FRAKTUR TERBUKA
Oleh:
Atika Arifah, S.Ked
1310070100032
Preseptor:
dr. Eko Perdana Putra, Sp.OT, M.Kes
PENDAHULUAN
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, baik yang
bersifat total maupun sebagian, biasanya disebabkan oleh
trauma. Secara umum, keadaan patah tulang secara klinis
dapat diklasifikasikan sebagai fraktur terbuka, fraktur
tertutup dan fraktur dengan komplikasi. Fraktur terbuka
adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan
lingkungan luar melalui kulit sehingga terjadi kontaminasi
bakteri yang dapat menimbulkan komplikasi berupa
infeksi. Fraktur terbuka merupakan suatu keadaan darurat.
ANATOMI
ANATOMI
Tulang
Panjang
Tulang
Tulang
Pendek
Tulang
Pipih
BIOKIMIA
FRAKTUR TERBUKA
FRAKTUR DISRUPSI
INFEKSI JARINGAN
TERBUKA LUNAK
HILANGNYA
FUNGSI
KLASIFIKASI
Fraktur Tertutup
Fraktur Terbuka
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Berdasarkan Gustilo dan Anderson
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Berdasarkan Gustilo dan Anderson
Grade I
• Ukuran : panjang <1cm
• Ciri-ciri : luka tusukan dari
fragmen tulang yang menembus
kulit.
• Kerusakan jaringan : sedikit
• Trauma jaringan lunak : tidak ada
• Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat simple, transversal, oblik
pendek atau sedikit komunitif.
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Berdasarkan Gustilo dan Anderson
Grade II
• Ukuran : panjang >1cm
• Ciri-ciri : luka tusukan dari
fragmen tulang yang menembus
kulit.
• Kerusakan jaringan : sedang
Klasifikasi Fraktur Terbuka
Berdasarkan Gustilo dan Anderson
Grade III
• Kerusakan yang hebat dari
jaringan lunak termasuk otot, kulit
dan struktur neurovaskuler dengan
kontaminasi yang hebat.
Grade III A
Grade III B
Grade III C
2. Berdasarkan Bentuk Patahan Tulang
ETIOLOGI
Langsung
Peristiwa Trauma
Tidak langsung
Etiologi
Kelelahan atau
stress fraktur
Peristiwa
Patologis
Kelemahan tulang
PATOFISIOLOGI
Proses Penyembuhan Fraktur pada Tulang Kortikal
Fase Fase
Fase I
Fase
Fase III
Fase V
hematoma : pembentuka remodelling
pembuluh n kalus (6-10 (>10minggu
darah robek hari) Sel ) : resorbsi
dan yang dan
terbentuk berkembang pembentuka
hematoma di biak n tulang
sekitar dan memiliki yang terus-
di dalam potensi menerus
Fase Konsolidasi
Fase IV
fraktur Fase
Fase II
krondrogeni
Proliferasi (2-3 minggu) :
k dan
(1-5 hari) Bila aktivitas
osteogenik
:proliferasi osteoklasik dan
sel di bawah osteoblastik
periosteum berlanjut,
dan di dalam anyaman tulang
saluran berubah menjadi
medula yang tulang lamelar.
tertembus.
Proses Penyembuhan
Fraktur pada Tulang
Kortikal
MANIFESTASI KLINIS
NYERI TERUS
DEFORMITAS EDEMA
MENERUS
TIDAK DAPAT
KREPITASI MEMAR
DIGERAKAN
Faktor-Faktor yang Mengganggu
Penyembuhan Tulang:
1. Imobilisasi yang tidak cukup
2. Infeksi
3. Ruang diantara kedua fragmen serta Interposisi oleh
jaringan lunak
4. Gangguan perdarahan setempat
5. Trauma lokal ekstensif
6. Kehilangan tulang
7. Rongga atau jaringan diantara fragmen tulang
8. Keganasan lokal
9. Penyakit tulang metabolik (mis; penyakit paget)
10. Radiasi (nekrosis radiasi)
11. Nekrosis avaskuler
12. Fraktur intra artikuler (cairan sinovial
mengandung fibrolisin, yang akan melisis bekuan
darah awal dan memperlambat pembentukan
jendalan)
13. Usia (lansia sembuh lebih lama)
Faktor-Faktor yang Mempercepat
Penyembuhan Tulang:
1. Imobilisasi fragmen tulang
2. Kontak fragmen tulang maksimal
3. Asupan darah yang memadai (dengan syarat
imobilisasi yang baik)
4. Nutrisi yang baik
5. Latihan-pembebanan berat badan untuk tulang
panjang
6. Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid kalsitonin,
vitamain D, steroid anabolic
7. Potensial listrik pada patahan tulang
DIAGNOSIS
Anamnesis
• Riwayat cedera
• Manifestasi klinik yang dirasakan
• Menyingkirkan kemungkinan adanya cidera pada lokasi tertentu
• Ada tidaknya penurunan kesadaran
Pemeriksaan Fisik
Perlu diperhatikan adanya:
• Syok, anemia, atau perdarahan
• Kerusakan organ lain: sumsum tulang belakang, atau organ dalam
rongga abdomen, panggul, thoraks
• Fraktur predisposisi
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Lokal
Look:
• Bandingkan dengan bagian yang sehat.
• Perhatikan posisi anggota gerak.
• Keadaan umum penderita secara keseluruhan.
• Ekspresi wajah karena nyeri.
• Lidah kering atau basah.
• Adanya tanda-tanda anemia karena
perdarahan.
• Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan
lunak untuk membedakan fraktur tertutup
atau fraktur terbuka.
• Perhatikan adanya deformitas berupa
angulasi, rotasi dan kependekan.
• Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah
ada trauma pada organ-organ lain.
• Perhatikan kondisi mental penderita.
• Keadaan vaskularisasi.
Feel:
• Temperatur setempat yang meningkat.
• Nyeri tekan
• Krepitasi
• Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma
berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis,
arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak
yang terkena.
• Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit
pada bagian distal daerah trauma , temperatur kulit.
• Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah
untuk mengetahui adanya perbedaan panjang
tungkai.
Move:
Pergerakan dengan mengajak penderita
untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi
proksimal dan distal dari daerah yang
mengalami trauma.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Penunjang
• Foto Rontgen menggunakan prinsip rule of two, yaitu :
– dua posisi proyeksi (minimal AP dan lateral)
– 2 sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto,
dibawah dan diatas sendi yang mengalami fraktur
– 2 anggota gerak
– 2 trauma, pada trauma hebat sering menyebabkan fraktur
pada 2 daerah tulang
– 2 kali dilakukan foto
• CT Scan
• MRI
PENATALAKSANAAN
PRINSIP-PRINSIP
PENGOBATAN AWAL
FRAKTUR
• Primary Survey
– Airway
– Breathing
– Circulation
– Disability
– Exposure
• Penilaian Klinis
• Resusitasi
PENATALAKSANAAN
Recognition
Reduction
Prinsip
pengobatan
Retention
Rehabilitation
PENATALAKSANAAN
Pengobatan Fraktur Terbuka Tindakan Pembedahan
Pembersihan Pencegahan
Luka Tetanus Fiksasi Internal
Pemberian
Debridement
antibiotik Fiksasi Eksternal
Pengobatan Penutupan
Fraktur Kulit
KOMPLIKASI
Komplikasi Umum