: agresif & violence
F1x.4 Keadaan Putus zat dengan Delirium

Pedoman diagnostik
• Suatu keadaan putus zat (F1x.3) disertai komplikasi delirium
• Termasuk : Delirium Tremens, merupakan akibat putus alkohol secara
absolut/relatif pada pengguna yang ketergantungan berat dengan riwayat
penggunaan yang lama. Onset biasanya tjd ssdh putus alkohol. Keadaan
gaduh gelisah (toksik) yang berlangsung singkat ttpi adakalanya
dapat membahayakan jiwa, yang disertai gangguan somatik
• Gejala prodormal khas: insomnia, gemetar dan ketakutan.
Dapat didahului oleh kejang setelah putus zat.
• Trias yang klasik dari gejala:
• Kesadaran berkabut dan kebingungan
• Halusinasi dan ilusi
• Tremor berat
F1x.5 Gangguan Psikotik
Pedoman Diagnostik
• Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera sesudah penggunaan
zat psikoaktif (biasanya dalam waktu 48jam), bukan merupakan
manifestasi dari keadaan putus zat dengan delirium atau suatu onset
lambat. Gangguan psikotik onset lambat (dengan onset lebih dari 2
minggu setelah penggunaan zat) dimasukkan ke dalam F1x.75
• Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat psikoaktif dapat
tampil dengan pola gejala yang bervariasi. Variasi ini akan
dipengaruhi oleh jenis zat yang digunakan dan kepribadian
pengguna zat. Pada penggunaan obat stimulan, seperti kokain
dan amfetamin, gangguan psikotik yang diinduksi oleh obat
umumnya berhubungan erat dengan tingginya dosis dan/atau
penggunaan zat yang berkepanjangan.
• Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya ditegakkan
berdasarkan distorsi persepsi atau pengalaman halusinasi, bila
zat yang digunakan ialah halusinogenika primer (misalnya
Lisergide /LSD, meskalin, kanabis dosis tinggi). Perlu
dipertimbangkan diagnosis intoksikasi akut (F1x.0).
Diagnosis Banding
• Gangguan mental lain yang dicetuskan dan diberatkan oleh penggunaan
zat psikoaktif, misalnya :
• Skizofrenia (F20.-)
• Gangguan Afektif (F30-F39),
• Gangguan Kepribadian Paranoid (F60.0, F60.1)
• Gangguan penggunaan zat mengundang berbagai masalah dan meliputi 11 kriteria:

1. Menggunakan zat dalam jumlah yang makin lama makin banyak atau waktu
penggunaannya lebih panjang daripada yang dibayangkan
2. Ingin menurunkan atau menghentikan penggunaan, namun tidak kuasa memenuhinya
3. Menghabiskan banyak waktu untuk mendapatkan, menggunakan, atau mengurus diri
untuk pulih dari penggunaan
4. Menagih dan meningkat dorongan untuk menggunakan
5. Tidak mampu mengelola diri atas kewajibannya: bekerja/sekolah, dirumah atau
di tempat kerja karena penggunaan
6. Tetap meneruskan penggunaan, meski hubungan/relasi dengan orang sekitar
menjadi bermasalah karenanya
7. Tidak lagi melakukan kewajiban utama social, okupasional atau rekreasional
karena penggunaan
8. Terus menggunakan zat, meski tahu akan bahayanya
9. Melanjutkan penggunaan, meski ada masalah fisik dan psikologik yang
diakibatkan atau diperburuk oleh penggunaan zat
10. Meningkatkan jumlah pemakaian untuk mendapatkan efek yang sama
dengan sebelumnya (toleransi)
11. Simptom putus zat, yang akan dapat diatasi dengan penggunaan zat yag
makin banyak.
F1x.7 Gangguan Psikotik Residual atau Onset
Lambat
• Onset dari gangguan harus secara langsung berkaitan dengan penggunaan alkohol atau zat
psikoaktif.
• Gangguan fungsi kognitif, afek, kepribadian, atau perilaku yang disebabkan oleh alkohol
atau zat psikoaktif yang berlangsung melampaui jangka waktu khasiat psikoaktifnya (efek
residual zat tersebut terbukti secara jelas). Gangguan tersebut harus memperlihatkan suatu
perubahan atau kelebihan yang jelas dari fungsi sebelumnya yang normal.
• Gangguan ini harus dibedakan dari kondisi yang berhubungan dengan peristiwa putus zat
(F1x.3 dan F1x.4). Pada kondisi tertentu dan untuk zat tertentu, fenomena putus zat dapat
terjadi beberapa hari atau minggu sesudah zat dihentikan penggunaannya.
Diagnosis banding
• Gangguan mental yang sudah ada terselubung oleh penggunaan zat dan
yang muncul kembali setelah pengaruh tersebut menghilang (misalnya
anx fobik, gangguan depresif, skizofrenia atau gangguan skizotipal).
• Gangguan psikotik akut dan sementara (F23.)
• Cedera organik dan retardasi mental ringan atau sedang (F70-F71) yang
terdapat bersama dengan penyalahguna zat psikoaktif
F1x.70 Kilas balik (Flashback)
• Dapat dibedakan dari gangguan psikotik, sebagian karena sifat
episodiknya, sering berlangsung dalam waktu sangat singkat ( dalam
hitungan detik sampai menit) dan oleh gambaran duplikasi dari
pengalaman sebelumnya yang berhubungan dengan pengunaan zat
F1x.71 Gangguan kepribadian atau perilaku
• Memenuhi kriteria untuk gangguan kepribadian organik (F07.0)

F1x.72 Gangguan afektif residual


• Memenuhi kriteria untuk gangguan afektif organik (F06.3)

F1x.73 Demensia
• Memenuhi kriteria umum untuk demensia (F00-F09)
• F1x.74 Hendaya kognitif menetap lainnya
• Suatu kategori residual untuk gangguan dengan hendaya kognitif yang
menetap, tetapi tidak memenuhi kriteria untuk sindrom amnesik yang
disebabkan oleh zat psikoaktif (F1x.6) atau demensia (F1x.73)

• F1x.75 Gangguan psikotik onset lambat


SKIZOFRENIA, GANGGUAN
SKIZOTIPAL, DAN
GANGGUAN WAHAM
F20 Skizofrenia

F20.0 Skizofrenia paranoid


F20.1 Skizofrenia hebefrenik
F20.2 Skizofrenia katatonik
F20.3 Skizofrenia tak terinci
F20.4 Depresi pasca skizofrenia
F20.5 Skizofrenia residual
F20.6 Skizofrenia simpleks
F20.8 Skizofrenia lainnya
F20.9 Skizofrenia YTT
F20 Skizofrenia
 Sindrom dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit( tidak selalu
kronis dan detorirating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung
pada pengaruh genetik, fisik, sosial, dan budaya
• Umumnya ditandai oleh penyimpangan karakteristik dari pikiran dan
persepsi, serta afek yang inappropriate (tidak wajar) atau blunt (tumpul)
• Kemampuan intelektual dan kesadaran tetap terpelihara, meskipun kadang
kemunduran kognitif berkembang kemudian
Pedoman diagnostik
• Harus ada minimal satu gejala yang amat jelas atau dua gejala atau lebih bila gejalanya kurang jelas:
a. - Thought of echo
- Thought of insertion or withdrawal
- thought broadcasting
b. - delusion of control
- delusion of influence
- delusion of passivity
- delusional perception
c. Halusinasi auditorik
- halusinasi yang terus menerus berkomentar terhadap perilaku pasien
- mendiskusikan perihal pasien diantara berbagai suara yang berbicara atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
d. Waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar/ mustahil
• Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
e. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, dapat disertai
waham yang mengambang atau setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide berlebihan (overvalued ideas)
yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu- minggu,
berbulan- bulan terus menerus
f. Arus pikiran yang terputus (break) atau sisipan (interpolation)
berakibat inkoherensi/ irrelevan/ neologisme
g. Perilaku katatonik:keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh
tertentu (posturing)/ fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan stupor.
h. gejala- gejala negatif: sikap sangat apatis, bicara jarang, respon
emosional menumpul/ tidak wajar akibatnya penarikan diri dari
pergaulan sosisal dan menurunnya kinerja soal, tetapi bukan karena
depresi atau neuroleptika
• Adanya gejala khas tersebut diatas selama kurun waktu satu
bulan/ lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodormal).
• Adanya suatu perubahan yang konsisten dan bermakna
dalam overall quality dari beberapa personal behavior,
bermanifestasi sehingga hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri
sendiri (self absorbed attitude) dan penarikan diri secara
sosial.
Perjalanan gangguan skizofrenik dapat
diklasifikasikan
• F20.x0 berkelanjutan
• F20.x1 episodik dengan kemunduran progresif
• F20.x2 episodik dengan kemunduran stabil
• F20.x3 episodik berulang
• F20.x4 remisi tak sempurna
• F20.x5 remisi sempurna
• F20.x8 lainnya
• F20.x9 periode pengamatan kurang dari satu tahun
F20.0 skizofrenia paranoid
Pedoman diagnostik
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
• Tambahan:
• Halusinasi/ waham harus menonjol
• Halusinasi auditorik baik verbal seperti mengancam/ memberi perintah; non verbal seperti bunyi pluit,
mendengung, bunyi tawa
• Halusinasi pembauan/ pengecapan rasa/ bersifat seksual, visual jarang
• Khas: Waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi(delusion of influence) , passivity, dikejar-kejar
• Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, dan gejala katatonik yang relatif tidak menonjol
F20.1 skizofrenia hebefrenik
• Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
• Onset remaja atau dewasa muda (onset mulai dari 15-25 tahun)
• Kepribadian premorbid, khas: pemalu dan senang menyendiri (solitaire), namun tidak harus demikian untuk
diagnosis.
• Untuk diagnosis perlu pengamatan kontinu selama 2-3 bulan, untuk memastikan gambaran ini kontinu:
• Periaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, ada kecenderungan solitary, perilaku yang hampa tujuan dan
hampa perasaan
• Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropiate), sering disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas
sendiri (self- satisfied), senyum sendiri (self- absorbed smiling) atau oleh sikap tinggi hati (lofty manner), tertawa menyeringai
(grimaces), mengibuli bersend gurau (pranks), keluhan hipokondriakal, ungkapan kata yang diulang ( reiterated phrases)
• Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu (rambling) serta inkoheren
• Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan
proses pikir umunya menonjol. Halusinasi mungkin ada,
tetapi tidak menonjol. Halusinasi dan waham mungkin ada
tetapi tidak menonjol. Dorongan kehendak yang bertujuan
hilang, dan sasaran ditinggalkan  khas: perilaku tanpa
tujuan dan tanpa maksud. Adanya suatu preokupasi yang
dangkal dan dibuat- buat terhadap agama, filsafat, tema
abstrak lainnya, makin mempersukar orang memahami jalan
pikiran pasien
F20.2 skizofrenia katatonik
• Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia
• ≥1 harus mendominasi:
• Stupor( amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan dalam gerakan aktivitas spontan)
atau mutisme (tidak berbicara)
• Gaduh gelisah ( aktivitas motorik yang tak bertujuan, yang tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
• Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak
wjaar/ aneh)
• Negativisme ( perlawanan yang bermotif pada semua perintah atau pergerakan ke arah yang berlawanan)
• Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya menggerakna dirinya)
• Fleksibilitas cerea/ waxy flexibility ( mempertahankan anggota
gerak dan tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
• Gejala lain: comman automatism ( kepatuhan otomatis terhadap
perintah), pengulangan kata serta kalimat
• Pada pasien yang tidak komunikatif, dengan menifestasi
perilaku gangguan katatonik, diganosis skizofrenia harus
ditunda sampai diperoleh bukti gejala- gejala lain.
• Perlu diingat, gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik
skizofrenia. Gejala katatonik dapat disebabkan juga oleh
penyakit otak, gangguan metabolik, atau alkohol, obat-
obatan, serta gangguan afektif
F20.3 Skizofrenia tak terinci
(undifferentiated)
Pedoman diagnostik:
• Memenuhi kriteria umum untuk skizofrenia
• Tidak memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia Paranoid, Hebefrenik, atau
katatonik
• Tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk skizofrenia residual atau depresi
pasca- skizofrenia
Terapi inisiasi Penatalaksanaan
• Dilakukansetelahdiagnosis
• Dosis anjurandinaikan secara bertahap
• 1-3minggu
• Dosis optimalmengendalikan gejala
Fase stabilisasi
• Dosis minmal dipertahankan 8-10 minggu
Fase stabil
• Turunkan dosis secara bertahap sampai dosis minimal o Bulan–tahun
• Akut  2 tahun
• Kronik / relaps  5 tahun
• Agresifseumur hidup
Obat anti psikotik
• Golongan I (APG – I ) / typical o Golongan
• Fenotiazinkloropromazin
• NonfenotiazinHaloperidol
• Potensi
• Low potencyFenotiazine
• High potencyNon fenotiazine
• Efek samping sistem
• Nigrostrialgangguan aktivitas motorik
• Mesolimikkortikalfungsi kognitif
• Tuberoinfundibulargangguan endokrin
• Injeksi
• Untuk agitasi akut pada skizofren
• Kerja obat cepat
• Efek samping
• Distonia akuat
Golongan APG II / Atypical
• Minimextrapyramidal
• Anatagonis reseptor serotonin dan dopamine
• Untuk symptom negatif
• Sediaan
• Oral
• Injeksi
• Risperidone=line pertama
• Klozapin= skizofren berat yang refrakter pada pengobatan
tradisional
• Tujuan: Agitasi  fase akut
Cara pemberian Antipsikotik
• Dosis anjuran
• Naikkan setiap 2 – 3 hari
• Dosis efektif
• Evaluasi setiap 2 minggu
• Dosis optimal
• Pertahankan 8 – 12 minggu
• Dosis maintenance
• Pertahankan 6 – 24 bulan
• Diturunkan setiap 2 minggu
• Stop
Psikoedukasi
• Tujuan :
• Mengurangi stimulus yang berlebihan, stresor kehidupan lingkungan dan
peristiwa-peristiwa
• Memberikan ketenangan kepada pasien atau mengurangi keterjagaan
melalui komunikasi yang baik
• Memberikan dukungan atau harapan
• Menyediakan lingkunganyang nyaman
prognosis
F20.4 Depresi pasca Skizofrenia
• Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau :
• Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum skizofrenia)
selama 12 bulan terakhir ini
• Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya
• Gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling sedikit kriteria untuk
episode depresi, minimal 2 minggu
• Apabila pasien tidak menunjukan gejala skizofrenia, diagnosis menjadi
episode depresif
• Bila gejala skizofrenia masih tetap jelas dan menonjol maka diagnosis
harus tetap salah satu dari subtype skizofrenia yg sesuai
F20.5 Skizofrenia Residual
• Gejala ‘negatif’ dr skizofrenia yg menonjol, misalnya perlambatan
psikomotor, aktivitas menurun, afek tumpul, pasif, tidak ada inisiatif,
miskin dalam kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non-verbal yang
buruk seperti ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara dan posisi
tubuh, perawatan diri dan kinerja social yg buruk.
• Sedikitnya ada riwayat 1 episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
• Sedikitnya sudah melampaui waktu 1 tahun, dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah berkurang
dan telah timbul sindroma ‘negative’ dari skizofrenia
• Tidak terdapat demensia atau penyakit / gangguan otak organik lain,
depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas
negative tersebut.
F20.6 Skizofrenia Simpleks
• Gejala negative skizorenia residual, tanpa didahului riwayat halusinasi,
waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik
• Disertai perubahan-prubahan perilaku pribadi yang bermakna, kehilangan
minat yang mencolok, tidak berbuat sesuatu, tanpa tujuan hidup,
penarikan diri secara social.
• Gangguan ini kurang jelas gejla psikotiknya dibandingkan subtype
skizofrenia lainnya
• F20.8 Skizofrenia Lainnya
• F20.9 skizofrenia YTT
F21 Gangguan Skizotipal

Diagnostic Criteria:
A.Merupakan sebuah pola yang penuh dengan deficit interpersonal dan sosial yang
ditandai dengan ketidaknyamanan akut dan penurunan kapasitas dari hubungan
dekat yang disebabkan oleh distorsi kognitif dan persepsi dan perilaku yang
eksentrik, dimulai pada masa muda dan bermanifestasi melalui berbagai macam
cara, seperti lima (atau lebih) hal-hal berikut ini :
1.Ideas of reference ( tidak termasuk delusion of reference)
2.Kepercayaan aneh atau pemikiran magis yang mempengaruhi perilaku dan tidak sesuai
dengan norma-norma kebudayaan (misal: superstitiousness (percaya takhayul), clairvoyance
(nujum), telepati , atau“indera keenam”, pada anak-anak dan remaja ,fantasi yang aneh atau
preokupasi)
3. Pengalaman persepsi yang tidak biasa, misalnya ilusi tubuh
4. Pemikiran dan pembicaraan yang aneh (misal:samar-samar, situasional, metafora, sangat
terinci dan ruwet (overelaborate),dan stereotipik)
5.Kecurigaan atau ide paranoid
6. Afek yang tidak tepat atau terbatas
7. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik, atau ganjil
8. Kurangnya teman dekat atau kerabat selain yang dipercayainya
9. Kecemasan social berlebihan yang tidak hilang dengan keakraban dan
cenderung untuk berhubungangan dengan ketakutan serta penilaian negatif
tentang diri sendiri.
B. Tidak terjadi selama perjalanan skizofrenia, gangguan mood dengan
gejala psikotik,atau gangguan psikotik lain,dan tidak terjadi akibat efek
fisiologis langsung dari pengobatan medis. Dan sebagai catatan individu
harus tidak pernah memenuhi kriteria skizofrenia dalam stadium manapun.
Penatalaksanaan
• Psikoterapi:
- Individual: Pasien skizotipal yang perilakunya aneh (bizzare) atau yang memiliki
pemikiriranpsikotik, terapi individualiniadalah modalitas yang lebih dipilih.Tujuan terapi
adalahmenyediakan hubungan baru untuk di internalisasi yanglangsung dan sederhana.

- Kelompok Dinamika: Pemberian terapi kelompok berorientasi untuk menolong pasien


bersosialisasi, dimana pasien skizotipal mengalami kesulitan dalam hal ini.Hubungan dan
pernyataan dari pasien-pasien lain dan dengan terapis meruntuhkan keyakinan akan
bagaimana orang lain akan bereaksi terhadapnya.
• Terapi Pernikahan dan Terapi Keluarga
Laporan klinis terapi pernikahan atau keluarga pada pasien skizotipal belum
ada. Secara umum, pasien skizotipal yang melakukan pernikahan
cenderung memiliki masalah perasaan, baik ketidakpekaan atau terlalu peka
terhadap perilaku pasangannya. Tugas pertama klinisi pada terapi pasangan
adalah untuk menilai tingkat dan menyeimbangkan antara dua perasaan
tersebut.
• Farmakoterapi
1. Anti psikotik: menangani gejala adanya idea of reference, ilusi, dan
gejala lain pada gangguan.
2. Anti depresan: sangat berguna ketika ada komponen depresi pada
gangguan kepribadian skizotipal
F24 Gangguan Waham Terinduksi
• Dialami dua orang atau lebih yang mempunya hubungan emosional erat
• Hanya seorang individu yang menderita psikosis sesungguhnya
• Menghilang bila orang-orang tersebut dipisahkan
• Waham biasanya bersifat kronis, kejaran atau kebesaran
Pedoman diagnosis:
a) Dua orang atau lebih mengalami waham atau sistem waham yang sama, dan
saling mendukung dalam keyakinan itu
b) Mereka mempunyai hubunga yang luar biasa dekatnya seperti diuraikan di atas
c) Ada bukti dalam konteks waktu atau lainnya bahwa waham tersebut diinduksi
pada anggota/anggota-anggota dari pasangan atau kelompok yang menerima
pasif melalui kontak dengan pasangan atau anggota kelompoknya yang aktif.
F22 Gangguan Waham Menetap
• Kelompok ini meliputi serangkaian gangguan dengan waham-waham
yang berlangsung lama, sebagai satu-satunya gejala klinis yang khas atau
yang paling mencolok dan tidak dapat digolongkan sebagai gangguan
mental organik, skizofrenik, atau gangguan afektif.
• Pentingnya faktor genetik, ciri-ciri kepribadian dan situasi kehidupan
dalam pembentukan gangguan kelompok ini tidak pasti dan mungkin
bervariasi.
Definisi
• Gangguan waham menetap adalah suatu gangguan psikiatri dimana gejala yang
utama adalah waham

Epidemiologi
• Usia rerata 40 tahun (18-90 tahun)
• Wanita : Pria = 3 : 1
Etiologi
• Masih belum diketahui secara pasti.
• Riwayat keluarga menderita penyakit yang sama atau skrizofrenia.
• Ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.
Tipe-tipe Waham
Tipe kejar (persecutory type)
• Paling sering ditemui (dicurangi, diselingkuhi, diikuti, diracuni, dimata-
matai, difitnah, dll.)
• Sering pasien membenci, mudah marah, mudah tersinggung, bertindak
agresif hingga melakukan kekerasan terhadap orang lain yang diyakini
akan menyerang dirinya.
Tipe erotomania (erotomanic type)
• Pasien merasa dicintai mati-matian oleh seseorang.
• Orang yang terkena seringkali ditemukan hidup menyendiri, menarik diri dari
masyarakat, memiliki kontak seksual terbatas, level sosial rendah
Tipe kebesaran (grandiose type)
• Disebut juga megalomania.
• Bentuk paling umum adalah pasien meyakini bahwa dirinya memiliki wawasan/bakat
luar biasa tetapi tidak diketahui, membuat penemuan penting, atau pemimpin terkemuka
Tipe cemburu (jealous type)
• Sering pada laki-laki, jarang dijumpai
• Sering terjadi setelah perpisahan atau kematian pasangan.
• Dapat menyebabkan penyiksaan verbal dan fisik yang bermakna terhadap pasangan hingga pembunuhan
Tipe somatik (somatic type)
• Pasien beranggapan ada penyakit pada dirinya.
• Adanya kecemasan dan kewaspaan yang berlebihan
• Waham yang tersering diderita berupa infeksi, dismorfofobia (ketidaksesuaian bentuk pada bagian tubuh),
bau badan, pencernaan tidak berfungsi, ada yang merayap di dalam kulit
Tipe campuran (mixed type)
• Lebih dari 1 waham dan tidak ada yang lebih menonjol

