Anda di halaman 1dari 18

BLOW OUT

FRACTURE
Fraktur Blow Out

Istilah blow-out ini digunakan oleh Converse


dan Smith (1950) untuk menggambarkan
fraktur pada dinding inferior orbital yang
mengarah ke bawah dan memasuki sinus
maksilaris.
• Tanpa keterlibatan orbital rim Pure Blow Out

• Dengan keterlibatan orbital rim Impure Blow Out


Anatomi Orbita
Orbita adalah bangunan
tulang yang melindungi bola
mata. Bangunan ini
berbentuk limas segi empat
(piramid) dengan puncak ke
arah dalam.

Orbita dibentuk oleh batas


antara rongga cranium dan
wajah bawah
Dinding Orbita
1. Atap Orbita, yaitu tulang frontal (terdapat sinus
frontalis)
2. Dinding Lateral, yaitu tulang sphenoidal dan tulang
zygomatikus
3. Dinding Medial, yaitu tulang eithmoidal yang tipis
(terdapat sinus eithmoidal dan sphenoidal)
4. Dasar Orbita, yaitu tulang maksilaris dan
zygomatikus. Pada tulang maksilaris terdapat sinus
maksilaris. Kelenjar lakrimalis terdapat dalam fossa
lakrimalis di bagian anterior atap orbita
Etiologi
• Kecelakaan lalu lintas
• Perkelahian
• Kecelakaan pekerjaan (benda
jatuh ke bagian wajah, jatuh
dari ketinggian, dll)
• Kecelakaan olahraga (mis:
tinju, sepak bola, tenis, dll)
Klasifikasi

Fraktur Blow Out Superior

Fraktur Blow Out Inferior

Fraktur Blow Out Medial

Fraktur Blow Out Lateral


Patofisiologi

Teori Teori
Retropulsion Buckling
Teori Retropulsion
(Direct Injury)

• Fraktur dasar orbita disebabkan oleh tekanan dalam orbita


yang meningkat secara mendadak karena kekuatan yang
ditimbulkan dari obyek yang mengenai bola mata yang
ukurannya lebih besar dari rongga orbita

• Tekanan ini bertambah tinggi pada mata yang tertutup.


Teori Buckling
(Indirect Injury)

Kekuatan trauma dari


obyek yang menghantam
rongga orbita
mengakibatkan terjadinya
suatu kekuatan yang
menekan dan mengenai
rima orbita inferior
kemudian diteruskan ke
dinding orbita sehingga
menyebabkan fraktur
dasar orbita
Gejala Klinis
Diplopia

Infraorbital
Numbness

Periocular
ecchymosis
Gejala Klinis
Pemeriksaan Penunjang

Herniation of orbital contents


Pemeriksaan Penunjang
• Orbital computed tomography (CT) dengan
potongan koronal.

Tear drop sign

• Foto kepala posisi Waters


Penatalaksanaan
Terapi pada fraktur blowout dibagi menjadi 2 :
1. Terapi dini
Tindakan operatif dilakukan pada waktu
paling lama 1 bulan setelah trauma, namun
biasanya dilakukan 2 minggu setelah trauma.
Tiga metode bedah utama untuk terapi dini
meliputi :
a. Pendekatan transkonjungtiva dengan
kantolisis lateral
b. Pendekatan transkutaneus infrasiliaris
melalui palpebra inferior
c. Kombinasi, dengan teknik Caldwell-Luc
Indikasi Pembedahan
• Diplopia (+); positive force duction test 7 – 10 hari setelah
trauma
• Diplopia persisten pada posisi 30 derajat dari posisi primer
pandangan disertai bukti adanya penjepitan jaringan lunak
• Ro. (fracture +)
• Enophthalmos > 2 mm
• Fraktur luas mengenai setengah atau lebih dasar orbital
2. Terapi tunda
Terapi tunda ditujukan untuk menangani sekuele
(gejala sisa) yang terjadi akibat fraktur serta
enoftalmos residual, atau gangguan gerak bola
mata akibat operasi yang pertama. Dilakukan
setelah 2 bulan atau lebih setelah kejadian
trauma.
Selama menunggu waktu ini, kortikosteroid sistemik bisa
diberikan untuk mengurangi edema sehingga
mempermudah identifikasi jaringan saat pembedahan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai