Anda di halaman 1dari 25

Anatomi dan Fisiologi


Epidemiologi

 1,4 kasus per 100.000 orang  2,2 kasus per 100.000 orang
per tahun per tahun
 54% kasus terjadi pada  32% kasus terjadi pada
anak-anak anak-anak dan dewasa
 Anak usia 1-15 tahun paling muda
sering terinfeksi.  Anak usia 12-18 tahun
paling sering terinfeksi.
Definisi

 adalah infeksi yang terjadi  adalah inflamasi yang
pada otak yang biasanya terjadi pada selaput otak
disebabkan oleh virus. (meningens) yang biasanya
disebabkan oleh bakteri.
Etiologi

 Meningitis bakterial :
 Virus (HSV, VZV, CMV)
- Bakteri non spesifik
 Bakteri (M. Tuberculosa) (Streptococcus pneumoniae)
 Jamur (Candidiasis) - Bakteri spesifik:
(M.Tuberkulosa)
 Parasit (Toxoplasma gondii)
 Meningitis virus:
(Enterovirus, HSV, VZV)

 Meningitis jamur:
(Candidiasis)

 Meningitis parasit:
(toksoplasma, amoeba)
Manifestasi Klinis

 Stadium I
 Demam - demam
- sakit kepala
 Kejang trias
- mual muntah
 Penurunan kesadaran  Stadium II
 Sakit kepala - letargi
 Perubahan tingkah laku - Meningismus (kernig &
burdzinski sign)
 Muntah - kejang
 Hemiparesis - gerakan involunter
 Stadium III
- stadium II
- kesadaran menurun
- febris
- tanda PTIK

Faktor Resiko

 (Japanese encephalitis):  Lansia ( >60 tahun)
- Tinggal didaerah endemik  Balita (<5 tahun)
- musim hujan  Orang dengan alkoholisme
- perilaku yang meningkatkan  Penderita kanker
tergigit nyamuk
 Penggunaan obat
- tidak melakukan imunisasi
JE. imunosupresan
 Penggunaan obat  Orang dengan diabetes
imunosupresan
 Anak anak dan orang tua
Klasifikasi

Berdasarkan cara menginfeksi Berdasarkan warna LCS

 Ensefalitis primer.
 Meningitis purulenta
Hal ini terjadi ketika virus
langsung menyerang otak Penyebabnya adalah bakteri
dan saraf tulang belakang. non spesifik.

 Ensefalitis sekunder.  Meningitis serosa


Hal ini terjadi ketika virus Penyebab terseringnya
pertama menginfeksi bagian adalah Mycobacterium
lain dari tubuh kemudian tuberculosa. Penyebab lain:
memasuki otak. virus, parasit.
Patofisiologi

 Meningitis bakteri
 Invasi langsung melalui
barier anatomi. Bakteri masuk ke CNS
melalui sirkulasi darah dan
 Transport axonal oleh
dari infeksi primer.
neuron dari perifer.
 Jalan masuk dari traktus  Meningitis Virus
respiratorius melewati
epitel olfaktorius. Virus masuk ke CNS melalui
sistem limfatik saluran
 Infeksi melalui pembuluh pencernaan dan hematogen
darah melewati melalui gigitan serangga.
endothelium kapiler atau
epitel pleksus choroideus.


Diagnosis

 Anamnesa  Anamnesa
 Pemeriksaan fisik  Pemeriksaan fisik:
- Trias ensefalitis - kernig’s sign
 Pemeriksaan penunjang: - Burdzinski 1 & 2
- Pemeriksaan LCS  Pemeriksaan penunjang:
- EEG - pemeriksaan kultur cairan
- Brain imaging serebrospinal (untuk
- Pemeriksaan titer antibodi menentukan etiologi)
spesifik
Pemeriksaan penunjang ensefalitis
 Pemeriksaan LCS

 EEG (memperlihatkan proses inflamasi difuse ‘bilateral’ aktivitas rendah)


 Brain imaging (memperlihatkan kelainan lobus temporal bilateral)
 Pemeriksaan titer antibodi spesifik (pada JE ditemukan kenaikan IgM)
Pemeriksaan penunjang meningitis
 Pemeriksaan LCS


Penatalaksanaan

 Farmakologi  Farmakologi (pemberian
- Terapi suportif obat berdasarkan etiologi)
- Terapi kausal  Non farmakologi
- Terapi simptomatik
 Non farmakologi
Penatalaksanaan Ensefalitis
 Terapi suportif (Tujuannya untuk mempertahankan fungsi organ)
- mengusahakan jalan nafas tetap terbuka (pembersihan jalan nafas,
pemberian oksigen, intubasi, trakeostomi bila henti nafas)


- pemberian makanan enteral atau parenteral
- menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
- koreksi gangguan asam basa darah
- Untuk pasien dengan gangguan menelan, akumulasi lendir pada
tenggorok, dilakukan drainase postural dan aspirasi mekanis yang
periodik.

 Terapi kausal:
- Asiklovir 10 mg/kgBB/hari IV setiap 8 jam selama 10-14 hari.
- Pada Ensefalitis Herpes Simpleks dapat diberikan Adenosine Arabinose
15mg/kgBB/hari IV, diberikan selama 10 hari.
- Pada ensefalitis CMV dapat diberikan ganciklovir 5 mg/kgBB dua kali
sehari.
- Pada ensefalitis supurativa diberikan: ampisillin 4 x 3-4 g per oral selama
10 hari. Cloramphenicol 4 x 1g/24 jam intra vena selama 10 hari
- Pada ensefalitis toxoplasmosis dapat diberikan preparat sulfa (sulfadiasin).
Penatalaksanaan Ensefalitis
 Terapi Simptomatik:
- Jika ada kejang dapat diberikan diazepam 0,3-0,5 mg/KgBB/ hari


dilanjutkan dengan fenobarbital (kadar glukosa darah, kalsium,
magnesium harus dipertahankan normal agar ancaman konvulsi menjadi
minimum)
- Pada demam dapat diberika parasetamol dengan dosis 10-15mg/kgBB
- Untuk mengurangi edema serebri dengan deksametason 0,2
mg/kgBB/hari IM dibagi 3 dosis dengan cairan rendah natrium,
dilanjutkan dengan pemberian 0,25-0,5mg/kgBB/hari
- Bila terdapat tanda peningkatan tekanan intrakranial, dapat diberikan
manitol 0,5-2 g/kgBB IV dalam periode 8-12 jam.

 Terapi rehabilitatif:
- Ensefalitis biasanya menimbulkan gejala sisa (Inkoordinasi motorik,
gangguan konvulsif, strabismus, ketulian total atau parsial)
- Karenanya evaluasi perkembangan saraf dan audiologi harus merupakan
bagian dari pemantauan rutin anak yang telah sembuh dari
mengoensefalitis virus, walaupun mereka tampak secara kasar normal.
Penatalaksanaan Meningitis
 Farmakologi

Meningitis bakterial :

- Cephalosporin generasi III: Cefotaksim 200mg/kgBB/24jam dibagi 4
dosis atau
- Ceftriakson 100mg/kgBB/24jam dosis tunggal atau
- Ceftriakson 50mg/kgBB/12 jam, kombinasi dengan Vankomycin
60mg/kgBB/hari dalam 4 dosis.
- S.pneumonia sensitif penisilin: dengan cephalosporin generasi III atau
penicillin IV dosis 300.000 U/kg/24jam dalam 4-6 dosis selama 10-14
hari, jika resisten: Vankomycin

Meningitis tuberkulosa :
- OAT PO atau parenteral
- Multi drug treatment dengan OAT (INH, Rifampisin, Pirazinamid)
- Bila berat dapat + Etambutol/ Streptomycin
- Pengobatan minimal 9 bulan
Penatalaksanaan Meningitis
Meningitis Virus
- Menghentikan kejang:
- 
Diazepam 0,2-0,5 mg/KgBB/dosis IV atau 0,4-0,6 mg/KgBB/dosis
rektal suppositoria, kemudian dilanjutkan dengan:
- Phenytoin 5 mg/KgBB/hari IV/PO dibagi dalam 3 dosis atau
- Phenobarbital 5-7 mg/Kg/hari IM/PO dibagi dalam 3 dosis.

 Non farmakologi
- Rehabilitasi: Fisioterapi & penanganan lanjut bila ada komplikasi.
- Diet : TKTP
- Konsultasi dokter spesialis saraf, konsultasi bedah saraf (bila ada
hidrosefalus)
Komplikasi

 SSP: penurunan kecerdasan,  Kejang
penglihatan dan
 Hidrosefalus
pendengaran.
 Gangguan penglihatan dan
 Gejala sisa: defisit pendengaran
neurologis (paralisis, ggn
mental, hidrosefalus,
epilepsi)
Prognosis

 Prognosis meningitis
 Prognosis ensefalitis virus tergantung pada jenis
tergantung pada virulensi meningitis dan lama penyakit
virus, imun penderita dan sebelum diberikan antibiotik.
tersedianya terapi antivirus  Penderita usia neonatus, anak-
spesifik. anak dan dewasa tua
 Pada ensefalitis virus herpes mempunyai prognosis yang
simpleks yang tidak diobati semakin jelek.
selama 30 hari dapat terjadi  Pengobatan antibiotika yang
kematian 70-80%. adekuat dapat menurunkan
 Keterlambatan pengobatan mortalitas meningitis
yang lebih dari 4 hari purulenta, tetapi 50% dari
memberikan prognosis buruk. penderita yang selamat akan
mengalami gejala sisa.
Diagnosa Banding

 Infeksi CNS lain: Meningitis
tuberkulosa, abses otak  Hidrosefalus.
 Tumor: karsinoma,  Abses otak
lymphoma  Renjatan septic.
 SDH
 stroke
Kesimpulan
 Ensefalitis adalah infeksi yang terjadi pada otak yang biasanya

disebabkan oleh virus. Gejala trias ensefalitis adalah demam, kejang
dan kesadaran menurun. Diagnosa ensefalitis ditegakkan berdasarkan
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Terapi
ensefalitis terdiri dari farmakologi (terapi suportif, terapi kausal, terapi
simptomatik) dan Non farmakologi. Prognosisnya tergantung pada
virulensi virus, imun penderita dan tersedianya terapi antivirus
spesifik.

 Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada selaput otak


(meningens) yang biasanya disebabkan oleh bakteri. Gejala meningitis
bervariasi berdasarkan stadiumnya. Diagnosa meningitis ditegakkan
berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Terapi meningitis terdiri dari farmakologi (pemberian obat
berdasarkan etiologi) dan non farmakologi. Prognosisnya tergantung
pada jenis meningitis dan lama penyakit sebelum diberikan antibiotik.

Anda mungkin juga menyukai