Unspecified type
• Tidak menunjukkan waham yang ada
F22.0 Gangguan Waham
Pedoman Diagnostik
• Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau gejala yang paling
mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal maupun sebagai suatu sistem
waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas
pribadi (personal) dan bukan budaya setempat.
• Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang lengkap/”full-
blown” (F32.-) mungkin terjadi secara intermiten, dengan syarat bahwa waham-
waham tersebut menetap pada saat-saat tidak terdapat gangguan afektif itu.
• Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.
• Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja ada
dan bersifat sementara.
• Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan, siar
pikiran, penumpulan afek, dsb.)
• Termasuk : paranoia; psikosis paranoid; keadaan paranoid; parafrenia
• Diagnosis banding :
• Gangguan kepribadian paranoid (F60.0)
• Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham (F23.3)
• Skizofrenia paranoid (F20.0)
F22.8 Gangguan Waham Menetap
Lainnya
• Kategori sisa untuk gangguan waham menetap yang tidak memenuhi
kriteria untuk Gangguan Waham Menetap (F22.0).
• Gangguan waham yang berlangsung kurang dari 3 bulan lamanya, tidak
memenuhi kriteria skizofrenia, harus dimasukkan dalam kode F23.-
(gangguan psikotik akut dan sementara), walaupun untuk sementara.

F22.9 Gangguan Waham Menetap YTT


F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

• Gangguan psikotik singkat/akut adalah Suatu gangguan kejiwaan yangterjadi


selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan, dengan gejala psikosis, dan dapat
kembali ketingkat fungsional premorbid (Kaplan dan Sadock, 2003).
• Etiologi
• Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan
gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis
terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa
traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang
dicintai, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik
untuk gangguan psikotik singkat (Kaplan dan Sadock, 2003).
Manifestasi klinis
• Gambaran utama perilaku:
• Perilaku yang diperlihatkan oleh pasien yaitu :
1. Mendengar suara-suara yang tidak ada sumbernya
2. Keyakinan atau ketakutan yang aneh/tidak masuk akal
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Perubahan perilaku; menjadi aneh atau menakutkan seperti menyendiri,
kecurigaan berlebihan, mengancam diri sendiri, orang lain atau lingkungan, bicara dan
tertawa sertamarah-marah atau memukul tanpa alasan (Kaplan dan Sadock, 2003).
• Gejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya
satu gejala psikosis utama, biasanya dengan onset yang tiba-tiba, tetapi
tidak selalu memasukkan keseluruhan polagejala yang ditemukan pada
skizofrenia.
• Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan
emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau
diammembisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama
terjadi.
Pedoman diagnostik
• Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk
ciri-ciri utama terpilih dan gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah :
a) Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata
dan menggangu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode
prodromal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagainya ciri khas yang menentukan seluruk kelompok:
b) Adanya sindrom khas (berupa “polimorfik” = beraneka-ragam dan berubah cepat, atau “schizophrenia-
like”=gejala skizofrenik yang khas);
c) Adanya stress akut yang berkaitan (tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi dengan karakter ke 5: x0=
tanpa penyerta stress akut: x1= dengan penyerta stress akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan
tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stress dalam konteks ini:
d) Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung:
• Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode
manik (F30.-) atau episode depresif (F32.-), walaupun perubahan
emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu-
ke waktu.
• Tidak ada penyebab organic, seperti trauma kapitis, delirium, atau
demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alcohol atau
obat-obatan.
F23.0 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut
Tanpa Gangguan Skizofrenia
Pedoman diagnostik
• Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :
a) Onset harus akut (dari suatu keadaan nonpsikotik sampai keadaan psikotik yang jelas dalam kurun
waktu 2 minggu atau kurang):
b) Harus ada beberapa jenis halusinasi atau waham yang berubah dalam jenis dan intensitasnya dari
hari ke hari atau dalam hari yang sama :
c) Harus ada keadaan emosional yang sama beraneka ragamnya:
d) Walaupun gejala-gejalanya beraneka ragam, tidak satupun dari gejala itu ada secara cukup konsisten
dapat memenuhi kriteia skizofren (F20.-) atau episode manik (f30.-) atau episode depresif (F32.-)
F23.1 Gangguan Psikotik Polimorfik Akut
Dengan Gangguan Skizofrenia
Pedoman diagnostik
• Memenuhi kriteria (a), (b), dan (c) diatas yang khas untuk gangguan psikotik
polimorfik akut (F23.0):
• Disertai gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia
(F20.-) yang harus sudah ada untuk sebagian besar waktu sejak munculnya
gambaran klinis psikotik itu secara jelas:
• Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan makan
diagnosis harus diubah menjadi skizofenia (F20.-)
F23.2 Gangguan Psikotik Lir-skizofrenia
(schizophrenia-like) akut
• Untuk diagnosis pasti harus memenuhi :
a) Onset gejala spikotik harus akut (2 minggu atau kurang, dari suatu keadaan
nonspikotik menjadi keadaan yang jelas psikotik):
b) Gejala-gejala yang memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20.-) harus sudah ada
untuk sebagian besar waktu sejak berkembangnya gambaran klinis yang jelas
psikotik:
c) Kriteria untuk psikosis polimorfik akut tidak terpenuhi.
• Apabila gejala-gejala skizofrenia menetap untuk lebih dari 1 bulan makan
diagnosis harus diubah menjadi skizofenia (F20.-)
• Diagnostik banding
• Gangguan waham organik (F06.2):
• Gangguan skizofrenia lainnya (F20.8)
F23 Gangguan Psikotik Akut
& Sementara
F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya
dengan Predominan Waham
Pedoman Diagnostik
• Untuk diagnostik pasti harus memenuhi:
a) Onset dari gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang dari keadaan
nonpsikotik sampai jelas psikotik);
b) Waham & halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak
berkembangnya keadaan psikotik yg jelas; dan
c) Baik kriteria utk skizofrenia (F20.-) maupun utk ggn psikotik polimorfik akut
(F23.-) tidak terpenuhi
• Kalau waham-waham menetap utk > 3 bln lamanya, maka diagnosis harus
diubah mjd Gangguan Waham Menetap (F22.-). Apabila hanya halusinasi
yg menetap utk > 3 bln lamanya, maka diagnosis harus diubah mjd
Gangguan Psikotik Nonorganik Lainnya (F28).
F23.8 Gangguan Psikotik Akut dan
Sementara Lainnya
• Gangguan psikotik akut lain yg tdk dpt diklasifikasi ke dlm kategori manapun
dlm F23.

F23.9 Gangguan Psikotik Akut dan


Sementara YTT
Skizoafektif

• Skizoafektif adalah kelainan mental yang ditandai dengan adanya


kombinasi gejala skizofrenia (gangguan berpikir, delusi, dan halusinasi)
dan gejala afektif (gejala depresif atau manik).
SKIZOAFEKTIF
 Ada empat model konseptual :
1. Skizoafektif = skizofrenia atau skizoafektif = gangguan Afektif
2. Skizoafektif = skizofrenia + gangguan afektif
3. Skizoafektif ≠ skizofrenia dan gangguan afektif
4. Skizoafektif adalah kelainan heterogen
5. (meliputi semua kemungkinan di atas)
SKIZOAFEKTIF

 Pedoman diagnostik :
Diagnosis dibuat apabila gejala-gejala definitif adanya
skizofrenia dan gangguan afektif bersama-sama menonjol pada
saat yang bersamaan, dalam episode yang sama.
SKIZOAFEKTIF
 Klasifikasi :
1. Skizoafektif tipe manik
a. gejala skizofrenia + manik (menonjol & episode sama)
b. gejala-gejala afektif
c. aktivitas yang berlebihan
d. waham kebesaran, waham kejar juga mungkin ada
e. gejala skizofrenia
f. onset biasanya akut dan penyembuhannya dapat sempurna
SKIZOAFEKTIF

2. Skizoafektif tipe depresif


a. gejala skizofrenia + depresif (menonjol & episode sama)
b. gejala depresif : perilaku yang retardasi, putus asa
insomnia, perubahan nafsu makan, dll
c. gejala skizofrenia : waham, halusinasi
d. episode berlangsung lebih lama daripada tipe manik
sebagian bisa sembuh sempurna, sebagian lagi bisa
menjadi defek skizofrenia
Pedoman diagnostik
• Gambaran utama gangguan skizoafektif adalah adanya episode depresi
mayor, manik, atau campuran yang terdapat bersamaan dengan gejala
skizofrenia (memenuhi kriteria A skizofrenia).
• Kriteria A skizofrenia  adanya waham, halusinasi, perilaku aneh, atau
gejala negatif (berkurangnya ekspresi emosi dan fungsi mental, misalnya
afek tumpul, avolisi, alogia, anhedonia dan defisit interaksi sosial).
• Gejala gejala ini berlangsung paling sedikit 1 bulan.
Klasifikasi
F25.0 Gangguan Skizoafektif Tipe Manik

• Kategori ini digunakan baik untuk episode skizoafektif tipe manik yang tunggal maupun untuk
gangguan berulang dengan sebagian besar episode skizoafektif tipe manik.
• Afek harus meningkat secara menonjol atau ada peningkatan afek yang tak begitu menonjol di
kombinasi dengan iritabilitas atau kegelisahan yang memuncak.
• Dalam episode yang sama harus jelas ada sedikitnya satu, atau lebih baik lagi dua, gejala skizofrenia
yang khas (yang ditetapkan pada F20-pedoman diagnostik a sampai dengan d (PPDGJ)).
F25.1 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
• Kategori ini harus dipakai baikuntuk episode skizoafektif tipe depresif
yang tunggal, dan untuk gangguan berulang dimana sebagian besar
episode didominasi oleh skizoafektif tipe depresif.
• Afek depresif harus menonjol, disertai oleh sedikitnya dua gejala khas,
baik depresif maupun kelainan perilaku terkait yang tercantum pada
uraian untuk episode depresif (F32).
• Dalam episode yang sama, sedikitnya harus jelas ada satu, dan sebaiknya
ada dua, gejala khas skizofrenia (F20, a sampai dengan d).
F25.2 Gangguan Skizoafektif Tipe Campuran
• Gangguan dengan gejala skizofrenia (F20) berada secara bersama-sama
dengan gejala-gejala aktif bipolar campuran (F31.6)

F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya

F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT


Penatalaksanaan
• Farmakoterapi
• gejala manik anti manik
• gejala depresif anti depresif
• gejala psikosis anti psikosis

• Bila gejala negatif > gejala positif = antipsikosis atipikal


• Bila gejala positif > gejala negatif = antipsikosis tipikal
• Obat antipsikotik :
- Antipsikotik Generasi 1(APG 1) : trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide
- Antipsikotik Generasi 2 (APG 2) : clozapine, olanzapine, quetiapine dan rispendon

• Untuk tipe manik dapat diberikan Mood stabilizier : lithium karbonat, asam valproat,
karbamazepin, dan natrium divalproat

• Untuk tipe depresif diberikan juga antidepresan golongan SSRI (Selective Serotonin
Reuptake Inhibitor) : fluoxetin
• Intervensi psikososial :
1. Psikoterapi individual
2. Terapi suportif
3. Social skill training
4. Terapi okupasi
5. Terapi kognitif dan perilaku (CBT)
6. Psikoterapi kelompok
7. Psikoterapi keluarga
8. Manajemen kasus
9. Assertive Community Treatment (ACT)
Prognosis
• Prognosis bisa diperkirakan dengan melihat seberapa jauh menonjolnya
gejala skizofrenianya, atau gejala gangguan afektifnya
• Semakin menonjol dan persisten gejala skizofrenianya maka prognosis
buruk
• Semakin persisten gejala-gejala gangguan afektifnya, prognosis semakin
baik
• F25.8 Gangguan Skizoafektif Lainnya
• F25.9 Gangguan Skizoafektif YTT
F28 GANGGUAN PSIKOTIK NON.ORGANIK
LAINNYA

• Gangguan psikotik yang tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia (F20)


atau untuk gangguan afektif yang bertipe psikotik (F30- F39), dan
gangguan-gangguan psikotik yang tidak memenuhi kriteria gejala untuk
gangguan waham menetap (F22).

F29 GANGGUAN PSIKOTIK NON-ORGANIK


YTT

Anda mungkin juga menyukai