Contoh 2 :
Harga jual 950.000
PPN 10% 95.000
Jumlah pembayaran 1.045.000
Karena pembayaran termasuk PPN melebihi Rp1.000.000 maka
Bendaharawan Pemerintah wajib memungut PPN sebesar Rp95.000
dengan cara memotong dari jumlah pembayaran tersebut
Pemungutan Pajak Pertumbuhan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah dilakukan pada saat
pembayaran dengan cara pemotongan secara
langsung dari tagihan Pengusaha Kena Pajak Rekanan
Pemerintah.
PPN atau PPN dan PPnBM yang dipungut oleh
Bendahara Pengeluaran sebagai Pemungut PPN, harus
disetor paling lama 7 hari setelah tanggal pelaksanaan
pembayaran kepada Pengusaha Kena Pajak Rekanan
Pemerintah melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan
Negara. (PMK No.242/PMK.03/2014)
Dalam hal hari ketujuh jatuh pada hari libur, maka
penyetoran dilakukan pada hari kerja berikutnya.
Bendaharawan Pemerintah wajib melaporkan
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah yang dipungut dan disetor
ke Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara setempat,
paling lambat akhir bulan setelah berakhirnya
bulan dilakukan pembayaran tagihan.
Pelaporan pemungutan dan penyetoran Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dilakukan dengan menggunakan
Surat Pemberitahuan Masa bagi Pemungut Pajak
Pertambahan Nilai.
JIKA KEWAJIBAN TIDAK DILAKSANAKAN
• Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara wajib
menolak permintaan pembayaran berikutnya
yang diajukan Bendaharawan Pemerintah
• Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara wajib
menyampaikan daftar Bendaharawan
Pemerintah yang berada dalam wilayah
kerjanya beserta daftar perubahannya setiap 3
(tiga) bulan kepada Kantor Pelayanan Pajak
yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak
MEKANISME PEMUNGUTAN PPN ATAU DAN
PPNBM
1) Dalam jumlah pembayaran yang dilakukan oleh Bendaharawan Pemerintah termasuk jumlah pajak yang
terutang.
2) pada saat PKP Rekanan mengajukan tagihan, wajib membuat:
a) Faktur Pajak dan SSP, dengan ketentuan Faktur Pajak diisi dengan lengkap rangkap 3 (tiga) dengan
peruntukan :
- lembar ke-1 untuk Bendaharawan pemerintah sebagai Pemungut PPN
- lembar ke-2 untuk arsip PKP Rekanan
- lembar ke-3 untuk KPP melalui Bendaharawan Pemerintah.
Oleh Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pemungutan, pada setiap lembar Faktur Pajak wajib
dibubuhi cap “Disetor tanggal ……..” dan ditandatangani oleh Bendaharawan Pemerintah yang
bersangkutan.
Oleh KPPN yang melakukan pemungutan untuk kepentingan Bendaharawan Pemerintah, pada setiap
lembar Faktur Pajak dicantumkan “nomor dan tanggal advis SPM”.
b) SSP yang diisi adalah kolom identitas dan jumlah pajak terutang, sedangkan kolom lainnya tidak perlu diisi.
Adapun jumlah lembar SSP dibuat rangkap 5 (lima). Setelah PPN dan PPnBM, atau PPN yang terutang
disetor ke bank persepsi atau kantor pos, SSP tersebut didistribusikan :
- lembar ke-1 untuk PKP Rekanan
- lembar ke-2 untuk Kantor Pelayanan Pajak
- lembar ke-3 untuk PKP Rekanan, akan dilampirkan pada SPT Masa PPN
- lembar ke-4 untuk bank persepsi atau kantor pos.
- lembar ke-5 untuk pertinggal Bendaharawan Pemerintah.
Pada setiap lembar SSP ini oleh KPPN yang melakukan pemungutan pajak untuk kepentingan
Bendaharawan Pemerintah dibubuhi “nomor dan tanggal advis SPM”. pada SSP lembar ke-1 dan lembar
ke-2 dibubuhi cap “TELAH DIBUKUKAN” oleh KPPN.
3) Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM.
3) Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada saat pembayaran;
4) Penyetoran Pajak yang dipungut.
Pajak yang dipungut oleh Bendaharawan selaku Pemungut PPN wajib disetor ke kas negara
pajak yang dipungut paling lambat dalam jangka waktu 7 hari setelah tanggal pelaksanaan
pembayaran oleh bendahara.
Dalam hal tanggal penyetoran jatuh pada hari libur, maka penyetoran dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
5) Pelaporan pajak yang telah dipungut dan disetor.
Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM
atau PPN wajib menyampaikan laporan kepada KPP tempat Bendaharawan Pemerintah
terdaftar dengan menggunakan formulir “Surat Pemberitahuan Masa Bagi Pemungut PPN
Formulir 1107PUT” yang dibuat dalam rangkap 2 (dua) paling lambat 20 (dua puluh) hari
setelah bulan dilakukan pembayaran atas tagihan, yang masing-masing diperuntukkan sebagai
berikut :
- lembar ke-1, dilampiri Faktur Pajak lembar ke-3 untuk KPP ;
- lembar ke-2, untuk arsip Bendaharawan Pemerintah.
KASUS
• Bendahara SD Negeri X pada bulan April melakukan
pengeluaran sebagai berikut:
1. Pembayaran untuk pembelian ATK dari PT GRAMEDIA Rp400.000
2. Pembayaran jasa pemborong kepada PT KONTRUKSINDO untuk
pembangunan gedung kelas baru senilai Rp50.000.000
3. Pembayaran tagihan telepon kepada PT TELKOM sebesar
Rp1.500..000
4. Pembayaran untuk pengadaan buku pelajaran umum kepada PT
PENERBIT ERLANGGA Rp30.000.000
5. Membayar gaji 10 orang guru masing-masing sebesar Rp2.500.000
• Jelaskan aspek pemungutan PPN atas pembayaran yang
dilakukan oleh Bendahara SD Negeri X
KASUS
• PT Batavia Computindo adalah rekanan dari Pemda Kota Depok,
telah terdaftar sebagai wajib pajak di KPP Jakarta Tanjung Priok
dengan NPWP : 01.234.567.8-072.000. Pada tahun anggaran 2011
PT Batavia Computindo mendapat proyek pengadaan komputer
untuk Pemda Kota Depok. Sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK)
tanggal 27 Februari 2011 nilai kontrak sebesar Rp80.000.000
termasuk PPN. Penyerahan barang dilakukan PT Batavia
Computindo tanggal 10 Maret 2011, sedangkan realisasi
pembayaran baru diterima tanggal 7 April 2011.
• Jelaskan kewajiban terkait PPN yang harus dipenuhi oleh PT Batavia
Computindo selaku rekanan
• Jelaskan kewajiban terkait PPN yang harus dipenuhi oleh
Bendahara Pemda Kota Depok selaku Pemungut PPN
KONTRAK KERJA SAMA PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS
BUMI DAN KONTRAKTOR ATAU PEMEGANG KUASA/PEMEGANG
IZIN PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI
Dalam hal badan usaha tertentu tidak lagi dimiliki secara langsung oleh badan usaha
milik negara, badan usaha tertentu dimaksud tidak lagi ditunjuk sebagai pemungut
Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah