Anda di halaman 1dari 30

Refrat /Clinical Science Session

FIMOSIS DAN PARAFIMOSIS

Siti Rahmah
G1A218006

PEMBIMBING
dr. Randy Fauzan, Sp.U
BAB I

BAB II

BAB IiI

FIMOSIS
DAN
PARAFIMOSIS
BAB I BAB II BAB III

BAB I
Fimosis merupakan penyempitan ujung prepusium yang biasanya
disebabkan oleh fibrosis tepi preusium akibat radang seperti
balanopostitis atau setelah sirkumsisi yang tidak sempurna.

Paraphimosis adalah kedaruratan urologis yang yang terjadi pada pria


yang tidak disunat ketika prepusium terperangkap di belakang korona
penis yang dapat mengarah ke pencekikan kelenjar serta kompresi
pembuluh darah yang menyakitkan, pembesaran vena distal, edema,
dan bahkan nekrosis.

Sekitar 96% laki-laki saat lahir diketahui memiliki prepusium yang


tidak bisa ditarik.
Preputium secara bertahap akan retraksi selama periode waktu yang
bervariasi mulai dari awal kelahiran hingga usia 18 tahun atau lebih.
BAB I BAB II BAB II

Anatomi Dan Fisiologi Penis

Gambar 1. Anatomi penis


BAB I BAB II BAB II
BAB I BAB II BAB II
BAB I BAB II BAB III
DEFINISI

ETIOLOGI
• Fimosis adalah preputium penis yang tidak
KLASIFIKASI
dapat diretraksi (ditarik) ke proksimal sampai ke
korona glandis.
PATOFISIOLOGI

GEJALA KLINIS
 Pada tahun pertama kehidupan, retraksi
kulit prepusium ke belakang sulkus
DIAGNOSIS glanduralis hanya dapat dilakukan pada
Epidemiologi
sekitar 50% anak laki-laki, meningkat
PENATALAKSANAAN menjadi 89 % pada saat usia tiga tahun.
 Insidensi fimosis
KOMPLIKASI 8% pada usia 6-7 tahun
1% pada usia 16-18 tahun
PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI
fisiologis terjadi
pada pria yang
KLASIFIKASI
baru lahir

PATOFISIOLOGI

GEJALA KLINIS

DIAGNOSIS
balanitis
posthitis
PENATALAKSANAAN berulang

KOMPLIKASI

PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI

KLASIFIKASI

PATOFISIOLOGI

GEJALA KLINIS

DIAGNOSIS

PENATALAKSANAAN

• Fimosis kongenital (fimosis fisiologis, fimosis palsu, pseudo


KOMPLIKASI
phimosis) timbul sejak lahir.
• Fimosis didapat (fimosis patologik, fimosis yang sebenarnya,
PROGNOSIS true phimosis) timbul kemudian setelah lahir.
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI
• Fimosis Fisiologi
KLASIFIKASI – Dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir karena
terdapat adhesi alamiah antara prepusium dengan
PATOFISIOLOGI glans penis.
– Menghilang seiring dengan pertumbuhan
GEJALA KLINIS

• Fimosis Patologi
DIAGNOSIS – Higienis yang kurang
– Balanitis dan balanopostitis
PENATALAKSANAAN
– Retraksi preputium secara paksa

KOMPLIKASI

PROGNOSIS
klasifikasi
Klasifikasi Meuli dkk Kikiros

Grade I – preputium yang Derajat 0 = preputium bias di retraksi


sepenuhnya dapat diretraksi dengan penuh
cincin stenosis pada sharft penis

Derajat 1 = preputium dapat


Grade II — retraksi parsial dengan diretraksi penuh tapi preputium
paparan parsial pada glans tegang di belakang glans

Grade II — retraksi parsial dengan


Derajat 2 = paparan parsial glans
paparan parsial pada glans

Grade IV — tidak ada kemampuan Derajat 3 = retraksi parsial dengan


meretraksi paparan hanya pada meatus

Derajat 4 = retraksi dapat dilakukan


sedikit sekali dengan glans dan meatus
tidak terekspose sama sekali

Derajat 5 = sama sekali tidak bias


retraksi
BAB II
DEFINISI

Higienitas yang buruk pada daerah sekitar penis dan adanya balanitis
ETIOLOGI atau balanophostitis.

KLASIFIKASI

PATOFISIOLOGI Retraksi preputium secara paksa.

GEJALA KLINIS

DIAGNOSIS Pada orang dewasa yang belum berkhitan memiliki risiko fimosis
sekunder karena kehilangan elastisitas kulit.
PENATALAKSANAAN

KOMPLIKASI Pada kasus fimosis, lubang yang terdapat di prepusium sempit


sehingga tidak bisa ditarik mundur dan glans penis sama sekali tidak
bisa dilihat. Kadang hanya tersisa lubang yang sangat kecil di ujung
PROGNOSIS prepusium. Pada kondisi ini, akan terjadi fenomena “balloning”.
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI
Fimosis Fisiologi :
KLASIFIKASI
 Prepusium tidak dapat diretraksi
 Terbentuk kandung kemih kedua
PATOFISIOLOGI “balooning” saat miksi

GEJALA KLINIS Fimosis Patologi :


 Nyeri saat ereksi
DIAGNOSIS  Hematuri
 ISK berulang
PENATALAKSANAAN
 Melemahnya pancaran urine saat
miksi
KOMPLIKASI

PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI
ANAMNESIS
KLASIFIKASI Keluhan umumnya berupa gangguan aliran urin seperti:
1. Nyeri saat buang air kecil
PATOFISIOLOGI
2. Mengejan saat buang air kecil
GEJALA KLINIS
3. Pancaran urin mengecil
4. Benjolan lunak di ujung penis akibat penumpukan
DIAGNOSIS
smegma.
PENATALAKSANAAN

KOMPLIKASI

PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI Pemeriksaan Fisik

KLASIFIKASI 1. Preputium tidak dapat diretraksi keproksimal hingga ke


korona glandis
PATOFISIOLOGI 2. Pancaran urin mengecil
3. Menggelembungnya ujung preputium saat berkemih
4. Eritema dan udem pada preputium dan glans penis
GEJALA KLINIS
5. Pada fimosis fisiologis, preputium tidak memiliki skar dan
tampak sehat
DIAGNOSIS 6. Pada fimosis patalogis pada sekeliling preputium terdapat
lingkaran fibrotik
PENATALAKSANAAN 7. Timbunan smegma pada sakus preputium

KOMPLIKASI

PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI

 Tidak dianjurkan melakukan dilatasi atau retraksi yang


KLASIFIKASI dipaksakan pada fimosis, karena menimbulkan luka dan
terbentuk sikatriks pada ujung preputium sebagai fimosis
PATOFISIOLOGI sekunder.

GEJALA KLINIS

 Fimosis yang disertai balanitis xerotika obliterans dapat


DIAGNOSIS
dicoba diberikan salep deksametasone 0,1% yang dioleskan
3 atau 4 kali. Diharapkan setelah pemberian selama 6
PENATALAKSANAAN
minggu, preputium dapat diretraksi spontan.

KOMPLIKASI

PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI • Terapi Bedah


• Sirkumsisi
KLASIFIKASI Sirkumsisi akan menyembuhkan dan mencegah
kekambuhan fimosis.
PATOFISIOLOGI
• Alternatif Bedah Konservatif
GEJALA KLINIS
• Preputioplasty
Prosedur ini memiliki penyembuhan keluhan nyeri
DIAGNOSIS yang lebih cepat, morbiditas yang lebih sedikit,
biaya yang lebih ringan dan menyediakan preservasi
PENATALAKSANAAN lebih pada kulit preputium, menjaga erotis dan
fungsi fisiologis seksual. Kelemahannya adalah
KOMPLIKASI fimosis dapat kambuh kembali.

PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

Ketidaknyamanan atau nyeri saat


ETIOLOGI berkemih

KLASIFIKASI
infeksi sekunder dan terbentuk
jaringan parut
PATOFISIOLOGI

GEJALA KLINIS Pada kasus yang berat dapat


menyebabkan retensi urin
DIAGNOSIS
Infeksi pada glans penis (balanitis),
PENATALAKSANAAN preputium (postitis), atau keduanya
(balanopostitis)
KOMPLIKASI
Infeksi Saluran Kemih
PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI

KLASIFIKASI
• Fimosis memiliki prognosis baik, pasca
PATOFISIOLOGI
sirkumsisi pasien akan kembali normal.

GEJALA KLINIS

DIAGNOSIS

PENATALAKSANAAN

KOMPLIKASI

PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI
Parafimosis
ETIOLOGI
Parafimosis adalah preputium penis yang diretraksi
sampai di sulkus koronarius tidak dapat
EPIDEMIOLOGI dikembalikan pada keadaan semula dan timbul
jeratan pada penis dibelakang sulkus koronarius
PATOGENESIS

DIAGNOSIS

KOMPLIKASI

PENATALAKSANAAN

PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI  Preputium di retraksi untuk dibersihkan, saat


pemasangan kateter urin, prosedur seperti
EPIDEMIOLOGI
cystoscopy, atau untuk pemeriksaan penis.
 Penyebab lainnya adalah trauma penis saat
PATOGENESIS koitus dan cedera yang disebabkan oleh diri
sendiri
DIAGNOSIS
• Saat lahir, ada phimosis fisiologis normal
karena adhesi alami antara kelenjar dan
KOMPLIKASI preputium. Selama 3 hingga 4 tahun pertama
Histopatologi kehidupan, serpihan, seperti sel-sel kulit
mati, terakumulasi di bawah preputium,
PENATALAKSANAAN secara bertahap memisahkannya dari
kelenjar.
PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI

EPIDEMIOLOGI Epidemiolgi
• Pada anak-anak yang tidak disunat, empat
PATOGENESIS bulan hingga 12 tahun, dengan masalah
preputium, paraphimosis (0,2%) Ini akan
DIAGNOSIS
terjadi pada sekitar 1% dari semua laki-laki
dewasa di atas 16 tahun.
KOMPLIKASI

PENATALAKSANAAN

PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

 Parafimosis atau pembengkakan yang sangat nyeri pada


ETIOLOGI prepusium bagian distal dari phimotic ring, terjadi bila
prepusium tetap retraksi untuk waktu lama. Hal ini
EPIDEMIOLOGI
menyebabkan terjadinya obstruksi vena dan bendungan
pada glans penis yang sangat nyeri. Pembengkakan dapat
membuat penurunan prepusium yang meliputi glans penis
PATOGENESIS menjadi sulit.

DIAGNOSIS  Seiring waktu, gangguan aliran vena dan limfatik ke penis


menjadi terbendung dan semakin membengkak.
KOMPLIKASI

PENATALAKSANAAN  Dengan berjalannya proses pembengkakan, suplai darah


menjadi berkurang dan dapat menyebabkan terjadinya
PROGNOSIS
infark/nekrosis penis, gangren, bahkan autoamputasi.
BAB II
DEFINISI Anamnesis
 Anamnesis ini harus mencakup riwayat kateterisasi penis,
pembersihan serta riwayat sirkumsisi. Pasien harus ditanya
ETIOLOGI tentang pembersihan rutin penisnya dan jika dia atau pengasuh
secara rutin menarik kembali preputium karena alasan apa pun.
Penting juga untuk menanyakan apakah pasien disunat atau tidak
EPIDEMIOLOGI
disunat.
 Gejala parafimosis yang khas termasuk eritema, nyeri, dan
PATOGENESIS pembengkakan preputium.

