Anda di halaman 1dari 36

KEJAHATAN SUSILA

DAVID- HERU-RANY- RENA- RURY


Pengertian
 Agama; Keasusilaan  perbuatan yang
melanggar Allah atau perbuatan-perbuatan dosa
atau perbuatan buruk/tercela yang disebut
dengan maksiat, yang termasuk maksiat antara
lain yaitu perbuatan tetang susila, mabuk, dan
judi.
 Hukum: keasusilaan  suatu pengertian adat-
istiadat mengenai tingkah laku dalam pergaulan
hidup yang baik dalam hal berhubungan dengan
masalah seksual
Bantuan dokter pada
pembuktian delik susila:
 Memberikan alat bukti yang sah:
a. Berupa VER (alat bukti surat)
b. Berupa kesaksian ahli di pengadilan
c. Alat bukti petunjuk
. Memberikan keyakinan hakim:
a. tentang jenis tindak pidananya
b. tentang pelakunya
Upaya kedokteran forensik dlm
dlm
pembuktian kasus kejahatan
kejahatan seksual,
seksual,
yaitu
yaitu :

 Ada tidaknya tanda-tanda persetubuhan


 Ada tidaknya tanda-tanda kekerasan
 Perkiraan umur
 Sudah pantas atau sudah mampu untuk
dikawin atau tidak
Dokter yang menangani korban
delik susila:
 Dokter umum/spesialis kebidanan: harus
berperan ganda, sbg dokter klinik yang
mengobati dan sbg dokter “forensik” yang
mengumpulkan bukti tindak pidana

 Dokter spesialis forensik: keterangannya


dianggap keterangan ahli (penjelasan ps
133(1) kuhap)

5
DELIK SUSILA:
 Persetubuhan di dalam dan di luar kawin

 Perbuatan cabul

6
Pembuktian pada delik susila:
 Persetubuhan atau
perbuatan cabul

 Umur korban

 Kekerasan/pemberian
bhn atau obat

 Pelacakan pelaku

7
Definisi Persetubuhan

Suatu peristiwa dimana terjadinya penetrasi


penis ke dalam vagina, penetrasi tersebut
dapat lengkap atau tidak lengkap dan dengan
atau tanpa disertai ejakulasi.
Persetubuhan menurut Hukum
 Hanya genito genital
 Persetubuhan anogenital dan orogenital
termasuk perbuatan cabul
 Masuknya alat kelamin pria ke dalam alat
kelamin wanita, dengan atau tanpa
keluarnya cairan mani (HR5/II/1912)
Persetubuhan yang merupakan

kejahatan thd kesusilaan

Dalam Perkawinan luar Perkawinan

Pasal 288 KUHP Persetubuhan Persetubuhan


disetujui ♀ tak disetujui ♀

Pasal 284 KUHP Pasal 285 KUHP


Pasal 287 KUHP Pasal 286 KUHP
Persetubuhan yang merupakan
kejahatan thd kesusilaan

Dalam Perkawinan luar Perkawinan

Pasal 288 KUHP Persetubuhan Persetubuhan


disetujui ♀ tak disetujui ♀
Bila suami melakukan persetubuhan
dgn istrinya yg belum mampu kawin Pasal 284 KUHP Pasal 285 KUHP
dgn mengkibatkan luka-luka, luka lecet Barang siapa dengan kekerasan atau
dan atau mengakibatkan kematian ancaman kekerasan memaksa seorang
wanita bersetubuh dgn dia di luar
Pasal 287 perkawinan, diancam krn melakukan
perkosaan dgn pidana penjara paling
KUHP lama 12 thn
VR yg dibuat hrs berisi bhw si korban : • Mau sama mau
• Memang belum mampu dikawin Coitus
• Pasal 286 KUHP
• Memang tdpt tanda-tanda persetubuhan • Sdh kawin
Barang siapa bersetubuh dgn seorang ♀
• Ada tanda-tanda kekerasan • Ada pengaduan di luar perkawinan padahal diketahui
• Mejelaskan sebab kematian bhw wanita itu dlm keadaan pingsan
atau tdk berdaya, diancam dgn pidana
1. ♀ ⇒ -) < 15 th penjara paling lama 9 thn
-) umur tak jelas
Scr biologis Menurut UU perkawinan -) belum waktunya dikawin
2. Pembuktian dilakukan hanya atas VR hrs dpt dibuktikan :
pengaduan kecuali jika ♀ < 12 th -) ada coitus
Siap memberi ♀ < 16 th -) ada persetubuhan
-) ada kekerasan
keturunan
♀ tsbt : -) pingsan
Menst (+)
Upaya pembuktian persetubuhan
dipengaruhi beberapa faktor :
 Besarnya penis
 Derajat penetrasi
 Bentuk & elastisitas selaput dara (hymen)
 Ada tidaknya ejakulat & keadaan ejakulat
 Posisi persetubuhan
 Keaslian barang bukti
 Waktu pemeriksaan
Tak adanya robekan hymen tak
dapat dipastikan bahwa ♀ tsbt
tidak terjadi penetrasi penis

Adanya robekan hymen hanya


pertanda adanya suatu benda
yang masuk ke dalam vagina
Pencabulan
 Semua perbuatan yg dilakukan untuk
mendapatkan kenikmatan seksual
sekaligus mengganggu kehormatan
kesusilaan
Perbuatan cabul:
 Dimuka orang/umum: ps
281, 2 thn 8 bln or
Rp.4500,-
 Thd orang pingsan/tak
berdaya: ps 290, 7 thn,
12 thn (luka berat), 15
thn (mati)
 Dgn kekerasan/ ancam
an: ps 289, 9 thn

18
Penentuan umur korban dalam
delik susila:
 Usia dibawah 15 tahun/
belum pantas dikawin:
pasal dan hukuman
berbeda.

 Korban usia dibawah 12


tahun: bukan delik
aduan (ps 287(2)).