Pemeriksaan Fisik
DIAGNOSIS Inspeksi :
o warna merah muda
o Prepusium tampak ketat, dan terdapat cincin di sekitar glans
KOMPLIKASI penis
o Glans penis tampak eritem dan edema
o Nekrosis : warna kebiruan atau kehitaman
PENATALAKSANAAN
Palpasi :
o Lembut
PROGNOSIS
o Prepusium dapat diretraksi sampai di sulkus koronarius tidak dapat
dikembalikan
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI
Parafimosis harus dianggap sebagai
kondisi darurat karena retraksi preputium
yang terlalu sempit di belakang glans
EPIDEMIOLOGI penis ke sulkus glandularis dapat
mengganggu perfusi permukaan
preputium distal dari cincin konstruksi
dan juga pada glans penis dengan resiko
terjadinya nekrosis.
PATOGENESIS

DIAGNOSIS
Jika parafimosis tidak segera diatasi hal
ini dapat mengganggu aliran darah
keujung distal dari penis.
KOMPLIKASI

PENATALAKSANAAN

PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI

EPIDEMIOLOGI

PATOGENESIS

DIAGNOSIS
Tindakan

 Prepusium dikembalikan secara manual dengan


KOMPLIKASI memijat glans penis selama 3-5 menit.
 Gagal → insisi dorsum
PENATALAKSANAAN
 Setelah edema dan proses inflamasi menghilang →
sirkumsisi

PROGNOSIS
BAB II
DEFINISI

ETIOLOGI • Prognosis dari parafimosis akan


semakin baik jika kondisi penyakit ini
EPIDEMIOLOGI semakin dini didiagnosis dan ditangani
PATOGENESIS

DIAGNOSIS

KOMPLIKASI

PENATALAKSANAAN

PROGNOSIS
BAB I BAB II BAB III

Kesimpulan
Parafimosis adalah prepusium penis
Fimosis adalah prepusium penis yang yang diretraksi sampai di sulkus
tidak dapat diretraksi (ditarik) ke koronarius tidak dapat dikembalikan
proksimal sampai ke korona glandis. pada keadaan semula dan timbul
Fimosis yang disertai balanitis xerotika jeratan pada penis dibelakan sulkus
obliterans dapat dicoba diberikan salep koronarius. Prepusium diusahakan
deksametasone 0,1% yang dioleskan 3 untuk dikembalikan secara manual
atau 4 kali. Diharapkan setelah dengan teknik memijat glans selama 3-
pemberian selama 6 minggu, 5 menit diharapkan edema berkurang
prepusium dapat diretraksi spontan. dan secara perlahan-lahan prepusium
dikembalikan pada tempatnya.
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R , Wim de Jong. Saluran kemih dan Alat Kelamin Lelaki. Buku-Ajar Ilmu
Bedah.Ed.4. Jakarta : EGC, 2014.
2. Shahid, Kaur, S, 2012. Phimosis in Children.ISRN Urology.
3. Bradney N, Bragg, Stephen W, Leslie, 2018. Paraphimosis. Avaible from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459233/. Diakses tanggal 20 Januari 2019.
4. Basuki B Purnomo. Dasar-dasar Urologi. Edisi Kedua. Jakarta: Sagung Seto; 2014.
5. Brunicardi FC, et al. Schwartz’s Principle of Surgery Eight Edition Volume 2. USA: Mc
Graw Hill.
6. Hina Z, Ghory MD. Phimosis and Paraphimosis. Diunduh dari URL:
(http://emedicine.medscape.com/article/777539-overview) Diakses tanggal 20 Januari 2019.
7. Tanagho, EA and McAninch, JW. Smith’s General Urology. Sixteen edition. USA: Appleton
and Lange; 2012.
8. Santoso A. F pimosis dan Paraflmosis. Tim Penyusun Panduan Penatalaksanaan Pediatric
Urologi di Indonesia. Jakarta: Ikatan Ahli Urologi Indonesia; 2012.
9. Ghory, Hina Z., Shlamovitz, Gil Z., Phimosis and Paraphimosis : Practice Essentials,
Epidemiology, Patient Education. Medscape. 2017.
10. Brunicardi FC, et al. Schwartz’s Principle of Surgery Tenth Edition Volume 2. USA: Mc
Graw Hill. 2014.
11. Wein. Penetrating Trauma to Penis. 2012. Wein: Campbell-Walsh Urology, 9th ed. Sauders,
An Imprint of Elsevier.

Anda mungkin juga menyukai