19
Beberapa patokan umur:

 Dibawah 12 tahun: M2 –

 Belum pantas dikawin:


tanda kelamin sekunder
-, menarche belum.

 Di bawah 15 tahun: M2
sdh ada, M3 belum ada,
foto ronsen akar M3
belum jadi tulang.

20
Anamnesis
 Identitas pasien :
 Terutama umur (tempat dan tanggal

lahir)
 Pertumbuhan gigi geligi
 Perkembangan sex sekunder

 Alamat
Anamnesis
 Riwayat menstruasi :
 menars,

 haid terakhir

 siklus haid

 Status perkawinan
 Aktifitas seksual, kapan persetubuhan
terakhir, apakah menggunakan kondom ?
Anamnesis
 Mengenai kejadian :
 waktu dan lokasinya
 kekerasan sebelum kejadian
 rincian kejadian
 terjadi atau tidak penetrasi
 apa yang dilakukan setelah terjadinya
kekerasan seksual
Pemeriksaan fisik
Status generalis :
 Keadaan umum : kesadaran, penampilan
secara keseluruhan, keadaan emosional
(tenang, sedih / gelisah)
 Tanda vital
 Periksa gigi-geligi
(pertumbuhan gigi ke 7 & 8)
 Pada persetubuhan oral,
periksa lecet, bintik perdarahan
/memar pada palatum, lakukan
swab pada laring dan tonsil
Status generalis
 Perkembangan seks sekunder
(pertumbuhan mammae, rambut axilla
dan rambut pubis)
 Jika pada baju ada bercak mani (kaku),
bila mungkin pakaian diminta, masukkan
dalam amplop
Kekerasan
 Kekerasan fisik pada seluruh tubuh
 Pasal 89 KUHP:membuat orang pingsan
atau tidak berdaya = kekerasan
Status ginekologi
 Posisi litotomi
 Periksa luka-luka sekitar vulva, perineum
dan paha
 Jika ada bercak, kerok dengan skalpel dan
masukkan dalam amplop
 Rambut pubis disisir, rambut yang lepas
dimasukkan dalam amplop
Status ginekologi

 Jika ada rambut pubis yang menggumpal,


gunting dan masukkan dalam amplop
 cabut 3-10 lembar rambut dan masukkan
dalam amplop lain
 Periksa selaput dara, besarnya orifisium
 Swab daerah vestibulum, buat sediaan
hapus
Tanda persetubuhan:
 Tanda penetrasi:
hiperemik, luka lecet,
memar, robekan selaput
dara

 Adanya eyakulat: tidak


mutlak

33
Bila persetubuhan disertai ejakulasi & ejakulat
tersebut mengandung spermatozoa, maka
adanya spermatozoa sel di dalam vagina
merupakan tanda pasti adanya persetubuhan.

Bila tidak ada spermatozoa sel, maka upaya


pembuktian adanya persetubuhan dapat
diketahui dengan pemeriksaan ejakulat
 Lakukan pemeriksaan swab forniks
posterior, buat sediaan hapus
 Vagina dan besar uterus
 Pada persetubuhan dubur, periksa colok
dubur dan lakukan swab, bila perlu
proktoskopi
 Kuku jari tangan dipotong, masukkan
dalam amplop yang berbeda kanan dan
kiri

 Tanda kehilangan kesadaran (pemberian


obat tidur / bius) needle marks indikasi
pemeriksaan darah dan urin
Laboratorium
 Cairan / sekret vagina
 Ambil cairan dari forniks posterior

 Atau swab vagina dengan kapas lidi

 Buat sediaan hapus, untuk pemeriksaan

sperma & GO
 Pemeriksaan darah & urin (bila dicurigai
pemberian obat-obatan)
 Tes kehamilan (bila dicurigai)
Bila persetubuhan dapat dibuktikan
dengan cara pasti, maka perkiraan saat
terjadinya persetubuhan harus ditentukan
( kadang berkaitan dgn alibi pelaku dlm penyidikan )

 Spermatozoa dalam liang vagina dapat bergerak selama 4 – 5 jam


post coital.
 Spermatozoa dalam 24 – 36 jam ditemukan tak bergerak.
 Bila ♀ tsbt mati maka spermatozoa dpt ditemukan dlm 7– 8 hr.
 Penyenbuhan luka-luka pada hymen berlangsung sekitar 7– 10 hr.
Pemeriksaan pada pelaku
kejahatan seksual

Bila tertangkap basah maka penis


mengandung epitel vagina yang dapat ditest.
Tujuan pemeriksaan laboratorium

1. Menentukan adanya sperma


• Bahan pemeriksaan : Cairan vagina
Hasil yg diharapkan : Sperma yang masih bergerak

• Bahan pemeriksaan : Pakaian


Hasil yg diharapkan : Kepala sperma berwarna merah,
bag. ekor biru muda, kepala sperma
tampak menempel pada serabut -
serabut benang yang masih bergerak.
2. Menentukan adanya air mani, dll.

Anda mungkin juga menyukai